

inNalar.com – Seiring pesatnya perkembangan teknologi, UEA memperkenalkan inovasi transportasi yang akan mengubah cara transportasi antara dua kota terbesar di negara ini.
Proyek ambisius yang menghubungkan Dubai dan Abu Dhabi ini menjanjikan kecepatan luar biasa, yaitu yang biasanya berdurasi lebih dari satu jam menjadi hanya 12 menit.
Dengan investasi sebesar 862 juta USD, megaproyek tercanggih di Uni Emirat Arab ini akan segera mengubah lanskap transportasi di UEA dan berpotensi kenjadi contoh dalam skala global.
Proyek ini tak lain adalah sistem Hyperloop yang sangat dinanti-nanti. Seperti apakah sistem tersebut? Yuk, gulir selengkapnya!
Transportasi Supersonik Masa Depan
Dilansir dari berbagai sumber, Hyperloop adalah sistem transportasi berkecepatan tinggi yang memanfaatkan teknologi levitasi magnetik.
Hal tersebut tentunya untuk mengangkat pod penumpang di dalam tabung yang bertekanan rendah.
Teknologi ini memungkinkan pod bergerak lebih cepat daripada pesawat di daratan, dengan kecepatan mencapai 1.000 km/jam.
Bahkan menurut laporan YouTube KARAGEtv, berkat inovasi ini, waktu tempuh antara Dubai dan Abu Dhabi yang sebelumnya 90 menit dapat dipangkas hingga hanya 12 menit.
Baca Juga: Satukan Batam-Singapura, Proyek Jembatan Sepanjang 7 KM di Kepulauan Riau Bakal Salip Rekor Suramadu
Nilai Investasi dan Dampak Ekonomi
Dilansir dari Thenationalnews, megaproyek tercanggih UEA alias Hyperloop ini diperkirakan membutuhkan investasi hingga 862 juta USD.
Besarnya investasi ini mencerminkan potensi proyek dalam meningkatkan mobilitas, membuka peluang ekonomi, dan menjadikan Dubai serta Abu Dhabi lebih terintegrasi.
Di Italia, proyek Hyperloop yang menghubungkan Venice dan Padua telah disetujui dengan nilai investasi serupa, memicu optimisme bahwa teknologi ini dapat diterapkan di UEA.
Dengan Hyperloop, kedua kota tersebut bisa terhubung secara cepat, memungkinkan mobilitas bisnis yang lebih tinggi dan merangsang pariwisata.
CEO HyperloopTT, Andres de Leon, mengatakan bahwa proyek-proyek seperti ini siap memimpin revolusi transportasi berkecepatan tinggi yang ramah lingkungan.
Baca Juga: Terpendam di Hutan Nusantara, Kampus Kuno Terbesar se-Asia Tenggara Ini Ternyata Ada di Jambi
Alasan Dubai dan Abu Dhabi Menjadi Pilihan
Pemilihan kedua tempat ini tentunya bukan random dan tanpa alasan, tetapi dilihat dari potensial yang dimiliki keduanya.
Dilansir dari wired.me, Dubai dan Abu Dhabi terpilih sebagai lokasi utama Hyperloop karena keduanya berperan penting dalam perekonomian dan infrastruktur transportasi UEA.
Yaitu, Dubai, sebagai pusat bisnis global, dan Abu Dhabi, ibu kota dengan sektor energi dominan, keduanya memiliki permintaan transportasi yang tinggi dan aksesibilitas strategis.
Selain itu, proyek Hyperloop bertujuan menghubungkan kedua kota dengan rute sepanjang 140 km dan mempersingkat perjalanan dari 90 menit menjadi hanya 12 menit.
Tentunya megaproyek ini juga berpotensi membantu peningkatan mobilitas bisnis, efisiensi logistik, dan pertumbuhan ekonomi UEA.
Dalam hal ini, stasiun Hyperloop direncanakan berada di lokasi strategis seperti Burj Khalifa, Downtown Dubai, Etihad Towers, dan Dubai International Airport untuk kemudahan akses.
Dengan desain sistem yang lebih kompak, biaya konstruksi diperkirakan lebih rendah dibandingkan sistem rel tradisional.
Proyek ini akan memperkuat integrasi antara Dubai dan Abu Dhabi, serta memperkenalkan transportasi futuristik yang efisien dan ramah lingkungan.
Tantangan Megaproyek Hyperloop
Menurut catatan Wired.me, meskipun dinilai menjanjikan, proyek Hyperloop Dubai-Abu Dhabi ini menghadapi tantangan besar, termasuk biaya, regulasi serta infrastruktur yang mendukung.
Pasalnya, sebelum pandemi pun, Dubai telah memulai pengembangan Hyperloop bersama HyperloopTT, namun rencana ini sempat terhenti.
Kini, berkat kesuksesan proyek serupa di Italia memicu kebangkitan minat terhadap teknologi ini.
Tentunya untuk memastikan kelancaran proyek, diperlukan dukungan kebijakan serta kolaborasi dengan berbagai pihak.
Jika semua berjalan sesuai rencana, sistem Hyperloop ini diperkirakan akan mulai beroperasi pada tahun 2030. ***(Gita Yulia)