

inNalar.com – Indonesia kini tengah mengerjakan beberapa proyek ambisius salah satunya adalah pembangunan kanal sepanjang 28 kilometer di Selat Makassar.
Proyek dengan nama Terusan Khatulistiwa di wilayah perairan Makassar ini memiliki tujuan untuk meningkatkan efisiensi transportasi laut di Indonesia terkhususnya untuk wilayah timur
Kanal laut ini juga disebut-sebut memiliki potensi yang dapat menyaingi Terusan Suez di Mesir yang telah lama menjadi jalur perdagangan utama dunia.
Baca Juga: Telan Anggaran Rp2.000 Triliun, Ini Megaproyek Baru Indonesia yang Nilainya Lima Kali dari IKN
Terusan Suez sendiri, dianggap sebagai salah satu pencapaian terbesar umat manusia, karena berhasil menghubungkan Laut Mediterania dengan Laut Merah pada tahun 1869.
Sehingga memungkinkan kapal-kapal untuk menghindari perjalanan panjang mengelilingi Tanjung Harapan di Afrika.
Hingga kini Terusan Suez pun telah memfasilitasi kurang lebih sekitar 12% dari total perdagangan internasional.
Baca Juga: Asyik! Jawa Barat Bakal Punya Pelabuhan Raksasa Rp40 Triliun yang Jadi Gerbang Maritim Nasional
Sementara terusan ini telah berfungsi sebagai penghubung utama antara dua lautan, Terusan Khatulistiwa di Selat Makassar akan menghubungkan beberapa pulau di Indonesia Timur.
Dengan panjang 28 kilometer, terusan ini akan memungkinkan kapal-kapal besar untuk melintas dengan lebih efisien, meskipun tidak sebesar Terusan Suez yang berukuran 193 kilometer.
Proyek ambisius RI ini juga berkaitan erat dengan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur, yang diharapkan akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru bagi Indonesia.
Baca Juga: Habiskan Rp2.000 Triliun, Megaproyek di Kalimantan Utara Ini Bakal Babat Hutan 30 Ribu Hektare
Tak hanya itu, dengan adanya proyek ini juga akan berdampak pada aksesibilitas dan efisiensi transportasi migas akan meningkat secara signifikan.
pasalnya, di beberapa waktu lalu Pertamina telah menemukan sumber daya gas di daerah Sulawesi.
Dengan adanya temuan tersebut proyek kanal ini sangat memberikan dampak besar karena bisa memperpendek waktu transportasi energi dari Indonesia Timur ke pasar domestik dan internasional.
Baca Juga: Meninjau Keuntungan dan Kerugian Ekonomi Indonesia di Era Prabowo Pasca Gabung BRICS
Jika setiap tahun ada sekitar 1.000 kapal yang menggunakan kanal yang bakal dibangun di Selat Makassar ini, potensi penghematan bahan bakarnya bisa mencapai Rp1,9 triliun.
Sehingga bisa dikatakan bahwa proyek kanal ini menjadi solusi produksi dan distribusi salah satu sumber energi ini di wilayah timur, yang selama ini mengalami kendala dalam hal infrastruktur transportasi.
Hal ini akan memberikan dampak positif bagi industri migas nasional serta memperkuat posisi negara kita sebagai salah satu produsen energi utama di kawasan Asia Tenggara.
Karena Terusan Khatulistiwa ini berpotensi mendukung ketahanan energi dan meningkatkan kemandirian energi dalam skala nasional.
Dengan mempermudah akses ke sumber daya migas di Indonesia Timur, proyek ini bisa mengurangi ketergantungan pada impor energi.
Tak hanya pada sektor tersebut, proyek ini diprediksi akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal di wilayah Sulawesi dan sekitarnya.
Hal tersebut dikarenakan dengan adanya peningkatan infrastruktur transportasi, dapat menarik investor-investor baru.
Sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru yang berdampak kepada meningkatnya kesejahteraan masyarakat setempat.
Secara keseluruhan, proyek Terusan Khatulistiwa merupakan langkah strategis untuk meningkatkan infrastruktur transportasi serta memperkuat ekonomi negara.
Dengan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, diharapkan proyek ini dapat segera terealisasi dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan negara.***