

inNalar.com – Thailand kembali menghidupkan mimpi besarnya untuk mempercepat jalur logistik dan mengurangi ketergantungan pada Selat Malaka.
Proyek yang dijuluki “Terusan Kra” ini direncanakan memangkas waktu tempuh hingga 72 jam perjalanan.
Proyek sokongan China ini rencananya terbentang dari Teluk Thailand di Laut Cina Selatan menuju Laut Andaman di Samudra Hindia.
Meski terusan ini menjanjikan kemudahan dan efisiensi, gagasan tersebut menuai banyak kritik dan kontroversi.
Sampai-sampai Thailand harus mengganti rencana besarnya dengan alternatif baru.
Mengapa demikian dan apakah alternatif yang direncanakan menjadi penggantinya tersebut? Yuk, simak lebih lanjut!
Baca Juga: Uniknya Penduduk Pulau Terluar RI di Sulawesi Utara, Bisa Belanja di Luar Negeri Setiap Hari
Terusan Kra Bakal Saingi Selat Malaka
Selat Malaka merupakan jalur laut strategis sepanjang 900 km yang menghubungkan Samudra Hindia dan Pasifik.
Tak heran, jika jalur ini dinilai vital untuk ekonomi global dan menjadi salah satu terusan paling sibuk di dunia.
Menurut laporan dari YouTube Geography, Selat Malaka menangani sekitar 30% perdagangan dunia, dengan nilai sekitar 3 hingga 4 triliun USD per tahun.
Padatnya arus lalu lintas kapal di selat ini membuat perjalanan sering kali terhambat, terutama bagi kapal-kapal besar yang menuju Asia Timur dan sekitarnya.
Rencana Thailand menggarap Proyek Terusan Kra, dirancang untuk memecah kepadatan ini.
Serta memungkinkan kapal-kapal, termasuk yang muatannya besar melintasi jalur ini, yang direncanakan selebar 400 meter dengan kedalaman 25 meter.
Menurut YouTube Center, Gagasan proyek ini sebenarnya sudah berakar sejak abad ke-17, ketika Raja Siam Narai pertama kali mempertimbangkannya.
Namun, terhalang oleh teknologi terbatas serta pengaruh Inggris yang tidak ingin kekuasaan maritimnya di kawasan tersebut terganggu.
Meski rencana ini sempat mati suri selama ratusan tahun, akhirnya pada 2015, Thailand dan China sepakat untuk mengeksplorasi proyek ini lebih lanjut.
Jika proyek ini berhasil terwujud, waktu pelayaran bisa terpangkas hingga tiga hari, atau sekitar 1.200 km, bagi kapal-kapal yang biasanya melewati Selat Malaka.
Ancaman Geopolitik dari Terusan Kra
Keberhasilan Terusan Kra berpotensi menjadi pengubah permainan bagi Thailand. Yaitu berupa keuntungan ekonomi signifikan.
Selain itu, posisi Thailand juga akan menjadi kuat dalam rantai logistik global dan memungkinkan bersaing dengan Singapura, sebagai pusat perkapalan di Asia Tenggara.
Bagi China, Terusan Kra ini menawarkan jalur alternatif yang sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada Selat Malaka.
Selain mempercepat suplai barang dan energi, terusan ini juga mengurangi risiko blokade yang bisa muncul di tengah ketegangan geopolitik dengan Amerika Serikat.
Dengan pangkalan militer AS di Singapura, Malaysia, dan Filipina yang memantau kawasan ini, Terusan Kra menjadi langkah strategis yang penting bagi China.
Banyak pihak menilai proyek ini dapat membantu China memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara, menjadikannya aset krusial dalam persaingan global.
Ancaman Terusan Kra Bagi Thailand Selatan
Selain ancaman konflik geopolitik, pembangunan trusan kra juga dapat memicu konflik sosial di tanah Thailand itu sendiri, khususnya Thailand Selatan.
Dilansir dari YouTube Geography, pengerukan besar-besaran untuk membangun terusan dapat merusak ekosistem laut dan habitat berbagai spesies lokal.
Selain itu, pembangunan terusan ini juga mengancam ribuan warga untuk meninggalkan pemukimannya dan dikhawatirkan dapat memicu konflik sosial yang serius.
Menurut data, mayoritas penduduk wilayah selatan Thailand ini beretnis Melayu dan beragama Islam dan daerah ini telah lama menjadi lokasi konflik etnis dan politik.
Oleh karenanya, pembangunan Terusan Kra di bagian utara wilayah tersebut diperkirakan dapat meningkatkan ketegangan.
bahkan memperkuat gerakan separatis yang memperjuangkan otonomi daerah.
Proyek Jembatan Darat sebagai Alternatif
Menyikapi kontroversi Terusan Kra, Thailand mempertimbangkan “Jembatan Darat” sebagai alternatif.
Proyek ini bertujuan menghubungkan pantai timur dan barat Thailand dengan infrastruktur pelabuhan, jalur kereta api, dan pipa sepanjang 90 km.
Diperkirakan menelan biaya 28 miliar USD, Jembatan Darat dianggap lebih ramah lingkungan dibanding Terusan Kra.
Jembatan Darat ini juga diproyeksikan menciptakan sekitar 8.000 lapangan kerja di wilayah sekitarnya.
Selain itu, Jalur kereta api dan jaringan pipanya akan memperlancar distribusi antara Samudra Hindia dan Pasifik.
Proyek ini berpotensi mengukuhkan posisi Thailand dalam rantai pasokan global. Thailand pun bisa menjadi pusat logistik yang efisien dan stabil. *** (Gita Yulia)