

inNalar.com – Di tengah rimbunnya hutan Sumatera, tersembunyi warisan ejarah nenek moyang yang agung.
Warisan ini berupa seratus candi yang tersebar di area hutan dengan luas candi mencapai 3981 hektar, sekitar delapan kali luas Candi Borobudur.
Situs kuno ini bernama Kompleks Percandian Muaro Jambi.
Baca Juga: Mengaku Keturunan Majapahit, Warga Desa di Jombang, Jawa Timur Tak Bicara dengan Bahasa Jawa
Keberadaan situs sejarah ini tidak hanya membuktikan adanya sejarah, tetapi juga mengangkat kisah-kisah mistis dan bukti kemegahan pendidikan Buddhis pada masa lampau.
Dilansir dari kanal YouTube ASISI Channel yang diunggah pada tanggal 16 Agustus 2024, situs ini diperkirakan sudah berdiri sejak masa kejayaan Sriwijaya, pusat kekuasaan maritim Asia Tenggara.
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa Kompleks Muaro Jambi dulunya adalah pusat pendidikan Buddhis yang ramai.
Baca Juga: 5 Kabupaten Terluas di Jawa Barat 2024, Nomor 1 Disabet Daerah Berjuluk Ratu Kidul Ini
Menurut I-Tsing, seorang biksu dan pelajar dari Tiongkok yang pernah menetap di Sriwijaya, tempat ini dulunya terdapat lebih dari 1000 biksu yang mendalami ajaran-ajaran Buddha.
Bahkan, Sriwijaya diakui sebagai pusat persiapan untuk pelajar yang ingin melanjutkan pendidikannya di Nalanda, pusat pendidikan Buddhis terbaik di India.
Dharmakirtisri adalah salah satu guru besar Buddhis yang sangat terkenal pada masa itu.
Ia mengajar di sini dan menyebar luaskan perkembangan ajaran Buddha di Asia Tenggara.
Uniknya, situs ini menyimpan candi-candi yang terus dibuka dari kedalaman tanah. Salah satunya adalah Candi Koto Mahligai.
Candi Koto Mahligai memiliki arsitektur yang mirip dengan Ta Prohm Temple di Angkor Wat, Kamboja.
Baca Juga: Desa di Purwokerto, Jawa Tengah Ini Ternyata Penghasil Abang Cireng, Sekampung Kompak Bisnis Aci
Pada candi ini, terdapat akar-akar besar yang membelit bangunannya.
Di sini juga ditemukan arca Buddha dari Dinasti Gupta.
Carbon dating atau penanggalan radiokarbon mengindikasikan beberapa bangunan ini berasal dari abas ke-7 hingga 12 Masehi.
Baca Juga: Terus Dihantam Ombak! Pulau Mungil di Kepulauan Riau ini Terancam Hilang Tenggelam
Kompleks ini juga sudah dicalonkan ke UNESCO untuk dijadikan situs warisan dunia pada tahun 2009.
Keunikan lain dari candi ini adalah sumur kuno di Candi Kedaton.
Air dari sumur ini dipercaya memiliki khasiat penyembuhan dan ber-PH tinggi.
Selain pendidikan, Kompleks Muaro Jambi juga dijadikan sebagai pusat perdagangan dan spiritualitas.
Lokasinya yang berdekatan dengan pelabuhan menjadikannya tempat yang strategis bagi para pendagang.
Di area ini juga ditemukan sebuah batu berbentuk umpak.
Menurut para ahli, batu tersebut adalah jam matahari, yang diduga oleh I-Tsing adalah welacakra, atau roda waktu.
Benda itu digunakan untuk menentukan hari berdasarkan bayangan.
Fenomena unik lainnya di sini adalah bahwa setiap bulan September, semua bayangan di area ini akan menghilang, seolah-olah negeri tanpa bayangan.
Tak hanya arca Buddha, di sini juga ditemukan arca Dwarapala dengan wajah yang tidak biasa.
Jika dwarapala pada umumnya memiliki wajah garang, berbeda dengan dwarapala di Muaro Jambi ini, ia memiliki wajah dengan senyum yang ramah dan menggunakan atribut yang sederhana.
Penemuan ini memberikan gambaran tentang kesederhanaan penduduk Muaro Jambi di masa lalu.
Tidak jauh dari Candi Kedaton, terdapat Candi Gedong yang terkenal dengan arca gajah yang menggendong singa (gajasingha).
Gajasingha ini merupakan sebuah makhluk mitologis yang populer dalam tradisi Hindu-Buddha.
Komples ini terdiri dari Gedong I dan Gedong II yang masing-masing mempunyai keunikan tersendiri.
Hal menarik dari Gedong I adalah ditemukannya keramik dari Dinasti Sung, Yuan, dan Ming.
Muaro Jambi adalah cerminan kebesaran Kerajaan Sriwijaya yang sangat dihormati di seluruh Asia.
Hingga saat ini, kompleks ini terus diteliti oleh para peneliti dan arkeolog untuk mengetahui lebih banyak rahasia di dalamnya.***(Dea Fransisca)