

inNalar.com – Pemerintah Indonesia telah merencanakan pembangunan mega proyek yang akan mengubungkan beberapa pulau di antaranya Jawa, Sumatera, hingga Papua.
Berdasarkan kajian Institute for Essential Services Reform (IESR) mega proyek tersebut diperkirakan akan membutuhkan dana investasi sekitar Rp1.600-2.440 triliun.
Proyek tersebut merupakan upaya Indonesia untuk mendukung program transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE).
Proyek yang disebut akan membelah lautan ini dinamakan super grid atau interkoneksi antarpulau di Indonesia.
Proyek super grid adalah jaringan listrik yang terpadu yang bertujuan untuk mengintegrasikan dan mengefisiensi jaringan listrik di seluruh nusantara.
Berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2022-2031, super grid akan dimulai pada tahun 2025 hingga 2050.
Pengoperasian jaringan transmisi dalam proyek super grid akan dioperasikan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Menurut Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementrian ESDM Jisman Hutajulu mengatakan, kehadiran proyek ini dapat membawa pasokan listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) yang lokasinya jauh dari sumber perminatan.
Meski demikian, ia belum menjelaskan secara detail terkait proyek ini dibangun untuk memfasilitasi skema power wheeling yang selama ini menjadi tarik ulur dalam pengembangan EBT.
Ia juga mengungkapkan, potensi EBT didominasi di luar pulau Jawa. Tanpa adanya interkoneksi antar pulau maka transisi energi akan sangat sulit dilakukan.
Interkoneksi Sumatera-Jawa akan sangat dibutuhkan mulai tahun 2033 mendatang.
Sementara interkoneksi Kalimantan-Jawa dibutuhkan mulai tahun 2034 sampai dengan 3 jalur.
Baca Juga: Selamat Ya, Pemerintah Bakal Naikkan UMP Bengkulu 2025 Jadi Rp2,7 Juta Pada Tanggal 21 November
Jisman menambahkan potensi surya yang melimpah di NTT dan NTB harus dimanfaatkan dengan baik.
Oleh karena itu, interkoneksi Jawa-NTB via Bali akan dibutuhkan mulai 2027 dan Interkoneksi Jawa-NTT via Bali dan Sumba akan dibutuhkan mulai 2044.
Kemudian, interkoneksi Kalimantan-Sulawesi diperlukan mulai 2055 untuk memaksimalkan potensi EBT terutama air dan angin di kedua pulau tersebut.
Lebih lanjut, super grid akan menggunakan komponen ACDC dan pembangunan listrik kabel laut menghubungkan jaringan listrik antar pulau terutama pulau-pulau besar seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
Sehingga nantinya proyek tersebut tidak hanya menyambungkan listrik namun dapat meningkatkan keandalan kelistrikan Indonesia.
Tidak hanya itu, pembangunan pembangkit listik ini menggunakan energi baru terbarukan termasuk pembangkit listrik tenaga air, angin, dan surya.
Hal itu tentunya membuat negara lain menginginkan proyek tersebut.
Selain itu, super grid menggunakan sistem SCDA atau sistem kontrol dan pengawasan secara real time sehingga memastikan jaringan listrik yang beroperasi dengan efisien dan aman. *** (Ummi Hasanah)