

inNalar.com – Perusahaan pertambangan batu bara, PT Bumi Resources Tbk tampak terengah-engah menahan kemerosotan harga batu bara.
Berbagai upaya telah dilakukan BUMI demi tetap meraih pendapatan yang bersinar dibanding tahun sebelumnya.
Salah satu upaya kerasnya yaitu mengoptimalkan produksi batu bara di area tambang milik PT Arutmin Indonesia Tbk, anak usahanya yang berbasis di Kalimantan Selatan.
PT Arutmin Indonesia termasuk produsen batu bara terbesar yang memiliki tambang aktif di tiga kabupaten Provinsi Kalimantan Selatan.
Salah satu area tambang aktif yang menjadi andalan perusahaan ini adalah Kintap yang berada di Kabupaten Tanah Laut.
Pasalnya, kapasitas maksimal produksi tambang ini bisa mencapai 8 juta ton batu bara per tahunnya.
Bahkan, area Tambang Kintap pernah pecah rekor produksi hingga 8,5 juta ton per tahun.
Namun apa daya, rate harga batu bara yang anjlok hingga 28 persen akhirnya membuat PT Bumi Resources Tbk harus puas dengan pendapatannya yang menyusut.
Apabila menilik Laporan Keuangan BUMI Kuartal III Tahun 2023, pendapatan perusahaan yang berhasil diraih sebesar US$ 1,17 miliar.
Namun tren pendapatan terlihat menurun dari tahun sebelumnya dalam periode yang sama, yakni sebesar US$ 1,39 miliar.
Lebih lanjut, revenues yang berhasil didapatkan mayoritas berasal dari hasil penjualan batu bara yang mendominasi pendapatan sebesar US$1,14 miliar.
Kemudian disusul dari sektor produksi emas yang menyumbang revenue sebesar US$31,74 juta dan sektor jasa sebesar US$1 juta.
Hasil penjualan batu bara PT Bumi Resources Tbk didominasi dari hasil penjualan ekspor yang mampu hasilkan pendapatan hingga US$735 juta.
Biasanya distribusi ekspor batu bara BUMI dipasok ke China dan India untuk batu bara berkalori rendah, sedangkan yang kandungan kalorinya tinggi dikirim ke Jepang.
Adapun tambang andalan BUMI berasal dari konsesinya di Kalimantan Selatan seperti Kintap dengan kapasitas produksi 8 juta ton per tahun.
Selain itu, ada pula Tambang Satui berkapasitas 6 juta ton, Asam Asam dengan kemampuan produksinya hingga 5-6 juta ton.
Selanjutnya Tambang Batulicin dengan kapasitas 7,5 ton per tahun dan Senakin yang mampu produksi hingga 1,5 juta ton.
Terbukti akhirnya PT Bumi Resources Tbk berhasil naikkan volume penjualan dari yang semula 51,9 juta ton menjadi 54,3 juta ton.
Kendati demikian, harga batu bara yang dipatok dari harga tahun lalu sebesar US$118,7 per ton, pada tahun 2023 merosot hingga US$85,2 per ton.
Alhasil pendapatan BUMI pun ikut menurun dan seiring dengan itu pula beban pokok pendapatan sebesar US$ 1,09 miliar akhirnya membuat laba bruto terjun bebas.
Jika pada tahun sebelumnya laba bruto perusahaan memperoleh US$294 juta, pada kuartal III tahun 2023 merosot hingga US$78,92 juta.***