Apakah Shin Tae-yong Pantas Diganti? Inilah Pendapat Pengamat Terhadap Sepak Terjang Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026

inNalar.com – Timnas sepak bola Indonesia, sedang ramai dibicarakan oleh masayarakat, karena prestasi yang membanggakan berapa tahun terakhir, seperti Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Hal ini menyebabkan meningkatnya atensi masyarakat dari suprter sepak bola, pengamat, bahkan masyarakat biasa yang tidak mengerti bola.

Dibalik keberhasilan tersebut, ada beberapa nama yang sangat berjasa terhadap prestasi tersebut, yaitu Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan Coach Shin Tae-yong.

Baca Juga: Hasil Timnas Indonesia vs Arab Saudi Skor Final 2-0, Peluang Emas Menuju Piala Dunia 2026

Namun dari keberhasilan tersebut tetap ada kritikan yang mencuat, apa lagi akhir-akhir ini terhadap peforma Timnas Indonesia.

Pada 15 November 2024 Timnas Indonesia mengalami kekalahan telak melawan Jepang di Stadion Utama Gelora Bung karno.

Kekalahan tersebut merupakan salah satu penyebab banyaknya kritikan terhadap Shin Tae-yong, bahkan ramainya tagar “STYOut” di media sosial.

Baca Juga: BRI Gelar Bazaar UMKM BRILiaN: Perkuat Pemberdayaan UMKM, Pelesat Jangkauan Pasar Usaha Mikro

Tagar tersebut sudah muncul dari beberapa waktu yang lalu, namun kembali muncul karena kekalahan tersebut.

Meskipun menghadapi lawan yang berat, kritikan muncul karena strategi yang digunakan Shin Tae-yong kurang efektif dan kadang riskan.

Menurut pengamat sepak bola yang biasa dikenal Coach Justin, menyebut STY terlalu “kepala batu” karena sering bereksperimen dengan strategi dan pemain, bahkan dalam laga penting.

Baca Juga: Wajib Dibaca! Simak Jadwal Seleksi SKB CPNS 2024, Dilengkapi Bocoran Materi Resminya

Seperti memainkan Rafael Struick yang ternyata kurang efektif pada laga melawan Jepang. Hal tersebut bukan karena Rafael Struick tidak bagus.

Melainkan Rafael Struick yang cenderung suka kebelakang membantu defense, sehingga saat counter attack suka terlambat maju.

Formasi 3-4-3 juga dianggap kurang cocok dengan para pemain timnas Indonesia. Hanya beberapa pemain seperti Rizky Ridho yang cocok dengan skema ini.

Permainan yang cenderung bertahan juga kurang cocok didalam turnamen yang melihat hasil akhir yaitu mencetak gol dan meraih kemenangan.

Cara tersebut dinilai tidak efektif dalam menghadapi tim besar, terbukti saat melawan Jepang minggu lalu.

List line-up pemain juga dianggap kurang jelas yang dianggap beberapa pemain diaspora tidak dimainkan pada laga tertentu.

Padahal usaha mendapatkan pemain-pemain diaspora tersebut yang sudah melewati proses panjang untuk menjadi warga negara Indonesia.

Selain itu, mantan pemain Persib Bandung, Atep Rizal, juga memberikan pendapatnya terhadap STY. Menurutnya kritikan tersebut merupakan hal yang wajar.

Laga melawan Arab Saudi merupakan hal yang penting terhadap kritikan tersebut dan posisi Indonesia menuju Piala Dunia 2026.

Juga merupakan penentuan dalam mempertahankan posisinya sebagai kepala pelatih Timnas Indonesia.

Kesimpulan dari sorotan tajam kepada pelatih Shin Tae-yong disebabkan dari beberapa alasan.

Kebiasaan STY yang sering mencoba formasi dan pemain baru, keras kepala terhadap menentukan formasi dan pemain, performa melawan tim besar yang kurang optimal.

Kekecewaan suporter juga memunculkan kemungkinan digantinya STY kepada pelatih baru. Nama yang muncul seperti, Giovanni van Bronckhorst, Mark van Bommel, dan Frank de Boer.

Dari nama-nama tersebut, muncul karena sedang menganggur dan kemungkinan akan cocok dengan permainan Timnas Indonesia saat ini.

Nasib Shin Tae-yong bukan hanya berdasarkan dari pertandingan melawan Arab Saudi, komitmen PSSI dan dukungan masyarakat Indonesia juga sangat penting terhadap posisi STY.

Harapan dan target suporter serta pengamat adalah berada di peringkat keempat dalam putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.***

 

Rekomendasi