Alasan Pondok Pesantren Perut Bumi Tuban Ini Ramai Diserbu Warga, Ternyata…

inNalar.com – Bangunan yang megah, lazimnya mengguratkan akar kokohnya di atas pelataran tanah. Tapi di Kabupaten Tuban, ada pondok pesantren unik yang dibangun di gua yang kedalamannya 20 meter. Penasaran?

Pondok ini adalah Pesantren Perut Bumi yang terletak di Desa Kedungombo, Tuban, Jawa Timur. Sekilas, gua ini tampak seperti pahatan alam yang biasa saja.

Tapi, jika melihat mulut gua dengan teliti, Anda pasti terkejut karena sematan ‘Pesantren Syekh Maulana Maghribi’ terpahat dengan sempurna.

Baca Juga: Bakal Produksi Hingga 534 Juta Ton! Prospek Bisnis Batubara Indonesia Semakin Gemilang

Menyadur konten Youtube Mandiri Karya Jaya, didapati fakta bahwa sebelum masa grounding Pesantren ini, areal pondok adalah Tempat Pembuangan Sampah (TPS), yang butuh 18 bulan lamanya untuk pembersihan.

Dibangun oleh Kyai Subhan Mubarak secara mandiri, Pondok Pesantren Perut Bumi ini dimulai pada tahun 2002—atau sejak pembangunan Masjid Aschabul Kahfi.

Karena usia pondok yang terhitung muda inilah tidak mengherankan jika jumlah santriwan dan santriwati masih terbilang sedikit.

Baca Juga: 2025 Produksi Nikel Bakal Dipangkas Gegara Harga Merosot, Ternyata Ini Penyebabnya

Lebih dari itu, pesantren di Tuban ini ternyata belum membuka jalur pendaftaran resmi, lho! Lalu, bagaimana dengan santri-santri di sana? Dari mana saja mereka bisa mendapatkan informasi tentang pondok tersebut?

Jawabannya adalah, santriwan dan santriwati di sana biasanya datang secara perseorangan. Sebagian dari mereka adalah santri yang notabene-nya terlibat aktif saat proses grounding pondok. Bahkan, di Pesantren al-Maghribi ini juga dihuni oleh banyak mantan penyamun, lho!

Melansir laman resmi disbudporabar.tubankab.go.id, didapati informasi bahwa mahakarya interior di pesantren ini sangat  estetik, karena perpaduan batu purba stalagtit dan stalagmit yang bercokol kuat berpadu dengan sentuhan konstruksi pilar yang megah.

Baca Juga: Dulunya Lumbung Padi, Pesantren Unik di Rembang Ini Dibangun Bernuansa Budaya Tionghoa dan Jawa

Aktivitas di Pondok Pesantren Perut Bumi Tuban ini tidak tampak ada perbedaan yang mendasar. Hanya saja, segala aktivitas pengajaran dilakukan di dalam gua. Di dalam gua inilah, para santri menimba ilmu agama dan mendekap cahaya iman.

Perjalanan para santri untuk mencapai ruang kelasnya ini juga tidak keren. Pasalnya, mereka harus melewati lorong dengan pencahayaan yang temaram dan sempit, karena kanan dan kirinya diapit oleh batu cadas. Meskipun begitu, di bawah perut bumi Tuban inilah yang menjadi pusat aktivitas para santri.

Disebutkan pula bahwa Pondok Pesantren Perut Bumi ditengarai ramai dikunjungi oleh para warlok. Pasalnya, ada satu fakta yang jarang diketahui oleh orang. Mau tahu?

Di sekitar Pondok Pesantren Perut Bumi, ternyata terdapat satu sumur yang kedalamannya mencapai 67 meter.

Usut punya usut, pembangunan sumur ini  memakan waktu kurang lebih 2 tahun, tepatnya selama 22 bulan lamanya.

Nah, sumber air yang berasal dari sumur ini dipercaya menjadi wasilah lantaran bisa mengobati dan menyembuhkan segala penyakit berkat munajat do’a para wali dan para alim-ulama di Pesantren ini.

Baca Juga: Pendirinya Viral Bisa Bicara dengan Semut, Pondok Pesantren di Surabaya Ini Luasnya Cuma 22 x 2 Meter Persegi

Konon, dengan hanya membaca bismillahirrahmanirrahim selama tiga kali tanpa helaan nafas, maka niscaya penyakit jenis apapun bisa disembuhkan—ini berlaku hanya untuk penyakit ringan, ya!

Lalu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan penyakit berat, apakah juga bisa sembuh dengan air suci ini? Jawabannya adalah bisa—tapi berbeda cara.

Ketika seseorang menyandang penyakit kronis, air dari sumber suci yang disakralkan ini harus dicampur sebagai bahan perendam kacang hijau dan beras ketan hitam sebelum dijadikan bubur.

Baca Juga: Kisah Unik Pesantren Metal di Cilacap yang Ternyata Dihuni Mantan Preman Jawa Tengah

Namun bubur tersebut harus disajikan tanpa campuran garam, gula, dan santan. Dalam proses pembuatannya, air yang digunakan diambilnya dari Kelapa Gading yang warnanya kuning.***