Sikat Rp 1,2 Triliun, Proyek Mangkrak di Lampung Kini Jadi Bangunan Terbengkalai dan Penuh Semak Belukar

inNalar.com – Proyek mangkrak di Kota Baru, Lampung Selatan ini mendadak ramai menjadi perbincangan di kalangan publik.

Sejumlah warga mengkritik pembangunan yang berada di ujung Sumatera itu.

Dilansir dari akun TikTok @awbimaxreborn, ia mengunggah video berdurasi 03.32 menit dengan judul “Alasan Kenapa Lampung Gak Maju-maju“.

Baca Juga: Proyek Reklamasi Seluas 12 Hektare ini Diramal Akan Mengatasi Banjir Rob di Makassar

Melalui postingan tersebut, ia mengkritik kondisi sejumlah sektor di Provinsi Lampung. Diantaranya terkait proyek Kota Baru, tata kelola birokrasi, pertanian, dan insfratruktur.

Pemilik akun tersebut menyebut jalan di Lampung banyak yang rusak dan berlubang, kemudian, proyek Kota Baru itu sudah mangkrak sejak lama.

Proyek yang awalnya ingin dijadikan ikon Kota Baru kini hanya menyisakan bangunan terbengkalai dan penuh dengan semak belukar.

Baca Juga: Festival Ekstrem di Inggris Ini Bikin Orang Rela Berguling dari atas Bukit Demi Sebongkah Keju Seberat 4kg

Tidak hanya itu, jalan diwilayah Kecamatan Jati Agung itu rusak di beberapa titik.

Kerusakan jalan yang dilewati tersebut terdapat area yang berlubang bahkan sebagian tergenang air.

Terdapat lebih dari 20 titik kerusakan di Jalan Raya Terusan Ryacudu. Hanya 60 persen saja jalan diarea tersebut yang dalam kondisi mulus. Sisanya mengalami kerusakan yakni berupa kondisi aspal yang sudah hancur.

Baca Juga: Telan Anggaran Rp164,1 Triliun, Prabowo Bakal Bangun Tanggul Raksasa di Sepanjang Pesisir Utara Pulau Jawa

Tidak hanya itu, di bagian badan jalan terdapat area yang dijadikan tempat pembuangan sampah sembarangan.

Diketahui, proyek tersebut dibangun dilokasi yang strategis karena dekat dengan Jalan Tol Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar.

Dilansir dari situs Direktorat Jenderal Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertahanan Nasional, proyek ini dimulai di akhir masa kepemimpinan Gubernur Sjachroedin Z. Pagaralam pada tahun 2014.

Pembangunan area perkantoran pemerintah ini menelan anggran hingga 1,2 trilun rupiah dari anggaran tahun 2013 dan 2014 yang ditetapkan melalui Perda Nomor 13 tahun 2013.

Total luas lahan mencapai 1.300 Ha yang merupakan bekas lahan perkebunan karet PT Perkebunan Nusantara VII.

Hingga pembangunan berjalan, 4 gedung utama ditargetkan selesai pada akhir 2014 lalu.

4 gedung itu ialah kantor gubernur, gedung DPRD provinsi Lampung, balai adat, dan masjid agung.

Adapun pembangunan kantor gubernur dianggarkan sebesar Rp72 miliar, gedung DPRD Rp46 miliar, masjid agung Rp20 miliar, dan balai adat Rp1,5 miliar.

Mimpi besar Sjachroedin Z. Pagaralam untuk membuat Kota Baru menjadi ikon kemajuan Lampung terpaksa terhenti setelah kepemimpinan berganti di tahun 2014-2019.

Muhammad Ridho Ficardo yang memenangkan Pilkada lalu, memutuskan menghentikan proyek pembangunan tersebut.

Berdasarkan informasi, saat kepemimpinan Ridho anggaran pembangunan tersebut dialihkan untuk insfratruktur jalan, irigasi, pariwisata, dan sumber energi.

Hingga masa kepemimpinan Ridho berakhir di tahun 2019 dan digantikan oleh Arinal Djunaidi, kelanjutan pembangunan Kota Baru itu masih menjadi tanda tanya. ***(Ummi Hasanah)

 

Rekomendasi