Fantastis! Pendapatannya Capai Rp50 Miliar per Tahu, Desa Terkaya di Indonesia Ternyata Ada di Bali

inNalar.com – Bali dikenal sebagai destinasi wisata yang kaya dan selalu ramai pengunjung.

Di tengah pesona Pulau Dewata ini, terdapat satu desa yang selama puluhan tahun terpuruk dalam kemiskinan.

Namun, berkat perubahan kebijakan, desa tersebut kini telah bertransformasi menjadi desa yang makmur dan kaya.

Baca Juga: Jejeran Tiang Bernilai Rp193 Miliar Mangkrak, Proyek Monorel Ini Masih Jadi Sorotan

Desa Kutuh desa yang telah dinobatkan sebagai desa terkaya di Indonesia.

Desa ini terletak di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.

Perjuangan penduduk Kutuh untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat selama bertahun-tahun mendorong mereka untuk memisahkan diri dari Desa Ungasan.

Baca Juga: Giatkan Pemberdayaan, Kredit UMKM BRI Capai Rp1.105,70 Triliun per Triwulan III 2024

Akhirnya, mereka memiliki niat untuk membentuk wilayah administrasi mereka sendiri.

Pada tahun 2002, impian warga Kutuh akhirnya terwujud ketika mereka berhasil memisahkan diri.

Dengan semangat gotong royong, mereka bekerja keras selama bertahun-tahun untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan menjadikan desa mereka semakin sejahtera.

Baca Juga: Camilan Manis Khas Jawa Tengah Yang Bikin Gen X dan Milenial Nostalgia

Pada tahun 2014, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang bertujuan untuk membantu desa-desa meningkatkan sumber pendapatan mereka.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 87 Ayat 1, desa-desa diperbolehkan untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang dikelola oleh masyarakat setempat bersama pejabat desa.

BUMDes ini dirancang untuk memperkuat perekonomian desa dengan memanfaatkan potensi yang ada.

Desa Kutuh menjadi salah satu yang paling sukses dalam mengelola BUMDes.

Badan usaha ini resmi didirikan dengan nama Manik Sedana Kutuh pada 30 Oktober 2016 di Jalan Melasti No. 3.

Pada tahun 2017, saat awal pengelolaannya, BUMDes Manik Sedana Kutuh meluncurkan tiga program utama: Pancali Spa, yang menawarkan layanan pijat bagi wisatawan di Pantai Pandawa; pengangkutan sampah; dan program penyediaan barang serta jasa.

Dengan semangat dan kerja keras, kini Desa Kutuh telah memiliki sembilan unit usaha, termasuk Lembaga Perkreditan Desa, Gunung Payung Cultural Park, Pantai Pandawa, Paragliding, Seni Budaya Kecak, Unit Barang dan Jasa, Unit Piranti Yatna, Unit Konstruksi, dan Unit Komunikasi.

Warga desa juga aktif membuka toko grosir, menyewakan lapangan olahraga, menyediakan wantilan untuk berbagai acara, serta menawarkan jasa keamanan untuk upacara keagamaan.

Beberapa objek wisata yang terkenal di Desa Kutuh antara lain Pantai Pandawa.

Pantai ini sebelumnya dikenal sebagai Pantai Melasti, yang diambil dari kegiatan upacara penyucian bagi umat Hindu yang dilakukan di sana.

Pantai Pandawa memiliki pasir putih yang indah dan pemandangan yang sangat unik, karena pantai ini dikelilingi oleh dua bukit kapur putih.

Di area ini juga terdapat enam patung Pandawa beserta ibu mereka, Dewi Kunti.

Selain menawarkan pengalaman berenang yang menyenangkan, Pantai Pandawa juga dilengkapi dengan perahu kano dan berbagai fasilitas lainnya.

Keindahan Pantai Pandawa membuatnya dijuluki sebagai “secret beach” atau pantai rahasia oleh para wisatawan mancanegara.

Objek wisata lainnya adalah Pantai Gunung Payung, yang berjarak sekitar 4,5 kilometer dari Pantai Pandawa.

Kini terdapat hampir 160 pengusaha lokal yang berkontribusi pada kemajuan kawasan wisata ini.

Di sisi kiri jalan menuju pantai ini, terdapat sebuah pura yang dikenal dengan nama Gunung Payung, yang menjadi asal usul nama pantai tersebut.

Sepanjang Pantai Gunung Payung, pengunjung dapat menemukan pasir putih yang lembut dan air laut yang jernih dengan gradasi biru-kehijauan.

Kawasan pantai ini sangat ideal untuk berjemur sambil menikmati pemandangan paralayang.

Bagi para pencari tantangan, masyarakat lokal Desa Kutuh juga menawarkan penyewaan paralayang dengan tarif sekitar Rp400 ribu.

Selain keindahan alamnya, Desa Kutuh juga memiliki Pasar Seni Pandawa yang diresmikan pada 23 Maret 2019 oleh bendahara desa bersama Departemen Koperasi UKM Badung.

Pasar seni ini menjual berbagai kerajinan tangan dari penduduk setempat, seperti cenderamata, pernak-pernik, aksesori, seprai, pakaian, souvenir khas Bali, patung ukiran, sandal, dan kebutuhan sehari-hari, dengan harga yang relatif terjangkau.

Tidak mengherankan jika desa ini pernah meraih juara pertama dalam lomba desa kategori regional Jawa dan Bali yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2017.

Desa Kutuh menjadi contoh inspiratif bagi desa-desa lain di Indonesia dalam pengembangan sektor pariwisata.

Dari satu destinasi wisata yang berkembang, muncul potensi-potensi pariwisata lainnya. Masyarakat setempat bekerja keras dalam mengembangkan sektor ini, didukung oleh desa.*** (Aliya Farras Prastina)

 

Rekomendasi