Terinspirasi dari terusan Suez! Proyek di Sulawesi ini Akan Belah Khatulistiwa dan Hemat Bahan Bakar Rp 1,9 Triliun Per Tahun

inNalar.com – Pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) membuka peluang baru bagi masyarakat, salah satunya melalui rencana pembangunan terusan yang akan menghubungkan wilayah Indonesia bagian timur.

Proyek ini dikenal dengan nama Terusan Khatulistiwa, yang terinspirasi oleh berbagai terusan dunia seperti Terusan Zeus, Korintus, Laut Putih-Baltik, dan Tiongkok-Laut Hitam.

Dilansir dari Youtube Top Konstruksi, Wakil Ketua MPR RI, Fadel Muhammad, menyatakan bahwa ide Terusan Khatulistiwa sudah ia gagas pada tahun 2008.

Baca Juga: Gaet Universitas Pertahanan, Prabowo Bangun 16 Rumah Apung dan 200 Rumah Panggung di Muara Angke

Yakni ketika Ia menjabat sebagai Gubernur Gorontalo.

Pada 2 Februari tahun lalu, Gubernur Sulteng, Rusdy Mastura, melalui sambutan tertulisnya, sangat berharap agar Kementerian PUPR dan Bappenas merespons positif hal ini.

Terusan ini direncanakan terintegrasi dengan masterplan percepatan pembangunan infrastruktur di Sulawesi Tengah yang mendukung IKN di Kalimantan Timur.

Baca Juga: Bakal Jadi Ikon Lampung! Kawasan Pelabuhan Bakauheni Harbour City (BHC) Telan Dana Rp 4,7 Triliun

Sambutan tersebut disampaikan dalam rapat koordinasi yang dihadiri oleh perwakilan Kementerian PUPR, Otorita IKN, dan pemerintah daerah se-Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Manfaat utama dari pembangunan kanal ini adalah memperpendek jarak pelayaran hingga 200 mil, yang nantinya akan secara signifikan dapat mengurangi waktu tempuh.

Selain itu, juga diprediksi dapat menghemat biaya bahan bakar hingga Rp1,9 triliun per tahun.

Baca Juga: Bekasi Unjuk Gigi: Kembangkan Wisata Lokal di Desa Pasirsari

Terusan Khatulistiwa akan mempermudah distribusi barang antara wilayah timur Indonesia dan IKN.

Kanal ini akan menghubungkan Selat Makassar dengan Teluk Tomini.

Dengan melintasi Pulau Sulawesi, dari Desa Tambu di Kabupaten Donggala hingga Desa Kasimbar di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mengajukan dua opsi panjang kanal, yakni 28 kilometer atau 18,5 kilometer.

Opsi pertama mencakup jalur sepanjang 28 kilometer dengan lebar 200 meter, dan menghadapi ketinggian gunung sekitar 70 meter.

Volume material yang perlu disingkirkan diperkirakan mencapai dua juta meter kubik.

Opsi kedua dengan sepanjang 18,5 kilometer dengan lebar 200 meter dan menghadapi gunung setinggi 450 meter.

Dengan jumlah material yang harus digali diperkirakan mencapai tiga juta meter kubik.

Jika pembangunan Terusan Khatulsitiwa tidak disetujui, Sulawesi Tengah menawarkan alternatif lain, yakni pembangunan jalan tol.

Jalan tol akan dibangun di jalur yang sama yang menghubungkan Pelabuhan Tambu dengan Kasimbar.

Selain itu, pengembangan jalan Tonusu-Pendolo juga dilakukan untuk mendukung pariwisata ke TN. Lore Lindu.

Ruas Towi-Kolonodale juga akan dibangun untuk memperkuat konektivitas di kawasan industri Morubang (Morowali-Morowali Utara-Banggai).

Meskipun masing-masing opsi memiliki manfaat tersendiri, keduanya bertujuan untuk memperkuat konektivitas IKN dengan seluruh wilayah Indonesia.

Perbedaan utama antara terusan dan tol adalah kebutuhan logistik, di mana tol memerlukan perusahaan pengiriman untuk menambah armada kapal di pelabuhan.

Selain itu juga perlu mempersiapkan tenaga serta kendaraan darat untuk melintasi jalan tol.***(Aliya Farras Prastina)

 

Rekomendasi