Kenali Ciri Diskalkulia, Gangguan Kecerdasan yang Buat Anak Sulit Belajar Matematika

InNalar.com – Belajar matematika kerap menjadi tantangan bagi anak. Namun bagi anak penderita diskalkulia, belajar matematika akan lebih sulit.

Diskalkulia atau Dyscalculia berasal dari bahasa Latin. “Dys” yang berarti buruk, dan “Calculia” yang berarti menghitung.

Terlebih lagi, belakangan sedang ramai siswa SMK yang kesulitan menulis angka 9001. Kejadian tersebut 

Baca Juga: Eksotisme Kampung Tertua di Bali, Tradisi Uniknya Sukses Memikat Hati Turis Mancanegara

Pada umumnya, diskalkulia dialami oleh anak-anak dengan rentang usia 6-9 tahun. Dan gangguan ini dapat bertahan hingga dewasa.

Melansir dari Kemenkes, diskalkulia di idap sebanyak 3 – 7% anak yang duduk di bangku sekolah dasar.

Perlu di perhatikan, diskalkulia bukan merupakan gangguan mental. Namun gangguan yang membuat anak sulit belajar dan memproses informasi angka.

Baca Juga: Menciptakan Surga di Rumah: Inspirasi Hunian yang Unik, Alami dan Modern

Berikut adalah ciri – ciri yang ditemukan pada anak pengidap diskalkulia.

Pertama, kesulitan dalam belajar matematika atau kesal ketika bermain yang membutuhkan perhitungan.

Kedua, kebingungan saat menerima atau menghitung uang kembalian.

Baca Juga: Curug Cibuluh Gunung Halu, Pesona Alam Tersembunyi yang Jarang Terekspos, Penasaran?

Ketiga, Sulit mengingat kombinasi angka, seperti menghafal nomor telepon atau kode pos.

Keempat, Sulit mengerjakan operasi matematika dasar seperti pertambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Kelima, anak masih menghitung dengan bantuan jari saat teman sebaya sudah tidak.

Keenam, anak bisa menyelesaikan soal matematika, namun akan lupa pada keesokan harinya.

Anak dengan gangguan diskalkulia perlu penanganan dan pendekatan yang berbeda dari anak lain saat belajar matematika.

Bagi orang tua yang anaknya memiliki gejala diskalkulia, baiknya periksa anak ke dokter untuk mendeteksi apakah ada faktor lain yang membuat anak sulit belajar matematika.

Jika ingin memastikan anak mengidap diskalkulia atau tidak, harus dilakukan dengan menguji anak dengan tes.

Tes yang dilakukan berupa operasi matematika dasar, kemampuan mengingat dan kelancaran matematika, serta kecakapan dalam memahami kata.

Jika hasil tes pada akhirnya menunjukkan gejala diskalkulia, orang tua dapat melakukan konsultasi dengan guru mengenai metode belajar matematika yang tepat.

Serta cobalah untuk memuji anak ketika berusaha untuk belajar matematika. Dan sebisa mungkin jangan marah atau melakukan kekerasan pada anak ketika mendapat nilai jelek yang dapat menimbulkan stres.

Dengan pendekatan dan penanganan yang tepat, anak dengan gangguan diskalkulia tidak rendah diri dan lebih percaya diri.

Serta ada baiknya orang tua untuk melakukan konsultasi dengan dokter anak spesialis tumbuh kembang atau psikolog anak. Diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat dalam mengatasi diskalkulia pada anak. *** (Muhammad Arif)

 

Rekomendasi