5 Stasiun Kereta Api di Jawa Tengah Ini Cocok Dijadikan Destinasi Wisata, Ada yang Putar Lagu Keroncong

inNalar.com – Selain mengusung adat Jawa yang kental, beberapa bangunan di Jawa Tengah menjadi destinasi wisata yang unik karena masih banyak yang menjaga bentuk bangunan masa kolonial.

Tidak terkecuali stasiun yang harusnya menjadi tempat untuk berpergian jarak jauh. Stasiun-stasiun di Jawa Tengah memiliki arsitektur kolonial yang kuat dan beberapa dilindungi sebagai warisan budaya.

Berikut adalah rangkuman 5 stasiun kereta api di Jawa Tengah yang selain megah, juga cocok untuk dijadikan destinasi wisata:

Baca Juga: Mirip Pantai, Kolam Renang Terbesar se-Asia Tenggara di Bintan Ini Habiskan Dana 24 Triliun

5. Stasiun Tegal

Stasiun Tegal mulai dibangun pada tahun 1885 sebagai stasiun trem JSM, kemudian dibeli oleh SCS pada tahun 1897 dan direnovasi oleh arsitek Henri Maclaine Pont pada tahun 1918.

Stasiun ini memiliki atap besar berbahan kayu yang hampir tidak mengalami perubahan dari aslinya.

4. Stasiun Purwokerto

Stasiun Purwokerto Timur adalah stasiun pertama di Kota Purwokerto, berfungsi sebagai stasiun kecil atau halte yang dibangun pada tahun 1893 oleh Serajoedal Stoomtram Maatschaphij (SDS), perusahaan swasta milik Belanda.

Baca Juga: 5 Stasiun Kereta Api Terbesar di Jawa Timur, Nggak Kalah Megah dengan di Jakarta

Awalnya, stasiun ini digunakan untuk mengangkut tebu dan hasil bumi di jalur Purwokerto-Maos, kemudian berfungsi untuk penumpang. Stasiun ini berperan penting dalam ekonomi dan transportasi Kota Purwokerto.

Ciri khas yang unik dari stasiun ini adalah diputarnya lagu “Di Tepinya Sungai Serayu” dalam format keroncong karya R. Soetedja Poerwodibroto sebagai bel kedatangan dan keberangkatan penumpang.

3. Stasiun Semarang Tawang

Stasiun Tawang di Semarang adalah stasiun kereta api bersejarah dan pertama di Indonesia, yang dibangun oleh NISM pada tahun 1864.

Baca Juga: Bak Makanan Sultan! Soto Khas Lamongan Ini Dipatok Harga Selangit Oleh Restoran Luar Negeri

Stasiun ini awalnya digunakan untuk mengangkut gula dari wilayah Vorstenlanden, namun karena peningkatan jumlah penumpang, NISM membangun stasiun baru.

Stasiun Tawang dirancang oleh arsitek Belanda dan diresmikan pada 1 Juni 1914. Bangunannya megah dengan kubah besar beratap tembaga.

Di dalamnya terdapat hall dengan langit-langit tinggi dan relief perunggu karya pemahat Belanda. Stasiun ini juga dilengkapi dengan konter loket dan kios besar untuk penjualan tiket, koran, dan buku.

Kini, Stasiun Tawang menjadi ikon arsitektur kolonial di Semarang dan memainkan peran penting dalam perkembangan transportasi kereta api di Indonesia.

2. Stasiun Yogyakarta

Stasiun Yogyakarta atau Stasiun Tugu adalah stasiun terpadat di Jawa Tengah yang ikonik dengan bentuk bangunan kolonialnya dan menjadi tempat syuting beberapa film.

Stasiun ini memiliki dua monumen lokomotif yang unik, yaitu mesin uap buatan Inggris di pintu masuk keberangkatan sisi timur dan lokomotif diesel yang dipajang sejak tahun 2018 di sisi selatan.

Selain bentuk bangunan kolonial, lokasinya juga strategis berdekatan dengan destinasi populer, termasuk Jalan Malioboro.

1. Stasiun Solo Balapan

Stasiun Balapan, terletak di Kota Solo, merupakan stasiun kereta api terbesar dan bersejarah di sana.

Dirancang oleh arsitek Belanda, Thomas Karsten, stasiun ini memiliki struktur bangunan dengan gaya kolonial, menggunakan desain atap “teritisan bersusun” untuk menjaga kenyamanan dalam iklim tropis.

Awalnya, stasiun ini berdekatan dengan lokasi pacuan kuda, yang kemudian memberi inspirasi untuk namanya.

Pada tanggal 10 Februari 1870, Stasiun Solo Balapan diresmikan dan sekarang telah menjadi bangunan cagar budaya yang penting di Kota Solo. Dengan adanya stasiun ini, masyarakat dapat dengan mudah berpergian antar wilayah.

Stasiun ini menjadi stasiun terbesar di Jawa Tengah yang memiliki total 10 peron dan 10 jalur kereta, menjadikan kereta api yang melintas sangat banyak.

Sekian rangkuman mengenai stasiun-stasiun yang menarik di Jawa Tengah. Meskipun stasiun-stasiun di Jawa Tengah menarik sebagai destinasi wisata, jangan lupa untuk tetap memanfaatkannya sebagai tempat transportasi kereta.***

Rekomendasi