1 Km dari Istana Kepresidenan, Penghuni Kampung di Jakarta Ini Punya Kebiasaan Unik Jika Mau Tidur

inNalar.com – Kampung Tanah Tinggi, yang terletak di Kecamatan Johar Baru, Jakarta pusat. Merupakan salah satu kawasan pemukiman terpadat di ibu kota.

Di Kampung Tanah Tinggi terdapat fenomena di mana para warganya yang memiliki kebiasaan tidur shift-shiftan atau bergantian.

Hal ini mencerminkan kerasnya tantangan kehidupan masyarakat pada kawasan dengan kodisi padat di kota besar seperti Jakarta.

Baca Juga: 10 km dari Tugu Jogja, Makam Keramat di Masjid Kuno Yogyakarta Ini Paling Ditakuti Para Pilot

Kampung Tanah Tinggi berlokasi hanya sekitar 1 kilometer dari Istana Kepresidenan dan dikelilingi oleh berbagai fasilitas umum seperti sekolah, pasar, dan pusat perbelanjaan.

Walaupun berada di tengah kota yang bisa dikatakan maju, kondisi lingkungan di kawasan ini teramat sangat memprihatinkan.

Dengan luas tanah kurang lebih sekitar 2,5 hektar, wilayah ini dihuni oleh hampir 2.500 jiwa, sehingga kepadatan penduduknya bisa mencapai sekitar 60.000 jiwa per kilometer persegi.

Baca Juga: 3 Kota Terkaya di Jawa Timur, Posisi Pertama Diduduki Daerah Seluas 63,4 Km Ini: Bukan Surabaya

Rumah-rumah di lokasi ini umumnya dibangun secara tidak resmi dan berdekatan satu sama lain, menciptakan suasana yang sempit dan kumuh.

Wilayah padat penduduk ini mempunyai sejarah yang cukup panjang sebagai kawasan pemukiman yang dibangun sejak tahun 1950-an.

Awalnya, daerah ini ditetapkan untuk kawasan perumahan bagi para pekerja migran yang datang ke Jakarta untuk mencari peruntungan.

Baca Juga: BRI Raup Laba Bersih Rp45,36 Triliun, Kinerja Keuangan BBRI Triwulan III 2024 Tuai Capaian Positif

Namun, seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat dan urbanisasi yang tidak terencana, banyak rumah dibangun tanpa izin dan tanpa perencanaan yang memadai.

Hingga, pada akhirnya banyak sekali bangunan tempat tinggal yang tergolong tidak layak huni.

Seiring waktu, dikarenakan oleh kondisinya yang sangat memprihatinkan kampung ini menjadi simbol dari tantangan urbanisasi di ibu kota.

Baca Juga: Kanibalisme? Bongkar Misteri Tradisi Suku Korowai di Pedalaman Papua yang Sebenarnya

Yang di mana banyak warga terpaksa tinggal dalam kondisi yang sangat kurang ideal untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Karena kondisi ruang yang sangat terbatas dan jumlah penghuni yang sangat banyak, warga Kampung Tanah Tinggi terpaksa harus tidur bergantian.

Bahkan dalam beberapa kasus, satu rumah berukuran kecil yang misalnya hanya berukuran 2×3 meter, ditinggali oleh lebih dari 10 orang.

Baca Juga: 6 Suku Penghasil Wanita Sangat Cantik di Indonesia, Nomor 1 Suku Ternyata Bukan Sunda

Hal ini menyebabkan warga harus membagi waktu tidur mereka menjadi tiga shift agar semua anggota keluarga dapat beristirahat dengan cukup.

Lurah setempat menyebutkan bahwa kondisi ini membuat warga harus saling menghormati waktu tidur satu sama lain.

Misalnya, saat satu kelompok beristirahat, kelompok lainnya tetap beraktivitas untuk menjaga keamanan lingkungan dan melanjutkan pekerjaan mereka.

Kebiasaan ini bukan hanya untuk mengatasi keterbatasan ruang tetapi juga untuk memastikan bahwa semua anggota keluarga dapat memiliki waktu untuk beristirahat.

Tentu saja kebiasaan tidur bergantian ini dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental warga.

Penelitian menunjukkan bahwa pola tidur yang tidak teratur dapat menyebabkan kelelahan kronis, obesitas, dan penyakit jantung.

Selain itu, kondisi lingkungan yang padat juga berkontribusi pada masalah sosial seperti kenakalan remaja dan konflik antar warga.

Tidak jarang kejadian seperti tawuran atau bentrokan terjadi di kawasan pada di Jakarta ini, bahkan tidak jarang keributan tersebut dikarenakan oleh masalah sepele saja.

Meskipun demikian, kehidupan sehari-hari masyarakat Kampung Tanah Tinggi sangat dipenuhi oleh nilai-nilai kebersamaan. Kondisi pemukiman yang padat membuat interaksi sosial yang terjadi antar warga sangat kuat.

Walaupun hidup dalam kondisi sulit, banyak warga yang tetap optimis dan mencari cara untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Kebanyakan masyarakat yang tinggal di tempat ini bekerja di sektor informal seperti petugas kebersihan, pengamen, dan jasa transportasi ojek online.

Dan beberapa masyarakat ada yang memulai untuk mengembangkan usaha kecil-kecilan agar bisa meningkatkan pendapatan keluarga mereka.***

 

Rekomendasi