

inNalar.com – Alam berperan penting dalam mendukung kehidupan manusia.Salah satunya kampung di pedalaman Papua ini yang setiap harinya bisa makan gratis dari hasil berburu atau berkebun.
Kekayaan Papua menyediakan segala kebutuhan manusia termasuk diantaranya adalah makanan.
Aktivitas memanah ikan menjadi salah satu kegiatan masyarakat Kabupaten Jayapura, Distrik Sentani Timur, khususnya di Kampung Asei Kali Kokouw.
Baca Juga: Viral, Kampung Vietnam Tersembunyi 20 Tahun di Tengah Hutan Belantara Kabupaten Cianjur
Tanpa menggunakan uang, masyarakat menjadikan Molo sebagai salah satu cara masyarakat Papua menangkap ikan.
Molo berarti memanah ikan atau spearfishing dengan cara menyelam ke dalam laut.
Masyarakat menangkap ikan dengan bermodalkan panah ikan sederhana yang terbuat dari kayu atau biasa disebut Jubi dan sebuah kacamata menyelam.
Baca Juga: Telusur Jejak Begu Ganjang, Hantu Penjaga Kebun yang Melegenda di Tanah Sumatera Utara
Posisi menangkap ikan dekat dari rumah warga, dapat turun jalan kaki menuju ke muara sungai. Warga bahkan terbiasa jalan tanpa alas kaki dalam perjalanan menuju muara.
Tradisi menangkap ikan Molo ini untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari oleh masyarakat Papua.
Dalam kegiatan Molo, masyrakat juga dapat mengurung ikan ke tempat yang lebih dangkal. Hal ini dilakukan supaya lebih mudah untuk memanah ikan.
Baca Juga: Makam Tersembunyi Orang Paling Kaya Indonesia Ternyata Berada di Pelosok Pedesaaan Kediri
Di Danau Sentani khususnya, Molo merupakan teknik berburu ikan yang sudah diwariskan sejak zaman dahulu.
Kegiatan molo biasa hanya menghabiskan waktu sebentar, setidaknya 2-3 jam dengan kedalaman penyelaman yang bervariasi.
Setelah mendapat ikan dari hasil Molo, sebagian masyarakat akan langsung memasak ikan untuk dapat disantap.
Masyarakat dapat menikmati kekayaan makan gratis dari alam, tapi dengan cara yang dapat menjaga alam tanpa merusaknya.
Hingga kini masyarakat masih melakukan penangkapan ikan dengan cara tradisional.
Kegiatan Molo salah satu tradisi untuk melestarikan alam. Selain itu warga juga bijak dalam menentukan jumlah tangkapan yang boleh diambil.
Baca Juga: Bazaar UMKM BRILiaN BRI Lesatkan Bisnis Klaster Petani Salak Sumatera Utara
Masyarakat juga melihat hasil tangkapan yang tidak boleh diambil, misalnya lobster muda dan lobster yang sedang bertelur akan dikembalikan ke alam.
Aktivitas Molo dapat dilakukan sejak pagi hingga siang hari. Selain untuk makan sendiri, sebagian masyarakat juga menjual hasil tangkapan.
Supaya tidak menurunkan harga nilai jual, masyarakat Papua pandai dalam menjual ikan yang hidup dan segar.
Baca Juga: Menilik Bukit Hyundai, Destinasi Wisata Baru Ditengah Hiruk Pikuk Bekasi
Kekayaan sumber daya laut di Papua adalah bentuk anugerah dari Tuhan. Masyarakat merawatnya dengan baik sebagai kearifan lokal yang patut dilestarikan.
“Tong hidup dari laut, dari alam. Kalau tong pu laut rusak, tong juga yang akan sengsara. Makanya tong harus jaga baik-baik,” tutur Solaiman, dilansir Eco Nusa, pada Juni.
Selain kekayaan tanah Papua juga menyuguhkan keindahan. Masyarakat setuju jika hidup di alam dan makan dari alam, maka harus selalu menjaga alam.
Bersyukur terhadap apa yang telah diberikan Tuhan dan menjaganya adalah bagian dari kehidupan warga Papua. *** (Aprina Damayanti)