

inNalar.com – Tumbuh menjadi semakin dewasa memang bukan hal mudah. Terlebih, ketika kita menyadari ada kebiasaan tertentu yang ternyata menjadi cerminan luka batin di masa kecil.
Tanpa sadar persepsi yang kita lakukan menjadi tanda bahwa kita masih membawa luka batin yang terpendam dan nyatanya pemikiran tersebut dibawa sejak usia anak-anak.
Apabila kamu ingin mengetahui apakah masih ada trauma masa kecil dalam diri, cobalah tengok tanda yang paling mudah terlihat.
Baca Juga: Merasa Dikendalikan Orang Lain hingga Membuat Depresi? Ini 6 Trik Psikologi yang Harus Kamu Waspadai
Salah satunya adalah perilaku suka menahan emosi. Tidak jarang dirimu yang demikian kerap dinilai orang sebagai sosok yang flat alias tidak ekspresif.
Jika sikap tersebut dilakukan pada kondisi tertentu, kemampuan menahan amarah dalam diri terkadang menjadi kelebihan bagi seseorang.
Namun jika amarahmu nyatanya tidak pernah berhasil terluapkan, di sana lah hal yang perlu kamu telusuri lebih dalam.
Baca Juga: 4 Shio Paling Cerdas dan Pintar Segala Hal di Tahun 2024, Kamu Salah Satunya?
Apakah kamu membawa tanda luka batin yang membekas dari masa kecil? Yuk, cari tahu dari 5 tanda kamu masih memendam luka batin. Adakah kebiasaan berikut yang kamu lakukan?
1. Merasa tidak berhak untuk terlihat senang dan juga sedih
Dari sini lah perilaku flat yang perlu kamu sadari. Pernah kah kamu ditegur atau dianggap sebagai sosok yang seolah tidak punya emosi?
Sebagian mungkin menganggapmu sebagai sosok yang kalem karena kebiasaan tidak ekspresifmu. Namun menurut pandangan Psikologi, persepsi yang membuat tindak tandukmu seolah menjadi sosok ‘datar’ adalah salah satu tanda bahwa saat masih kecil kamu sering diabaikan secara emosional.
Baca Juga: Karir Sukses Melebihi Keinginan, Shio Ular Bakal Ketiban Rezeki di 2024 Jika Lakukan Hal Ini
Persepsi ‘aku tidak boleh terlalu senang’ atau ‘aku tidak boleh terlalu sedih’ bisa jadi adalah bawaan trauma pengabaian di masa kecil yang berakhir menjadi luka batin di masa dewasa.
Kondisi semacam ini sebagaimana diungkap dalam riset Child Abuse Negl (2022), adalah respon psikologis yang berkaitan erat dengan pengalaman traumatis di masa kanak-kanak.
Salah satu bentuk pengabaian emosional yang dimaksud, yaitu ketika ekspresi tangis atau tertawamu dibahasakan sebagai emosi yang berlebihan maka saat dewasa dirimu terlanjur membatasi diri secara ketat ketika hendak bahagia atau sedih.
Baca Juga: Cegah Pikun, 4 Kebiasaan Sederhana Ini Bikin Kamu Makin Cerdas dan Mudah Mempelajari Suatu Hal Baru
2. Selalu ragu jika ingin menceritakan masalahmu
Sepanjang hidup tidak mungkin seseorang bebas dari masalah, bukan? Semakin banyak relasi yang terbangun, berbagai sandungan muncul di saat tidak terduga.
Bagi sebagian wanita, didengarkan saja menjadi sebuah kepuasan tersendiri.
Namun apakah kamu kesulitan untuk mengungkapkan keluh kesah atau permasalahanmu kepada orang lain? Alasannya karena dirimu khawatir membebani orang sekitarmu?
Baca Juga: Insecure hingga Merasa Dirimu Jelek, Bisa Jadi 5 Pengalaman Traumatis Ini Pernah Kamu Lewati
Jika demikian, bisa jadi saat kecil dirimu sempat melalui masa pengabaian hingga pada akhirnya, kamu merasa terisolasi secara emosional.
“Percaya bahwa membicarakan suatu masalah akan membebani orang lain secara tidak perlu dapat menjadi tanda pengabaian anak,” dikutip dari laman Your Tango.
3. Berpikir bahwa menangis tanda kamu lemah
Benar adanya orang biasa menangis salah satu sebabnya karena ada hal yang membuat dirinya sedih atau haru.
Namun, jika kamu merasa bahwa menangis adalah kelemahan dan dirimu sendiri tidak memperbolehkan diri menangis sebaiknya renungi kembali apakah di masa lalu kamu diabaikan secara emosional.
Keterkaitan antara pengabaian di masa kecil dengan persepsi tersebut terungkap pula dalam studi New Directions in Child Abuse and Neglect Research yang dipublikasikan pada tahun 2014.
Ingatlah, menangis adalah respon alami tubuh, dan itu menyehatkan tubuhmu. Tidak jarang seseorang yang berhasil meneteskan air matanya semakin baik perasaannya setelah itu.
Tidak pernah merasa melihat orang tua, kakak, dan adik menangis di hadapanmu bukan berarti aktivitas itu adalah sesuatu yang buruk dan membuat kamu terlihat lemah.
4. Merasa dihakimi orang jika kamu luapkan perasaan
Apakah kamu salah satu di antara orang yang punya persepsi bahwa ketika dirimu mengekspresikan perasaanmu, entah itu sedih atau bahagia, kelanjutannya orang akan menghakimimu.
Pikiran yang terbersit ‘Sembunyikan emosimu, karena orang akan memandang rendah dirimu’ seringkali mampir untuk menahan diri meluapkan perasaanmu.
Namun tahukah bahwa persepsi tersebut menjadi tanda bahwa kamu masih membawa luka batin pengabaian emosional di masa kecil.
Pengalaman diabaikan saat kecil dapat menyebabkan dirimu meyakini bahwa mengungkapkan emosi dengan jelas kepada orang lain dapat menjadi sebuah ekspresi kritik yang membahayakan hubungan sosialmu.
5. Sering menahan emosi marah
Tidak pernah marah memang akan membuat orang mengenalmu sebagai pribadi yang baik dan menyenangkan. Kamu tidak pernah memperlihatkan sisi buruk dan terkesan memiliki kesabaran seluas samudera.
Namun, jika hal ini sudah menjadi keyakinanmu bahwa kamu harus menahan emosi marah sebaiknya berhati-hatilah jangan sampai apa yang terpendam menjadi bom waktu.
Sikap ini menjadi bagian dari bentuk traumatis yang dibawa sejak kecil, karena bisa jadi saat dirimu anak-anak kamu seringnya diminta untuk meredam rasa marah dan lebih banyak diminta untuk mengalah dari orang lain.
Inilah 5 tanda kebiasaan seseorang yang masih memendam luka batin sejak kecil.***