
inNalar.com – Jarang diketahui, sebuah desa unik di Jawa Tengah ini sering kali membuat orang awam atau yang tidak tahu keberadaannya, menjadi gagal paham. Bahkan, berpotensi emosi.
Bagaimana tidak, ketika disebutkan nama unik ini, orang awam terutama di luar Jawa Tengah, akan mengira, lawan bicara tidak serius atau bercanda, sampai kadang mungkin terbersit “Yang benar aja!”
Sudah terbukti, tidak sekali dua kali, contohnya saat masuk nominasi 17 desa cantik atau Desa Cinta Statistik (program peningkatan pengelolaan data), banyak yang baru sadar keberadaannya.
Baca Juga: Mengenal Paper Money Guaranty, Seberapa Besar Pengaruhnya untuk Uang Kuno?
Penasaran apa namanya dan di mana lokasi tepatnya? Dari pada menebak-nebak, mari spill saja tanpa menunggu lama.
Namanya yaitu Desa Tutup, yang terletak di Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Atau sekitar 4 jam dari Kota Semarang jika melalui Jl. Tol Salatiga – Kertosono
Nah, biasanya saat orang awam bertanya tentang lokasi atau mau mengurus administrasi ke kantor desa, mereka kebingungan diarahkan ke Desa Tutup, karena mengira kantor desanya sudah tidak buka.
Baca Juga: Tutorial untuk Kolektor Pemula, Begini Cara Grading Uang Kuno di Lembaga NGC
Tentunya, penamaan ini bukan tanpa alasan atau pun sengaja main-main agar masuk kategori pemukiman unik atau sebagainya, untuk menggaet keviralan.
Melansir dari P2kstekom.ac.id, pada Rabu (18/12), kata “Tutup” Ini berasal dari nama sebuah pohon di sana, ada pula yang menyebutnya “Trutup”.
Selain itu, penamaan tersebut karena dulunya, kawasan ini merupakan hutan atau daerah yang tertutup oleh pepohonan dan dedaunan hijau.
Baca Juga: Demi Proyek Hilirisasi Indonesia 2025, Perusahaan Raksasa Tambang RI Rela Kucurkan Rp 20,6 Triliun
Menurut catatan sejarah, dulunya desa ini dibagi menjadi dua dukuh atau dusun, kemudian pada 1921, wikayahnya dimekarkan lagi menjadi 3 bagian, yaitu Dukuh Tutup, Sukorame dan Ngetrep.
Namun, dukuh yang menjadi pusat pemerintahannya tidak pernah berubah sampai saat ini, yaitu berlokasi di kawasan Dukuh Tutup.
Sampai saat ini, sudah berlangsung tujuh kali masa pergantian kepemimpinan dan yang pernah menjadi kepala desanya pun terdiri dari enam orang.
Yaitu Tjitro Tenojo, Tasmin, Kamsi, M. Turmudzi, Sri Mujiasih dan Kokok Sungkowo yang menjabat dua periode tetapi tidak berturut-turut, karena sempat diselang oleh masa pemerintahan Sri Mujiasih.
Penasaran dengan tetangganya? Secara geografis, Tutup di sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukorejo, di sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sonorejo dan Kelurahan Tambahrejo.
Sementara di sebelah selatannya berbatasan dengan Desa Buluroto dan bagian baratnya berbatasan dengan Desa Tamanrejo.
Sedikit nostalgia, area ini jadi saksi bisu perjalanan bangsa, mulai dari jadi tempat tapa Hangga Wijaya di Sumber Air Banyurip, kemudian berkembang menjadi pusat tradisi seperti Sedekah Bumi.
Kemudian, merasakan era penjajahan, di mana para warganya mengalami sejumlah penderitaan hebat, akibat diskrimasi, kelaparan juga penguburan massal.
Selanjutnya, setelah masa kemerdekaan Indonesia, tepatnya 1948, tempat ini menjadi lokasi serangan mortir penumpasan PKI (Partai Komis Indonesia) Madiun dan masih panjang lagi sejarahnya.
Demikian itulah informasi menarik mengenai desa yang sering membuat orang awam gagal paham karena penamaanya yang bersifat ambigu.
Setelah dijelaskan beberapa indikatornya. Jadi bagaimana, nih, percaya kan bahwa Desa Tutup di Jawa Tengah ini benaran ada? Tertarik untuk berkunjung atau cari tahu infonya lebih detail? ***