Habiskan Rp 300 Triliun, Bandara di Jepang yang Pindahkan Gunung ke Laut Ini Terancam Tenggelam

inNalar.com – Dengan biaya hampir 300 triliun rupiah, Jepang berhasil membangun salah satu proyek paling spektakuler di dunia, yaitu bandara di atas laut. 

Proyek lapangan terbang ini bernama Bandara Internasional Kansai, yang beralamat di 1 Senshukukita, Izumisano, Prefektur Osaka, Jepang.

Bandara ini sudah berdiri sejak tahun 1994 di atas pulau buatan di Teluk Osaka, sekitar lima kilometer dari pantai. 

Baca Juga: Miris! Habiskan Anggaran Hampir Rp1 T, Stadion Kelas Dunia di Banten Ini Belum Pernah Dipakai Pertandingan Apapun

Meski telah diakui secara global sebagai pencapaian teknik luar biasa, Kansai menghadapi masalah serius karena situasinya yang terancam tenggelam. 

Effort Jepang Membangun Bandara Kansai

Dilansir dari YouTube Sanibiru, pembangunan Bandara Internasional Kansai memakan waktu perencanaan lebih dari 20 tahun dan total biaya 300 triliun. 

Baca Juga: Sikat Rp 1,2 Triliun, Proyek Mangkrak di Lampung Kini Jadi Bangunan Terbengkalai dan Penuh Semak Belukar

Proyek ambisius ini dikerjakan oleh 10.000 pekerja, dimulai dengan biaya awal sekitar USD $14 miliar,  hampir setara USD $40 miliar, jika dihitung dengan inflasi saat ini.

Pasalnya, bandara ini dibangun di atas pulau buatan yang dibuat dengan memindahkan material dari tiga gunung, yaitu Gunung Rokko, Ikoma, dan Awaji. 

Proses pembangunannya melibatkan teknik pemadatan tanah yang kompleks, yaitu pemasangan jutaan saluran pasir vertikal untuk  menguatkan lapisan tanah yang lunak.

Baca Juga: Proyek Reklamasi Seluas 12 Hektare ini Diramal Akan Mengatasi Banjir Rob di Makassar

Untuk menjaga stabilitas pulau, dibangun juga tanggul laut sepanjang 11 kilometer di sekitar pulau untuk melindungi bandara dari gelombang besar dan bencana alam. 

Dengan panjang terminal mencapai 1,7 kilometer, Kansai menjadi salah satu terminal terpanjang di dunia, dilengkapi dengan teknologi canggih untuk mengatasi permasalahan tanah. 

Terminal ini dirancang oleh arsitek terkenal Renzo Piano dan dilengkapi dengan 900 dongkrak yang dapat disesuaikan untuk mengimbangi pergerakan tanah.

Selain itu, landasan pacu Kansai menggunakan aspal fleksibel, yang memungkinkan pergeseran tanah tanpa menyebabkan keretakan. 

Alasan Jepang Membuat Bandara Terapung

Dilansir dari berbagai sumber, Jepang membangun Kansai International Airport di atas laut, masalah utamanya karena keterbatasan lahan. 

Pasalnya, kota Osaka sangat padat dan dikelilingi oleh pegunungan, sehingga sulit untuk menemukan lahan luas yang cukup untuk membangun bandara baru.

Kemudian, memperluas bandara yang sudah ada juga tidak memungkinkan karena keterbatasan ruang.

Alasan lainnya, yaitu polusi dan kebisingan, karena Bandara Itami, atau bandara utama Osaka pada saat itu menimbulkan keluhan dari masyarakat.

Masyarakat Jepang khususnya penduduk yang tinggal berdekatan dengan lingkungan bandara merasakan polusi suara yang mengganggu.

Oleh karenanya, Bandara Kansai dibangun jauh dari pemukiman warga, walaupun dengan usaha dan biayanya fantastis. 

Tetapi di sisi lain, membangun bandara di atas laut juga memberikan ruang yang lebih fleksibel untuk ekspansi dan pembangunan tambahan jika diperlukan di masa mendatang. 

Selain itu, pembangunan bandara terapung juga menjadi alternatif Jepang untuk menghindari protes dan konflik sosial di masyarakat.

Perkembangan Bandara Kansai Terkini

Dilansir dari MegaBuilds, meskipun sudah dirancang untuk beradaptasi dengan kondisi alam, Kansai menghadapi masalah penurunan tanah lebih cepat dari perkiraan. 

Menurut prediksi sebelumnya, pulau buatan ini akan turun delapan meter dalam 50 tahun pertama, tetapi kenyataannya lebih dari 12 meter turun dalam delapan tahun awal operasionalnya.

Masalah utamanya berasal dari lapisan tanah liat yang lembut di bawah pulau buatan, yang memperlambat stabilisasi dan menyebabkan Kansai mengalami penurunan.

Selain itu, Dilansir dari TheB1M, Topan Jebi pada tahun 2018 juga menguji ketahanan bandara ini. Angin ini merusak tanggul laut dan menyebabkan banjir.

Akibatnya, bandara internasional Kansai sempat menutup operasional selama dua minggu. 

Bencana ini mendorong pemerintah untuk meningkatkan ketinggian tanggul hingga 2,7 meter, sebagai perlindungan dari badai masa depan. 

Prediksi Ahli tentang Masa Depan Kansai

Kansai International Airport menghadapi tantangan berat dalam mempertahankan posisinya sebagai pusat transportasi utama. 

Menurut TheB1M, para ahli memperkirakan bahwa, tanpa intervensi besar, bandara ini bisa saja tenggelam sejajar dengan permukaan laut pada tahun 2056. 

Di sisi lain, biaya untuk terus meningkatkan fondasi dan perlindungan tanggul mungkin suatu saat akan lebih besar daripada manfaat yang diperoleh dari operasional bandara ini.

Dilansir dari YouTube MegaBuilds, meskipun penuh tantangan, hingga kini dan diperkirakan Kansai tetap menjadi salah satu bandara tersibuk di Asia.

Terutama dengan peran pentingnya dalam Osaka Expo 2025 yang diharapkan menarik hingga 28 juta pengunjung

Tentunya hal tersebut berlangsung selama memenuhi standar kelayakan untuk operasional dan masih bisa direnovasi. 

Dengan demikian Kansai menjadi pengingat bahwa pemilik alam lebih cerdas dari manusia dan proyek buatan manusia dituntut beradaptasi dengan kekuatan alam. *** (Gita Yulia) 

 

 

Rekomendasi