Anda Tahu Medan? Serasa di Negeri Bollywood, Kampung Unik ini Ternyata Penuh Sejarah!

inNalar.com – Menjadi salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia, Kota Medan akan selalu identik dengan lalu lintas yang padat merayap. Namun dibalik itu, ada satu kampung unik yang akan mencipta nuansa ‘Bollywood’ khas negara India.

Kini, Anda tidak perlu repot-repot untuk mengurus paspor dan bepergian ribuan kilometer menuju belahan Asia Selatan, lho! Pasalnya, atmosfer di kampung ala Bollywood itu juga punya nuansa khas yang kental dengan negeri seribu dewa.

Menyadur Konten Youtube Jelajah Bumi, desa unik ini memiliki tiga sebutan fenomenal, ‘Keling’, ‘Madras’, dan ‘Little India’. Terletak di antara Kecamatan Medan Petish dan Medan Polonia, desa berpenduduk multi etnis ini ternyata punya luas lahan sebesar 10 hektare.

Baca Juga: TONTON DI SINI! Link Live Streaming Barito Putera vs Persib Bandung BRI Liga 1, Rabu, 18 Desember 2024, Nonton Gratis di Indosiar

Konon katanya, salah satu etnis di wilayah desa ini kurang suka dengan julukan ‘keling’, karena esensi dari kata itu punya konotasi yang dianggap menyinggung fisik penduduk setempat. Karena itu, julukan ‘Desa Keling’ sudah mulai asing terdengar.

Tim Jelajah Bumi menyebutkan bahwa Desa Madras ini mulai berkembang pada awal abad ke-19—zaman dimana Indonesia masih dijajah oleh para impresial asal Belanda.

Alih-alih mencari pekerjaan di negara yang aman, para imigran India Utara yakni Suku Tamil ini malah datang berbondong-bondong ke Indonesia untuk mencari pekerjaan di sektor perkebunan dan pertanian.

Baca Juga: Koin Kuno 50 Rupiah Gambar Komodo Tahun 1997 Tembus Rp500 Juta? Begini Faktanya

Meski kebenarannya masih dipenuhi kabut misteri, sejumlah pihak juga menyebutkan dengan penuh keyakinan bahwa Tentara VOC adalah dalang yang membawa serta jiwa-jiwa dari belahan Benua Asia Selatan itu.

Seiring berjalannya waktu, jumlah kedatangan Suku Tamil makin membludak, bahkan imigran dari Suku Punjab asal India Utara juga berbondong-bondong untuk masuk ke area Kampung Madras ini.

Dengan gelombang kedatangan ini, diperkirakan jumlah imigran India ke perkampungan unik ini berkisar 3.200 penduduk.

Baca Juga: Uang Kuno 100 Rupiah Burung Dara Keluaran 1984 Bisa Jadi Ladang Investasi Bercuan, Tertarik?

Mereka datang dengan tujuan dan mimpi yang sama, yaitu mencari dan mendapat pekerjaan di Bumi Nusantara.

Namun, karena postur tubuh yang tinggi tegap, Suku Punjab yang tinggal di Medan ini akhirnya banyak yang dipekerjakan sebagai satpam.

Seolah menemukan tanah surga di Medan, para pendatang asal India memutuskan untuk menancapkan akar kehidupannya di kampung ini.

Mereka mulai membangun pemukiman yang akhirnya menyebabkan suasana pemukimannya seolah disulap menjadi kawasan the Little India, aura Bollywood terasa di setiap sudutnya.

Setiap bangunan yang berdiri di desa ini dirancang menyerupai keagungan gaya autentik khas India, seakan jadi simfoni visual yang membawa mereka pulang ke tanah kelahirannya.

Baca Juga: Daftar 2 Uang Kertas Kuno Ini Harganya Bakal Meroket Pada 2025 di Kalangan Kolektor

Jika Anda berlibur ke Kampung Madras, sebelum memasuki perkampungan, Anda terlebih dahulu disuguhkan dengan gapura besar penuh dengan ukir-ukiran yang akan menambah kesan magis di dalamnya.

Di sebelah gapura megah itu, juga berdiri dengan gagahnya kuil kuno Sri Mariamman yang dipenuhi oleh puluhan patung dewa yang berjejer dengan rapi.

Sebagai tambahan informasi, penduduk Kampung Madras didominasi pemeluk agama Hindu. Meski begitu, terdapat minoritas penduduk beragama Islam dan Kristen.

Baca Juga: Kolektor Sudah Tahu? Ini Dia Tingkatan Grade Uang Kuno Beserta Kriterianya

Ragamnya penduduk di Kampung Mandras ini menjadikan mereka sebagai masyarakat multikultural.

Tepat di depan kuil ini, berdiri satu masjid dengan megahnya—masjid Gahyudin yang diberikan oleh Sultan Ma’mun al-Rasyid tahun 1887.

Dengan posisi kuil dan masjid yang berdampingan, ini merupakan simbol kerukunan antar umat beragama di kampung ini.

Suasana Bollywood di Kampung Madras bertambah kental saat acara perayaan hari-hari besar.

Salah satunya adaah festival Divapali yang dihelat pada sekitar bulan Oktober – November.***