Dibangun di Bawah Tanah Sedalam 30 Meter, Megaproyek LRT Bali Dikhawatirkan Mangkrak, Ini Penyebabnya

inNalar.com – Pembangunan megaproyek Lintas Raya Terpadu atau Light Rail Transit (LRT) Bali Urban Subway telah resmi dimulai pada 4 September 2024.

Proses dimulainya pembangunan ini ditandai dengan upacara ngeruwak yang diselenggarakan oleh PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ)

Kemudian bersama dengan PT Bumi Indah Prima (BIP) bertempat di Sentral Parkir Kuta.

Baca Juga: Butuh Waktu 20 Tahun, Begini Kabar Kelanjutan Mega Proyek Jembatan Indonesia dan Malaysia

Upacara ngeruwak bertujuan untuk memohon keselamatan dan kelancaran pembangunan, serta untuk memberi doa kepada alam agar proyek ini berjalan lancar.

Setelah upacara, dilakukan serangkaian kegiatan, mulai dari pembersihan area, pengukuran lahan, hingga peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Penjabat Gubernur Bali.

Proyek Bali Urban Subway ini merupakan hasil kolaborasi strategis yang dimulai dengan inisiatif dari Pemerintah Provinsi Bali.

Baca Juga: Sterilisasi Stasiun Yogyakarta, 75 Bangunan Dirobohkan PT KAI Agar Muluskan Proyek Rel Kereta Api

Inisiatif ini kemudian dilanjutkan oleh PT SBDJ yang bekerja sama dengan PT BIP untuk membangun sistem transportasi massal berbasis kereta di Bali.

Adapun PT Indotek sebagai kontraktor utama yang dibersamai pula oleh China Railway Construction Corporation (CRCC) nantinya akan merealisasikan proyek ini.

Tidak hanya dengan kotraktor utama, pembangunan ini memiliki kontraktor lokal yakni dari PT Sinar Bali Bina Karya.

Baca Juga: Terbesar se-Asia Tenggara, Hanggar Pesawat di Banten Seluas 64.000 M2 Luasnya Kalahkan Lockheed Martin AS

Peletakan batu pertama sebagai simbolis peresmian pembangunan dilakukan oleh Penjabat Gubernur Bali.

Sang Made Mahendra Jaya selaku PJ gubernur meresmikan dan diiringi doa yang dipimpin oleh Ida Ratu Peranda Geriya Gulingan.

Proyek ini bukan pembangunan skala kecil, karena nilai investasinya mencapai USD 20 miliar.

Baca Juga: Terbesar se-Asia Tenggara, Hanggar Pesawat di Banten Seluas 64.000 M2 Luasnya Kalahkan Lockheed Martin AS

PT BIP ditunjuk sebagai investor utama. Investor ini akan mendapatkan hak konsesi untuk mengelola LRT Bali selama 50 tahun.

PJ Gubernur Bali sempat mengungkapkan kekhawatirannya terkait pembangunan Light Rail Transit ini, karena ia harus memastikan megaproyek ini secara serius.

Mengingat bahwa proyek transportasi berbasis kereta yang sepenuhnya dibiayai oleh dana investor ini dapat berjalan sesuai rencana dan tidak terbengkalai.

Baca Juga: Kemacetan Bandung Makin Parah, Proyek Jalan Tol yang 17 Tahun Mangkrak Ini Bakal ‘Mati Suri’?

Ini menjadi megaproyek pertama di Indonesia yang pendanaannya tidak menggunakan APBD atau APBN, sehingga investasi ini harus dijaga dan diawasi dengan baik.

Pada kesempatan sebelumnya, Presiden Jokowi juga sempat mengingatkan kepala daerah agar berhati-hati dan melakukan perhitungan yang matang agar tidak mengalami kerugian.

Bali Urban Subway akan dibangun kedalaman mencapai 30 meter di bawah tanah.

Kedalaman ini diambil berdasarkan studi kelayakan dinilai aman dan sesuai dengan regulasi yang berlaku di Provinsi Bali.

Proyek ini akan dilaksanakan dalam empat tahap.

Tahap pertama meliputi rute dari Bandara I Gusti Ngurah Rai lantas menuju Kuta Sentral Parkir, Seminyak, Berawa, dan Cemagi, dengan total panjang 16 kilometer.

Tahap kedua akan menghubungkan Bandara I Gusti Ngurah Rai dengan Nusa Dua, Unid, dan Jimbaran sepanjang 13,5 kilometer.

Nilai investasi untuk kedua fase pertama ini diperkirakan mencapai US$ 10,8 miliar.

Pembangunan tahap pertama beserta keseluruhan tahap kedua, direncanakan akan selesai pada akhir kuartal kedua, tahun 2028.

Seluruh fase pertama dan kedua tersebut diharapkan sudah dapat beroperasi sepenuhnya pada akhir tahun 2031.

Dilanjutkan fase ketiga yang akan meliputi rute dari Kuta Sentral Parkir menuju Sesetan, Renon, dan Sanur.

Sedangkan untuk fase keempat akan meliputi rute dari Renon ke Sukawati dan Ubud.

Namun, saat ini, fase ketiga dan keempat masih berada dalam tahap analisis kelayakan.

Sebagai bagian dari komitmen terhadap lingkungan dan masyarakat, megaproyek ini mengusung prinsip pembangunan berkelanjutan yang selaras dengan filosofi Tri Hita Karana.

Filosofi ini menekankan tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.

Bali Urban Subway akan menerapkan pembangunan infrastruktur bawah tanah yang dianggap paling cocok dengan kondisi geografis dan budaya Bali.

Kemudian tentunya juga dapat menjaga kelestarian lingkungan.

Menanggapi kekhawatiran masyarakat mengenai potensi gangguan terhadap sumur bor air tanah.

Pasek Sanjaya, Managing Director PT SBDJ, menjelaskan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk meningkatkan kapasitas penyediaan air minum bagi rumah-rumah di sekitar jalur pembangunan.

Langkah ini diharapkan dapat memastikan pasokan air bersih tetap terjaga, mencegah penurunan muka air tanah.

Tidak hanya itu, tapi juga untuk menghindari pencemaran dan kebocoran pada sistem distribusi air bersih.

Bali Urban Subway yang ditargetkan beroperasi penuh pada akhir 2031 ini, menargetkan wisatawan asing sebagai pasar utama.

PT SBDJ memperkirakan tarif tiket LRT Bali untuk wisatawan asing berkisar sekitar US$ 40, atau sekitar Rp 616.454 per orang (dengan kurs Rp 15.411).

Tiket ini akan berlaku selama satu minggu untuk seluruh rute.

Ari Ashkara selaku Direktur PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) I mengatakan bahwa pihaknya akan mengusahakan agar penumpang lokal yang memiliki identitas KTP Bali tarifnya gratis.

Namun, tarif tersebut masih dapat berubah tergantung pada biaya aktual konstruksi megaproyek ini.*** (Aliya Farras Prastina)

Rekomendasi