
inNalar.com – Di tengah hiruk-pikuk persaingan industri tambang yang kian sengit, sebuah perusahaan mineral, yakni PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur mengklaim infrastrukturnya sebagai pabrik ‘single line terbesar di dunia’.
Klaim ini tentu bukan bualan belaka. Faktanya, sang empunya smelter tembaga di Gresik ini telah menggemparkan jagat tambang dengan mengantarkan tonggak baru teknologi modern senilai Rp 45 triliun yang diharapkan menjadi game-changer dalam industri pertambangan global.
Lantas, apa yang membuat PTFI ini begitu percaya diri dengan klaim kecanggihan smelternya tersebut? Mari kita kupas alasan di balik keunggulan teknologi mutakhir mereka.
Baca Juga: Update Harga Jual Tiga Koin Kuno 2024, Kolektor Uang Antik Wajib Tengok
Melansir laman resmi ptfi.co.id, pada tahun 1996 silam, kawakan emiten tambang terkemuka ini telah mengukir sejarah dari membangun bisnis raksasanya di Papua, kini pabrik pengolahan tambang yang pertama mereka bangun di Pulau Jawa.
Lebih tepatnya, pabrik pengolahan komoditas berharga negeri besutan PT Freeport Indonesia ini berhasil dibangun di Gresik, Jawa Timur.
Sebelum lebih jauh membahas tentang teknologi canggih PTFI, perlu diketahui bahwa pabriknya sendiri adalah fasilitas peleburan dan pemurnian konsentrat yang mampu menyulapnya menjadi katoda tembaga berkualitas tinggi.
Baca Juga: Cek Fakta: Uang Soekarno Rp 1000 yang Asli Bisa Melengkung? Begini Penjelasannya
Seperti tidak kenal lelah dalam urusan inovasi, PTFI sekali lagi telah mengukir jejak emas dalam sejarah Indonesia dengan pencapaian gemilangnya yang bisa membuat siapapun menjadi terpana.
Untuk sekarang, emiten raksasa ini punya smelter tembaga single line senilai Rp 45 triliun dan menjadi yang terbesar di dunia, lho!
Nah, smelter megah ini resmi beroperasi pada Bulan Juni 2024 lalu dan juga terletak di Gresik, Jawa Timur.
Baca Juga: Jadwal Liga 1 Hari Ini, Senin, 16 Desember 2024, Live TV, dan Prediksi Skor
Sungguh pencapaian yang luar biasa, kan? Bisa dikatakan, hal ini adalah suatu mahakarya teknologi yang bisa membuat eksistensi Indonesia lebih bersinar di kancah industri pertambangan global.
Dilansir dari Youtube Resmi Freeport Indonesia, Smelter ini bahkan memiliki kapasitas yang luar biasa karena mampu mengolah hingga 1,7 juta ton konsentrat per tahun, atau menghasilkan sekitar 300 – 700 ribuan ton katoda tembaga.
Lalu, bagaimana sih, kecanggihan teknologi yang ada di pabrik single line terbesar di dunia ini? Yuk, Intip proses pengolahan bijih besi komoditi yang mengandalkan mesin-mesin raksasa itu.
Baca Juga: Trik Membersihkan Koin Kuno Agar Kinclong dan Tampak Seperti Baru
Pertama, Proses pertama diawali dengan Semi-Autogenous Grinding Mill (SAG Mill), sebuah mesin penggerus raksasa setinggi satu rumah bertingkat, yang didalamnya dilengkapi dengan bola-bola baja seberat 660 ton.
Nah, bijih yang berukuran seperti sebuah helm, dihancurkan di mesin ini hingga menjadi seukuran kepalan tangan.
Kedua, tahap selanjutnya adalah penghalusan di Ball Mill, material seukuran kepalan tangan akan kembali digiling hingga ukurannya mencapai 0,212 mm—atau seukuran butiran pasir.
Ketiga, setelah digiling lembut, bijih halus ini kemudian masuk ke Hydrocyclone. Di mesin ini, material dengan ukuran 0,212 mm ini akan dipisahkan menuju mesin flotasi.
Keempat, di mesin flotasi inilah, material halus tersebut kemudian akan dipisahkan dari kotoran-kotoran mineral.
Artinya, kotoran mineral sulfida yang mengandung tembaga akan mengapung dengan sendirinya karena menghasilkan konsentrat pertama.
Baca Juga: Kelemahan Timnas Indonesia Terbongkar, Vietnam Bisa Menang dan Curi Poin Piala AFF 2024 asalkan…
Nah, konsentrat ini kemudian akan dikirim ke mesin CU-Cleaner Plant untuk pengolahan lebih lanjut.
Kelima, konsentrat pertama yang didapatkan akan kembali digiling dengan teknologi super presisi di HIG Mill Vertikal hingga berukuran 0,038 mm atau sekecil debu halus.
Keenam, material seukuran 0,038 mm tersebut juga harus melewati mesin Hydrocyclone sekali lagi, sebelum masuk ke proses flotasi terakhir menggunakan teknologi Stacked Flotation Reactor. Di tahap inilah, konsentrat akhir yang mengandung 26% tembaga berkualitas tinggi siap untuk diproduksi.
Dari raksasa penggerus hingga teknologi flotasi tercanggih milik PTFI, beberapa teknologi canggih senilai Rp 45 triliun ini ternyata mencerminkan komitmen pada inovasi yang tiada henti.
Dengan teknologi mutakhir yang dimiliki oleh smelter single-line PTFI di Gresik inilah, Indonesia sekali lagi membuktikan bahwa proses presisi dan efisiensi juga bisa menjadi tonggak kebanggan nasional. ***