Rasio Kredit Macet Melandai, Ini 3 Strategi Cantik BRI Jaga dan Tingkatkan Kualitas Aset

inNalar.com – Kinerja gemilang diperlihatkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sebab, BRI berhasil menurunkan rasio kredit macet dan secara stabil terus meningkatkan kualitas aset perseroan.

Apabila dilihat dari perkembangan quarter on quarter (qoq), total kredit yang mengalami downgrade telah menyusut sekitar Rp750 miliar, beber Direktur Utama BRI Sunarso.

Lebih lanjut, Sunarso mengungkap bahwa BRI memiliki strategi cantiknya untuk terus menurunkan tingkat kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) beserta downgrade portofolio kredit.

Baca Juga: Gelombang Laut Capai 25 Meter! Selat Mematikan Dekat Amerika Selatan Ini Lahap 800 Kapal hingga 20 Ribu Nyawa

Perlu diketahui dahulu, menurut pencatatan terbaru diinformasikan bahwa rasio kredit bermasalah BRI mengalami penurunan positif.

Pada september 2023, angka rasio NPL masih 3,07%. Namun pada tahun 2024, tepat di bulan yang sama, kredit bermasalahnya turun hingga 2,90%.

Demi stabilitas keuangan bank, terdapat 3 strategi cantik yang diterapkan BRI dalam menjaga dan meningkatkan kualitas aset.

Baca Juga: Tak Hanya Mandalika, Sirkuit Standar Internasional Sedang Dibangun di Jawa Timur, Dananya Habis Rp34 Miliar!

Front-End

“Pertama, adalah di front end, bagian pemasaran kita tekankan untuk tetap menumbuhkan kredit namun selektif dan kita perketat risk acceptance kriterianya dan juga proses underwriting-nya dengan penerapan prinsip-prinsip corporate governance yang lebih ketat,” rinci Sunarso dalam segmen Money Talks Power Lunch CNBC Indonesia, Selasa (5/11/2024).

Jadi pada tahap awal, BBRI fokus untuk melakukan seleksi ketat pada tahap pemberian kredit. Dengan demikian, kredit disalurkan hanya kepada para debitur yang memenuhi kriteria tertentu.

Baca Juga: Berpotensi Bangkrutkan 2 Negara Asean? Ini Megaproyek Maritim Besutan Thailand-China Senilai USD 20 Miliar

Kehati-hatian dalam penyaluran kredit hingga memastikan proses pemberian kredit diupayakan oleh perseroan agar tetap mengacu pada prinsip tata kelola yang baik atau good corporate governance.

Melalui strategi inilah BRI mampu menekan risiko kredit macet lebih dini. Pasalnya, hanya debitur terseleksi sesuai standar kriteria lah yang laik untuk diberi pinjaman.

Mid-End

Baca Juga: Target Rampung Akhir 2024, Progres Pembangunan Jalan Feeder di Kawasan Inti IKN Capai Segini

Lanjut pada bagian mid-end, pihak perseroan tetap perlu memastikan bahwa portofolio kredit yang telah ada perlu terus dipastikan dalam kondisi baik, begitu pula kualitasnya, ungkap Sunarso.

Strategi aplikatifnya adalah bagian mid-end ini memperkuat pemantauan atau monitoring dengan meningkatkan risk awareness.

Tidak hanya itu, pihak bank secara berkala fokus melakukan stress testing. Hal ini dilakukan untuk mengukur seberapa kuat portofolio kredit bank terhadap kondisi tidak terduga.

Baca Juga: Kejar Prestasi Atlet Muda di Olimpiade 2028, Fasilitas Mewah Senilai Rp249 Miliar Bakal Dibangun di Cibubur

Pemantauan dan pengelolaan portofolio kredit yang telah ada secara hati-hati diharapkan dapat menjaga dan mencegah penurunan kualitas kredit dan menghindari risiko gagal bayar.

Back-End

Lalu, bagaimana dengan portofolio kredit yang dapat dikatakan sudah tidak terselamatkan? Diterangkan oleh Sunarso, restrukturisasi menjadi salah satu caranya.

“Kalau sudah tidak bisa dijaga, tetap jatuh, diapakan? Hal itu di back-end yang mengerjakan. Kemudian kita lakukan restrukrisasi, bahkan jika diperlukan kita lakukan early restrukturisasi,” ucapnya.

Apabila kredit yang telah direstrukturisasi masih belum terpenuhi, BRI akan mengupayakan proses recovery.

“Hal ini sudah menjadi bisnis model di segmen mikro. Jadi di front end memang harus agresif mencari muatan dan kemudian muatan itu dipilah, ada yang bisa ditahan dalam keadaan sehat, dan itu tugasnya mid end,” imbuh Sunarso.

“Tapi kemudian kalau yang nggak sehat dilempar ke belakang, di bagian back-end, dan back-end itu memang biasa melakukan restrukturisasi, kalau masih bisa punya harapan, dan kalau sudah tidak bisa diapakan-apakan lagi ya di write off,” lanjutnya.

Langkah terakhir, yaitu write off atau hapus buku kredit macet bakal dilakukan, tetapi penagihan tetap dilakukan.

Sunarso mengatakan hasil dari penagihan itu adalah pendapatan dari recovery. “Karena sebenarnya, itu uang kita yang sudah kita cadangkan dan kita tarik balik. Makanya dalam bentuk pendapatan dari recovery. Jadi bisnis model ini yang perlu dipahami oleh semua stakeholder,” tandasnya.

Strategi cantik BRI ini menjadi kiat sukses pihak perseroan menurunkan rasio kredit macet sekaligus menjaga hingga meningkatkan kualitas aset.***

Rekomendasi