

inNalar.com – Striker Arema FC, Abel Camara ceritakan kisah horor Tragedi Kanjuruhan saat dirinya dan tim berada di ruang ganti.
Cerita horor Abel Camara tentang Tragedi Kanjuruhan ini diungkapkan berdasarkan kronologi kejadian pasca laga berakhir.
Sebenarnya Abel Camara termasuk salah satu pemain yang main gemilang dalam laga Arema FC vs Persebaya.
Sebelum Tragedi Kanjuruhan terjadi, Abel Camara mencetak dua gol untuk Arema FC memanfaatkan bola mati.
Hanya saja dua gol itu tak mampu menyelamatkan Arema FC dari kekalahan atas Persebaya.
Abel Camara menjelaskan jika derby Arema FC vs Persebaya atmosfernya sudah terasa dari jauh – jauh hari.
“Ini adalah derby yang sangat lama dan selama seminggu sudah terasa di seluruh kota bahwa itu adalah pertandingan dengan lebih dari tiga poin. Mereka bilang ini adalah permainan hidup dan mati, bahwa kita bisa kalah di setiap pertandingan kecuali yang ini,” ujar Abel dikutip inNalar.com dari maisfutebol.
Lebih lanjut Abel mengatakan jika ketegangan mulai terasa saat para pemain mencoba minta maaf seusai laga dan suporter turun.
“Ada ketegangan setelah kami kalah, kami pergi untuk meminta maaf kepada penggemar. Mereka mulai memanjat pagar, kami pergi ke ruang ganti,” kata Abel.
Cerita horor dimulai sejak Abel memasuki ruang ganti bersama pemain lainnya, saat itu suara tembakan mulai terdengar.
Selain itu dia juga menyaksikan langsung beberapa korban yang terkena gas air mata bahkan meninggal di tempat.
“Sejak saat itu kami mulai mendengar tembakan, mendorong. Kami memiliki orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata dan meninggal tepat di depan kami. Kami memiliki sekitar tujuh atau delapan orang tewas di ruang ganti,” ucapnya.
Bahkan ketika akan meninggalkan stadion, Abel mengungkapkan butuh waktu yang cukup lama untuk menunggu situasi kondusif.
“Kami harus tinggal di sana selama empat jam sebelum mereka berhasil mendorong semua orang menjauh. Ketika kami pergi, ketika semuanya lebih tenang, ada darah, sepatu kets, pakaian di seluruh aula stadion,” ungkapnya.
Di samping itu Abel Camara juga menuturkan jika kondisi di luar stadion sudah parah.
“Ketika kami meninggalkan stadion dengan bus, ada mobil sipil dan polisi yang terbakar, tetapi kami memiliki perjalanan yang mulus ke pusat pelatihan kami, kami mengambil mobil dan pulang. Sekarang kami berada di rumah, menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi,” ujarnya.
Tragedi Kanjuruhan sabtu malam memang menjadi duka yang mendalam untuk seluruh masyarakat Indonesia. ***