

inNalar.com – Indonesia memiliki industri kopi yang terkenal di dunia. Salah satu yang terkenal adalah kopi luwak.
Kopi luwak dikenal sebagai salah satu jenis kopi termahal dan paling unik di dunia. Kopi ini dihasilkan melalui proses alamiah yang melibatkan luwak atau musang.
Hewan ini memakan buah kopi matang yang tumbuh di perkebunan. Namun, hanya daging buah kopi yang dicerna, sementara biji kopi tetap utuh dan dikeluarkan dalam bentuk feses.
Biji kopi yang telah melewati sistem pencernaan luwak inilah yang dikumpulkan, dibersihkan, dan diproses lebih lanjut menjadi kopi luwak.
Sejarah kopi luwak berawal dari zaman kolonial Belanda di Indonesia.
Pada masa itu, pekerja perkebunan kopi dari kalangan pribumi dilarang mencicipi kopi hasil perkebunan Belanda.
Namun, mereka menyadari bahwa luwak sering memakan buah kopi, dan biji kopinya tetap utuh setelah dikeluarkan.
Para pekerja kemudian mencoba mengolah biji kopi yang telah melewati sistem pencernaan luwak, dan hasilnya adalah kopi dengan rasa yang berbeda dan dianggap lebih nikmat.
Sejak itu, kopi luwak mulai dikenal, dan dari waktu ke waktu popularitasnya semakin meningkat, bahkan hingga ke pasar internasional.
Baca Juga: Ini Dia 5 Proyek Bangunan Megah di Dunia yang Terbengkalai Bertahun-tahun! Nomor 5 Ada di Indonesia
Para penikmat kopi dari berbagai negara, termasuk turis yang datang ke Indonesia, semakin tertarik untuk mencicipi kopi eksklusif ini.
Asal kopi luwak memang dari Indonesia, khususnya dari pulau-pulau seperti Sumatra, Jawa, dan Bali.
Namun, seiring meningkatnya permintaan, kopi luwak juga mulai diproduksi di negara-negara lain, termasuk Vietnam dan Filipina.
Meskipun begitu, kopi luwak asal Indonesia tetap dianggap sebagai yang terbaik dan paling otentik.
Sayangnya, tingginya permintaan juga memicu munculnya kopi luwak palsu atau kopi yang dipasarkan sebagai kopi luwak meski sebenarnya campuran dengan kopi biasa.
Menurut beberapa laporan, hingga 95% kopi luwak di pasar global ternyata tidak otentik.
Selain itu, meningkatnya permintaan kopi luwak juga menimbulkan sejumlah kontroversi terkait praktik yang dianggap mengeksploitasi luwak.
Demi memenuhi permintaan pasar, banyak luwak yang kini ditangkap dan dikurung di kandang kecil agar dapat memakan buah kopi secara intensif.
Praktik ini menuai kritik dari para aktivis hak hewan, yang menyebut bahwa kondisi ini menimbulkan penderitaan bagi luwak dan mengorbankan kesejahteraannya demi keuntungan.
Di sisi lain, banyak pihak menyerukan agar kopi luwak diproduksi dengan cara yang lebih etis, yakni mengumpulkan biji kopi dari luwak liar tanpa memaksa hewan tersebut.
Proses pembuatan kopi luwak pun bukanlah hal yang sederhana. Setelah luwak mengeluarkan biji kopi, biji-biji tersebut harus segera dikumpulkan, lalu dicuci dan dibersihkan dengan teliti.
Setelah itu, biji kopi dikeringkan, dipanggang, dan digiling sebelum siap untuk diseduh.
Pada akhirnya, kopi luwak memang menyajikan cita rasa dan pengalaman unik bagi penikmat kopi, tetapi konsumen perlu lebih bijak dalam memilih produk ini.
Selain mempertimbangkan keaslian dan kualitas kopi luwak, penting juga untuk memastikan bahwa produksi kopi ini tidak melibatkan kekejaman terhadap hewan.***(Muhammad Arif)