

inNalar.com – Masyarakat Inggris yang hidup di tahun 1992 tidak akan melupakan rabu yang satu ini, Black Wednesday. Nilai poundsterling dianggap sebagai mata uang termahal sekaligus yang terkuat, tiba-tiba anjlok hanya dalam satu malam.
Fenomena Black Wednesday diduga kuat disebabkan oleh manuver keuangan dari satu orang super powerful pada masa itu. Pemerintahan Inggris saat itu hampir bangkrut dan menarik mata uangnya dari mekanisme perputaran di Eropa.
Untuk menstabilkan keuangan nilai mata uang Inggris, pemerintah berani mengambil langkah tegas di antaranya adalah menaikkan suku bunga serta mengizinkan penggunaan cadangan mata uang asing untuk membeli poundsterling.
Baca Juga: Nilainya Rp325 Triliun, Megaproyek Penghubung Jawa-Sumatera Ini Bakal Buat Laut Jadi Daratan?
Bank Sentral Inggris bahkan sampai menaikkan suku bunga hingga 50% hanya dalam waktu 2 jam saja. Pemerintah Inggris saat itu kehilangan 3,3 miliar pounds untuk menyelamatkan perekonomian mereka.
Sayangnya hal ini masih gagal menaikkan nilai tukar pounds atau setidaknya mengembalikan nilainya seperti semula, kegagalan ini membuat poundsterling jatuh sampai berbulan-bulan.
Dilansir dari kanal Youtube Ngomongin Uang, bahkan hutang luar negeri Inggris yang ditautkan ke dollar jadi naik drastis karena nilai tukar poundsterling turun sampai 25%.
Peristiwa itu dikenal dengan sebutan Black Wednesday atau Rabu Hitam karena terjadi pada Rabu, 26 September 1992. Seorang investor besar diduga kuat menjadi dalang dari semua ini.
Namanya George Soros, seorang investor dan fund manager profesional. Atas kejadian ini, George Soros bahkan dijuluki The man who broke the bank of England atau orang yang membobol Bank Sentral Inggris.
Pada masa itu, nilai tukar poundsterling terus menguat dan tentu saja nilai ekonomi Inggris melemah karena barang ekspor Inggris sepi peminat.
Baca Juga: 5 Nama-Nama Desa Unik di Semarang, Jawa Tengah, Nomor 1 Jangan Sampai Salah Ucap! Soalnya Ngeres
Karena pounds semakin mahal, George Soros melihat ini sebagi peluang, lewat Soros Found Management yang saat itu mengelola dana milik investor kaya, Soros berinisiatif untuk meminjam poundsterling sebanyak mungkin dari berbagai sumber.
Soros berniat menjual poundsterling di harga tinggi lalu mengembalikannya ke bank saat harganya jatuh, jadi ia bisa mendapatkan untung besar dari selisih penjualan dan pengembalian itu.
Setelah mendapatkan banyak pinjaman poundsterling, Soros aktif mengeluarkan opini publik dengan menyatakan bahwa poundsterling sudah terlalu mahal dan tidak masuk akal, tujuannya agar para spekulan dan trader forex menjual poundsterling mereka.
Meskipun Bank Sentral Inggris mencegah penjualan poundsterling, namun hal itu tidak berhasil. Akhirnya pada Rabu tersebut, Soros menjual semua poundsterling dan tindakannya ini diikuti oleh para spekulan dan trader forex lainnya.
Dilansir dari investopedia, George Soros bahkan menghasilkan 1 miliar USD pada hari itu dari total 15 miliar USD yang ia pinjam.
Karena Black Wednesday inilah George Soros banyak dikritik sekaligus dipuji masyarakat, dikritik karena dianggap pemborosoan besar-besaran saat itu, dan dipuji karena membuat Inggris keluar dari zona euro dan menyelamatkan Inggris dari permasalahan ekonomi yang lebih parah di kemudian hari. ***