

InNalar.com – G30S PKI atau Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia selalu hangat mendekati tanggal kejadian, orang juga bertanya apa itu Pahlawan Revolusi?.
Setelah insiden G30S PKI beberapa Petinggi TNI AD yang menjadi korban disematkan sebuah gelar, namun banyak yang tidak faham apa itu Pahlawan Revolusi?.
Kenapa dan apa itu Pahlawan Revolusi?, menjadi soal yang belum dimengerti sebagian orang Indonesia, apalagi pelaku G30S PKI juga menggunakan kata itu.
Baca Juga: Kronologi Singkat G30S PKI Buat Dunia Tercengang, Ternyata Lakukan Ini Dalam 2 Hari
Bila tidak difahami dengan baik, apa itu Pahlawan Revolusi?, orang akan salah mengerti terkait G30S PKI. Padahal maksudnya yaitu salah satu gelar kehormatan.
Sebagaimana dilansir inNalar.com dari beberapa sumber pada Rabu, 28 September 2022 Pahlawan Revolusi adalah gelar kehormatan yang diberikan Pemerintah Indonesia.
Gelar kehormatan tersebut diberikan kepada sejumlah perwira atau petinggi TNI yang gugur membela negara dalam peristiwa G30S PKI yang terjadi pada tahun 1965.
Pemberian gelar kehormatan itu sesuai Keputusan Presiden pada tahun yang sama 1965, sedangkan ketika penetapan UU No 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
Gelar Pahlawan Revolusi akhirnya diakui sebagai Pahlawan Nasional. Ada 10 orang penerima kehormatan ini, diantaranya Jenderal Ahmad Yani dan Letjen Suprapto.
Kemudian Letjen S Parman, Letjen MT Haryono, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, Brigjen Katamso, Kapten Pierre Tendean, AIP II KS Tubun, dan Kolonel Sugiyono.
Perlu diketahui bahwa kronologi peristiwa G30S PKI terjadi hanya dalam 2 hari, mulai 30 September hingga 1 Oktober 1965, pertama digunakan oleh pelaku untuk koordinasi dan persiapan.
Hari kedua untuk pelaksanaan rencana penculikan dan pembunuhan. G30S PKI berada di bawah kedali Letkol Untung yang merupakan Komando Batalion I Resimen Cakrabirawa.
Letkol Untung memilih Lettu Dul Arief sebagai ketua untuk pelaksanaan penculikan, yang kemudian pasukan digerakkan pada pukul 03.00 dini hari sasarannya 6 jenderal.
6 Jenderal yang menjadi korban penculikan dan pembunujhan yaitu Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Letjen S Parman, Letjen MT Haryono, dan Brigjen DI Panjaitan.
Kemudian ada Mayjen Sutoyo Siswomiharjo ditambah Kapten Pierre Tendean semuanya dimasukkan ke dalam atau yang disebut lubang buaya, daerah Pondok Gede.
Seorang Jenderal yang selamat dari operasi G30S PKI dan selamat yaitu Ahmad Yani, hanya saja putrinya Ade Irma dan ajudannya Kapten Pierre Tendean menjadi terbunuh.
Selain itu ada korban lain yang terbunuh pada malam itu yaitu Brigadir Polisi KS Tubun, wafat saat mengawal rumah dari Dr J Leimena, G30S PKI kemudian menyebar ke daerah lain.
Diantaranya di Yogyakarta dan Jawa Tengah, sehingga jatuh korban yaitu Letkol Sugiono dan Kolonel Katamso sebab keduanya tidak mendukung G30S PKI.
Setelah berhasil menculik dan membunuh petinggi TNI AD, G30S PKI kemudian bergerak menguasai Gedung Radio Republik Indonesia serta memberikan pengumuman.
G30S PKI mengumumkan adanya Dekrit No 1 yang isinya menyebutkan bahwa gerakan yang dilakukan merupakan bagian dari upaya menyelamatkan negara.
Menuru G30S PKI saat itu negara harus diselamatkan dari Dewan Jenderal yang ingin mengambil alih negara Indonesia.
Demikian sedikit pembahasan terkait apa itu Pahlawan Revolusi dan kronologi G30S PKI.***