Hilirisasi Aluminium RI Tancap Gas! Proyek SGAR Mempawah Gandakan Nilai Bauksit hingga 80 Kali Lipat



inNalar.com –
Hilirisasi aluminium RI bukan lagi sekadar angan jauh. Kini, Proyek SGAR tahap pertama yang berlokasi di Mempawah, Kalimantan Barat mulai bergerak produksi.

Dengan beroperasinya Smelter Grade Alumina Refinery Mempawah tahap pertama ini menjadikan nilai bauksit diproyeksi mengganda hingga 80 kali lipat.

Penanda Proyek SGAR di Kalimantan Barat mulai bergerak maju menjadi bagian dari sejarah hilirisasi aluminium RI ialah ketika smelter alumina ini memulai injeksi bausit perdananya pada Selasa, 24 September 2024.

Baca Juga: INFJ-ENFJ Perfect Couple? MBTI Introvert dan Ekstrovert Ini Bakal Jadi Pasangan Langgeng, Ini Alasannya

Momen injeksi pertama menjadi sebuah keharuan sekaligus kebanggaan bagi Indonesia mengingat RI sudah melampaui 400 tahun lamanya konsisten menjadi negara ekspor bahan mentah, terbesar di dunia.

Kekayaan alam dalam negeri terkuras dan berakhir sebatas dinikmati oleh negara maju, sedangkan Indonesia terus berjuang sebagai negara berkembang dari segi ekonominya.

“Inilah kesempatan kita untuk mengolah mineral-mineral yang kita miliki dan tidak ada yang mengganggu walaupun kita stop nikel, walaupun uni Eropa membawa kita ke WTO,” ujar Presiden Joko Widodo, dikutip dari Diskominfo Provinsi Kalbar.

Baca Juga: Nangkring di Ketinggian 285 Meter, Restoran di Jakarta Ini Jadi yang Tertinggi di Indonesia, Menunya Unik!

Sebagai informasi, Proyek SGAR Mempawah ini dikelola oleh konsorsium duo perusahaan tambang terkemuka di Indonesia, yaitu PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) dan PT Indonesia Asahan Alumunium (INALUM).

Keberhasilan pelaksanaan proyek ini menjadi angin segar bagi RI. Pasalnya komoditas bahan mentah yang selama ini menjadi konsumsi negara maju dapat mengganda nilainya hingga 80 kali lipat.

Sosialisasi apik digambarkan Kementerian ESDM melalui akun TikTok resminya, Bauksit disebut akan bertambah nilainya menjadi 10 kali lipat ketika komoditas ini diolah lebih lanjut menjadi Alumina.

Baca Juga: Mulus! Telan Dana Rp737 Miliar, Megaproyek Sepanjang 217 Kilometer Ruas Jalan di NTT Selesai Digarap

Dalam prosesnya, aktivitas penambangan di bagian hulunya akan dilakukan oleh ANTAM. Lalu, komoditas mentah berharga tersebut akan dilebur menjadi Alumina di Smelter Grade Alumina Refinery atau SGAR Mempawah di Kalimantan Barat.

Lebih lanjut, nilai bauksit akan terus mengganda 80 kali lipat ketika alumina diolah lebih lanjut menjadi aluminium.

Proses hilir inilah yang nanti akan ditangani oleh INALUM. “Kini telah terintegrasi dengan baik,” ucap Presiden Jokowi dengan bahagia menyambut hilirisasi aluminium akhirnya terwujud di tahun 2024.

Baca Juga: Hanya Rp74 Miliar Per Unit, Jokowi Ingin Megaproyek Trem Otonom IKN Juga Diterapkan di Kota Lainnya, Tapi…

Nantinya, kapasitas produksi alumunia RI setiap tahunnya dimulai dari 1 juta ton.

Rantai pasokan hulu hingga hilir Bauksit semakin terintegrasi berkat kerjasama ANTAM dan INALUM.

Masa depan komoditas ini dinilai amat cerah mengingat Indonesia sendiri merupakan sang empunya cadangan bauksit terbesar ke-6 di dunia, melansir dari INALUM.

Baca Juga: Dukungan Menguat, Daerah Ini Mantap Ingin Lepas dari Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat

Sebagai gambarannya, hilirisasi aluminium akan dimulai dari pengolahan 6 ton bauksit agar menjadi 2 ton alumina. Lebih lanjut, nantinya aluminium yang dapat dihasilkan bisa mencapai 1 ton.

Proyek SGAR yang telah diupayakan progresnya sejak 2020 ini berlokasi di daerah yang jaraknya 100 kilometer dari Pontianak, Kalimantan Barat.

Selanjutnya, INALUM dan ANTAM akan melanjutkan duet Proyek SGAR tahap kedua. Namun pihaknya akan menambah mitra strategis untuk mengembangkan brownfield dan greenfield expanion smelter aluminium.

Baca Juga: Pembangunan Seret, 2 Kecamatan di Kabupaten Sintang Desak Pemerintah Jadi DOB Kalimantan Barat

Tidak hanya hilirisasi nikel saja, bauksit menjadi cara pemerintah RI menekan ketergantungan impor di sejumlah industri strategis.

Sebagai informasi tambahan, Pemerintah RI resmi melarang ekspor bijih bauksit mulai tertanggal 10 Juni 2023.

Melansir dari Setjen DPR RI, kebijakan tersebut diperkuat dengan adanya undang-undang minerba, yakni UU Nomor 3 Tahun 2020 yang merevisi UU Nomor 4 Tahun 2009.

Strategi hilirisasi aluminium ini telah masuk dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasiional (RIPIN) 2015-2035 yang banyak mengungkap tentang hilirisasi mineral.

“Kementerian Perindustrian menetapkan lima komoditas yang menjadi fokus pengembangan industrinya, yaitu komoditas besi baja, tembaga, nikel, aluminium, timah serta logam tanah jarang,” dikutip dari dokumen Setjen DPR RI.***

Rekomendasi