Ambil Peran Transit Dunia, Ternyata Terusan Panama Pernah Memakan Ribuan Korban Jiwa

inNalar.com – Terusan Panama adalah salah satu fasilitas pendukung yang penting dalam arus transit dunia. Namun dibalik itu semua, selama pembangunan terdapat cerita menyedihkan.

Terusan Panama adalah salah satu proyek infrastruktur terbesar dan terpenting dalam sejarah manusia.

Terletak di Tanah Genting Panama, terusan ini menghubungkan Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik, mempersingkat jalur pelayaran global yang sebelumnya harus mengelilingi Tanjung Horn di ujung selatan benua Amerika.

Baca Juga: Arab Saudi Bakal Bangun Mega Proyek yang Membelah Gurun, Panjangnya 2 Kali dari Sungai Nil

Dengan panjang sekitar 82 kilometer, Terusan Panama menjadi jalur vital yang memungkinkan perdagangan internasional berlangsung lebih efisien.

Namun, di balik manfaat besar tersebut, pembangunan terusan ini menyimpan kisah kelam, di mana ribuan pekerja kehilangan nyawa akibat berbagai tantangan yang dihadapi.

Proyek pembangunan Terusan Panama pertama kali dimulai pada tahun 1881 oleh Prancis di bawah kepemimpinan Ferdinand de Lesseps, sosok yang sebelumnya sukses membangun Terusan Suez.

Baca Juga: Gelontorkan Dana Rp362 T, Mega Proyek di Meksiko Ini Babat Hutan Hujan Tropis Terbesar di Dunia

Kala itu, Prancis optimistis bahwa keberhasilan yang sama dapat dicapai di Panama. Namun, kondisi geografis yang sulit, termasuk medan berbukit dan tanah yang tidak stabil, menjadi hambatan besar.

Selain itu, para pekerja dihadapkan pada kondisi kerja yang ekstrem, seperti cuaca tropis yang panas dan lembab.

Penyakit tropis, seperti malaria dan demam kuning, merajalela di kawasan tersebut. Kurangnya pemahaman tentang cara mencegah dan mengobati penyakit ini pada masa itu menyebabkan angka kematian yang sangat tinggi.

Baca Juga: 38 Miliar Dolar Amerika Serikat Terpakai Demi Penuhi Ambisi Arab Saudi Menjadi Pusat Industri Gaming Dunia

Prancis akhirnya menyerah pada proyek tersebut setelah delapan tahun mencoba, dengan kerugian finansial besar dan korban jiwa yang mencapai puluhan ribu.

Pembangunan pun dihentikan sementara, hingga akhirnya pada tahun 1904, Amerika Serikat mengambil alih proyek ini.

Berbeda dengan Prancis, Amerika berhasil menangani beberapa tantangan utama yang sebelumnya menjadi penyebab kegagalan.

Dengan bantuan ahli kesehatan seperti Dr. William C. Gorgas, langkah-langkah pencegahan dan pengendalian malaria serta demam kuning mulai diterapkan. Usaha ini secara signifikan menurunkan angka kematian di antara para pekerja.

Meski begitu, tantangan lainnya tetap ada. Ribuan pekerja harus menghadapi medan yang berat dan pekerjaan fisik yang sangat melelahkan.

Banyak dari mereka bekerja dalam kondisi yang tidak aman, dengan risiko kecelakaan yang tinggi.

Secara keseluruhan, diperkirakan sekitar 30.000 orang kehilangan nyawa selama proses pembangunan Terusan Panama, menjadikannya salah satu proyek pembangunan yang paling memakan korban dalam sejarah.

Angka ini mencakup korban dari fase awal proyek oleh Prancis hingga penyelesaian oleh Amerika Serikat pada tahun 1914.

Meski memiliki jejak sejarah yang tragis, keberhasilan proyek ini memberikan dampak besar bagi perdagangan dunia.

Waktu pelayaran antara kedua samudra berkurang secara signifikan, memungkinkan barang dan komoditas dikirim lebih cepat dan efisien.

Setelah resmi dibuka pada tahun 1914, Terusan Panama langsung menjadi salah satu jalur pelayaran paling sibuk di dunia.

Keberadaannya mengubah peta perdagangan internasional dan memberikan manfaat ekonomi besar bagi negara-negara yang bergantung pada ekspor dan impor.

Meski telah menjadi simbol keberhasilan teknik dan inovasi manusia, kisah pembangunan Terusan Panama mengingatkan kita akan harga yang harus dibayar untuk mencapai ambisi besar.

Ribuan pekerja yang kehilangan nyawa selama proses pembangunan adalah pengorbanan yang tidak boleh dilupakan.***(Muhammad Arif)

Rekomendasi