Kampung Adat Kranggan, Warisan Budaya Sunda Tertua di Bekasi yang Masih Terjaga Hingga Kini

inNalar.com – Kampung Adat Kranggan di Bekasi, Jawa Barat, memiliki sejarah panjang nan dipercayai sudah ada sejak abad ke-16.

Membuat Kampung Adat Kranggan ini menjadi salah satu perkampungan tertua di kawasan ini.

Di tengah-tengah gempuran modernisasi yang melanda, warga Kranggan masih menjaga tradisi leluhur dan rumah adat Sunda yang telah bertahan selama tujuh generasi.

Baca Juga: 6 Kebiasaan Unik Suku Himba di Afrika Selatan, No 2 Pasti Kamu Terkejut dan No 5 Siap Geleng Kepala

Kampung ini bermula dari kedatangan pendirinya, yakni Syaipin atau yang dikenal sebagai Olot Ipin yang berasal dari Desa Kranggan di Gunung Putri, Bogor.

Kemudian, Olot Ipin mendirikan perkampungan di wilayah yang kini menjadi Kelurahan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.

Saat ini, penduduk asli Kranggan sebagian besar adalah keturunan langsung Olot Ipin, sebagaimana dijelaskan oleh Abah Namin, juru bicara Kasepuhan Adat Kranggan.

Baca Juga: Salah Satu Daerah di Jawa Tengah Ada yang Berjuluk Kota Cheater, Jangan-Jangan Kotamu?

Menurut Abah Namin, sebagian besar warga Kranggan memiliki hubungan kekerabatan erat, karena mereka merupakan keturunan dari satu leluhur yang sama.

Masyarakat Kranggan dulunya bekerja sebagai petani, pedagang, dan buruh.

Namun, profesi ini telah banyak berubah. Kini, penduduk memiliki pekerjaan yang lebih bervariasi, mulai dari pegawai negeri, buruh pabrik, hingga pekerja kantoran.

Baca Juga: 150.000 Tomat Ludes! Begini Uniknya Festival Perang La Tomatina di Spanyol

Meskipun demikian, masyarakat masih berusaha menjaga rumah adat Sunda, walaupun banyak rumah tradisional yang sudah direnovasi atau diganti dengan bangunan mengikuti gaya modern.

Abah Namin mengungkapkan bahwa rumah adat Sunda di Kranggan rata-rata berukuran kecil, biasanya dibangun dalam bentuk rumah panggung.

Sayangnya, semakin sedikit rumah panggung yang tersisa karena sebagian warga memilih membangun rumah modern yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini.

Kini, hanya tersisa beberapa rumah adat yang masih dipertahankan, sebagian besar milik tokoh adat atau sesepuh Kampung Kranggan.

Meski modernisasi terus berlangsung, Kampung Kranggan tetap menjaga satu rumah adat besar sebagai simbol warisan leluhur.

Rumah adat ini juga telah mengalami renovasi beberapa kali, terutama untuk memperbaiki kerusakan, seperti mengganti lantai papan dengan keramik.

Bagi pecinta kebudayaan tradisional, Kampung Adat Kranggan menjadi salah satu destinasi yang layak dikunjungi.

Berbagai tradisi dan budaya khas Sunda masih dipertahankan di kampung ini, termasuk keberadaan pemimpin adat yang disebut Kolot atau Olot.

Pemimpin adat ini diakui dan dihormati oleh warga karena dianggap memiliki pengetahuan mendalam tentang adat dan tradisi turun-temurun.

Sejarah pemimpin adat Kranggan tersusun dalam garis keturunan dari generasi pertama hingga saat ini.

Dimulai dari Olot Pidin, diikuti oleh Olot Ipin, Olot Hamizah, Olot Okong, Olot Piun, Olot Dempling, Olot Mi’ing, Olot Misun, hingga Olot Ra’ih.

Kini, Kampung Adat Kranggan dipimpin oleh Olot Kisan. Olot Kisan saat ini berperan penting dalam menjaga keberlangsungan adat dan tradisi kampung agar tetap lestari.

Di balik bangunan tradisional Kranggan, ternyata menyimpan sejarah panjang tentang kehidupan warganya.

Rumah Adat Krangan kini hanya tersisa 12 rumah dari 96 rumah adat pada tahun 2018. Hal ini menjadi peninggalan budaya Sunda yang masih terjaga.

Lalu, untuk melsatarikan peninggalan warisan budaya ini, Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Kelurahan Jatirangga, dan sejumlah lembaga lain, mengadakan acara Indonesian Vernadoc Bekasi pada tahun 2023.

Kegiatan Indonesian Vernadoc Bekasi 2023 bertujuan untuk mengedukasi dan mempromosikan kekayaan arsitektur tradisional Indonesia ke dunia internasional.

Acara ini mendokumentasikan arsitektur Rumah Adat Kranggan dan melibatkan kolaborasi antara berbagai lembaga, seperti Vernadoc Indonesia, Vernadoc Thailand, Vernadoc Malaysia, Vernadoc Kamboja, dan Rangsit University.

Lurah Jatirangga, Ahmad Apandi, menyampaikan bahwa Indonesian Vernadoc Bekasi 2023 adalah ajang kolaborasi para arsitek dari berbagai negara di Asia Tenggara.

Delegasi dari berbagai negara bekerja sama membuat gambar 2D dari Rumah Adat Kranggan, yang nantinya akan dipamerkan untuk masyarakat Kranggan.

Kegiatan ini dianggap sebagai langkah penting dalam melestarikan arsitektur tradisional yang menjadi bagian dari kekayaan budaya Nusantara di tengah arus modernisasi.

Dekan FTUI, Heri Hermansyah, berharap acara Indonesian Vernadoc Bekasi dapat memberikan dampak positif dalam mendukung kelestarian arsitektur tradisional Indonesia. 

***(Refaldo Pekerti Al Ghiffari)

 

Rekomendasi