

inNalar.com – Kota Solo yang ada di Jawa Tengah memiliki beberapa nama sebutan yang berbeda. Berikut perbedaannya.
Solo juga hingga kini menyimpan peninggalan bersejarah dan masih terawat hinga kini. Terdapat dua keraton yang dikenal, yakni Keaton Solo dan Keraton Mangkunegara.
Kedua tempat tersebut adalah bukti sejarah dari perjalanan kota Solo.
Baca Juga: Gelontorkan Dana Rp362 T, Mega Proyek di Meksiko Ini Babat Hutan Hujan Tropis Terbesar di Dunia
Meskipun banyak orang mengenal kota Solo, ternyata terdapat sebutan lain yang disematkan pada kota satu ini.
Seperti Kota Surakarta yang kerap dibedakan oleh banyak orang dengan Kota Solo.
Diambil kutipan pemerintah Kota Surakarta, Solo lebih ditujukan kepada branding yang disematkan untuk Kota Surakarta.
Sementara itu, Surakarta adalah nama resmi yang tercatat dalam administrasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Solo dan Surakarta itu sama, namun untuk orang luar akan lebih familiar dengan Solo karena adalah sebuah branding.
Nama Kota Solo tidak semerta merta diambil tanpa alasan yang tidak jelas.
Baca Juga: Gandeng China! Smelter Nikel di Sulawesi Tengah Ini Akan Hasilkan 60.000 Ton per Tahun
Nama Solo berasal dari sebuah Desa yang bernama Sala yang dipimpin oleh Ki Gede Sala.
Namun saat era kolonialisme Belanda, sebutan Sala berubah jadi Solo untuk mengikuti pelafalan orang Belanda.
Desa Sala juga akan jadi pusat Keraton Surakarta Hadiningrat pasca hancurnya Keraton Kartasura buntut Geger Pecinan tahun 1740.
Kemudian ada juga yang kerap membuat orang bingung yaitu Solo dengan Solo Baru.
Solo Baru berbeda total dengan Solo. Hal ini karena Solo Baru merujuk pada nama daerah yang berlokasi di Kabupaten Sukoharjo.
Daerah ini juga berbatasan langsung dengan Kota Solo. Hal ini ditandai dengan dibangunnya gapura sebagai perbatasan Solo dengan Solo Baru.
Sementara itu, terdapat juga Kartasura yang merupakan sebuah kecamatan yang berlokasi di Sukoharjo.
Kartasura memiliki nilai sejarah yang kental. Tempat ini dulunya adalah ibukota dari Kerajaan Mataram yang sempat berkuasa kala itu.
Selain itu, Kartasura juga jadi tempat terjadinya peristiwa Geger Pecinan yang membuat terjadinya perpindahan pusat kerajaan ke Solo.
Dengan keunikan nama-nama tersebut, kota ini tidak hanya menjadi pusat budaya Jawa, tetapi juga memiliki daya tarik historis dan modern yang menarik perhatian wisatawan maupun masyarakat lokal.
Surakarta, Solo, Kartasura, dan Solo Baru adalah bukti bagaimana sejarah, budaya, dan perkembangan modern dapat hidup berdampingan, menciptakan identitas yang beragam namun tetap saling terkait.***(Muhammad Arif)