

inNalar.com – Rumah adalah salah satu tempat yang melindungi kita dari teriknya panas, hujan dan juga perlindungan.
Perkembangan dari rumah adat atau tradisional menuju rumah modern seperti saat ini.
Atau lebih tepatnya sebagai evolusi arsitektur atau transformasi arsitektur.
Namun terdapat pengecualian bagi suku satu ini tetap menjaga kelestarian adat dan budaya masyarakat.
Suku Arfak adalah salah satu suku di Indonesia yang berada di Papua Barat.
Berlokasi di kaki pegunungan Arfak, kabupaten Pemakaran dari kabupaten induk yaitu Kabupaten Manokwari.
Baca Juga: 1 Km dari Istana Kepresidenan, Penghuni Kampung di Jakarta Ini Punya Kebiasaan Unik Jika Mau Tidur
Masyarakat suku Arfak mempunyai rumah adat yang bernama rumah kaki seribu yang disebut Mod Aki Aksa (IgkoJei).
Merupakan rumah panggung yang semua bahan dasarnya dari kayu khusus dan beratap alang-alang.
Kayu butska digunakan untuk dinding rumah dan daun pandan sebagai atapnya.
Baca Juga: 10 km dari Tugu Jogja, Makam Keramat di Masjid Kuno Yogyakarta Ini Paling Ditakuti Para Pilot
Kedua bahan ini digunakan karena memiliki kekuatan, tahan lama dan nyaman.
Memiliki ukuran 8×6 meter, tinggi panggung yang diukur dari dasar tanah sekitar 1 sampai 1,5 meter dan tinggi puncak atap antara 4,5 sampai dengan 5 meter.
Dijuluki rumah kaki seribu, karena mempunyai tiang-tiang utama yang banyak berada di bawah kolom.
Baca Juga: 3 Kota Terkaya di Jawa Timur, Posisi Pertama Diduduki Daerah Seluas 63,4 Km Ini: Bukan Surabaya
Selain itu juga ada penyangga yang mengelilingi, serta ada motif kotak-kotak untuk menahan.
Supaya rumah tersebut terlihat kuat dan tahan akan gempa maupun serangan.
Tidak hanya sebagai tempat hunian, bagian bawah rumah kaki seribu dapat difungsikan untuk peternakan.
Baca Juga: BRI Raup Laba Bersih Rp45,36 Triliun, Kinerja Keuangan BBRI Triwulan III 2024 Tuai Capaian Positif
Di bagian bawah diisi seperti babi dan ayam yang dipelihara secara bersamaan.
Dalam rumah memiliki dua pintu depan dan belakang, serta tidak memiliki jendela.
Tujuan dengan tidak adanya jendela karena agar rumah tersebut mampu melindungi dari serangan binatang buas.
Cuaca dingin dan serangan dari suku lain yang bermusuhan.
Untuk rumah kaki seribu yang memiliki ukuran yang cukup besar dapat diisi dari 5 sampai 10 keluarga.
Yang mana pasangan suami istri tidak bisa tidur bersamaan, tetapi terpisah dan sudah ada ketentuannya.
Posisi tidur harus sejajar sesuai dengan pasangan masing-masing,
Ada juga tempat untuk menyimpan kayu bakar yang tiap kali mengumpulkan kayu.
Diletakannya pada tempat yang tersedia untuk dikeringkan terlebih dahulu sebelum dibakar.
Terdapat hal unik dari rumah kaki seribu ini yaitu bagi perempuan yang sedang menstruasi dan melahirkan tidak diperbolehkan untuk tinggal.
Tetapi akan diasingkan yang di mana sudah disediakan tempat rumah atau kamar khusus jauh dari rumah kaki seribu tersebut.
Rumah kaki seribu bukan hanya sekedar tempat tinggal, tetapi sebagai simbol ketahanan budaya dan cara hidup masyarakat Suku Arfak.
Dengan segala keterbatasan dan tantangan, tetap bisa menjaga melestarikan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.***