Tinggalkan Lampu Teplok Tapi Tolak PLN? 75 Keluarga di Banyumas Kompak Bangun Desa Mandiri dengan Infrastruktur Ini


inNalar.com –
Dulu warga desa biasa hidup tanpa listrik dan hanya menggunakan lampu teplok di malam hari.

Tetapi hal itu berubah ketika Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dibangun di wilayah ini.

Karangtengah merupakan salah satu desa di Indonesia yang terlihat seperti pada umumnya.

Baca Juga: Progres Seret, Proyek Jalan Hotmix Rp7,7 Miliar di Halmahera Selatan Bikin Resah Warga Pulau Makian

Tetapi, ada hal yang spesial dari warga desa ini yakni mereka memanfaatkan air dari Telaga Pucur yang mengalir deras melewati Desa Karangtengah, Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah untuk dijadikan sebagai sumber energi.

Sumber energi di wilayah tersebut menjadikannya sebuah inovasi terbarukan hingga dijuluki sebagai desa mandiri di Jawa Tengah.

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan pemasok energi utama di seluruh wilayah Indonesia.

Baca Juga: Telan Biaya Rp70 Miliar per Unit, Kereta Tanpa Rel Buatan China di IKN Ternyata Gagal Full Otomatis: Tak Secanggih Ekspektasi!

Tetapi, Desa Karangtegah tidak menggunakan pasokan energi penerangan yang disediakan oleh PLN.

Berkat adanya PLTMH yang ditenagai oleh arus sungai, desa yang terletak di lereng Gunung Slamet ini mempunyai pasokan energi sendiri dan tidak bergantung pada PLN.

Pembangkit listrik tersebut dibangun pada tahun 2012 dengan bantuan TNI.

Baca Juga: Solo Makin Canggih! Trem Bersuara Senyap Rp20 Miliar Membaur di Jalanan Pusat Kota: Uji Coba Sukses?

Kemudian, pada tahun 2015 Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral mengambil alih operasional pembangkit listrik.

Hingga kini, setidaknya ada 75 keluarga yang tinggal di desa Karangtengah mendapatkan pasokan energi penerangan yang merata dan stabil setiap harinya.

Sebelum adanya PLTMH, warga setempat menggunakan kincir air di setiap rumah untuk menghasilkan listrik.

Baca Juga: Pengin Jadi Forest City, Megaproyek China-Malaysia Rp1,536 T Justru Sabet Pamor Kota Hantu Paling Legend se-ASEAN

Penggunaan kincir air tersebut tidaklah optimal. Terutama ketika banjir datang yang akan mengakibatkan kincir air rusak.

Salah satu tantangan besar yang dihadapi desa ini ialah kepemilikan lahan.

Dilansir dari kanal YouTube DW Indonesia, Kepala Desa Karangtengah mengakui bahwa mereka masih perlu membayar biaya sewa beberapa jalan yang terkoneksi dengan turbin, yakni sekitar Rp2 juta rupiah.

Baca Juga: Tertimbun Sejak Abad Ke-5 di Jakarta Utara, Jejak Mega Proyek Tertua di Indonesia Akhirnya Terkuak

Karena masih ada area yang merupakan hasil sewa, beberapa warga khawatir pemilik lahan akan memberhentikan sewa nantinya.

Jika itu terjadi, warga akan membutuhkan lebih banyak dana untuk memindahkan pembangkit listrik.

Selain itu, membutuhkan waktu lebih lama untuk membangun pembangkit listrik di tempat lain.

Lebih lanjut, cuaca menjadi tantangan yang harus dihadapi warga Desa Karangtengah.

Ketika sungai meluap karena hujan deras, beberapa material seperti pasir, batu, sampah dan dedaunan akan menggangu alur air sungai yang melewati PLTMH.

Tetapi, warga dapat mengatasi hal tersebut dengan membersihkan dan melakukan pemeliharaan pada seluruh PLTMH setiap dua minggu sekali.

Selain itu, angin kencang juga menjadi ancaman bagi tianng listrik yang saat ini terbuat dari besi.

Namun, Kepala Desa telah menganggarkan dana desa senilai Rp25 juta untuk mengganti tiang listrik dengan menggunakan bahan beton. ***(Ummi Hasanah)

 

Rekomendasi