
  
 
inNalar.com – Tersembunyi surga di kawasan ujung Timur Indonesia, tapi suku Korowai di Papua tampaknya masih enggan untuk mengenal dunia.
Dengan budaya yang kaya, tapi banyak dari mereka yang hidup terperangkap di rumah pohon, di antara rimbunan hutan yang penuh dengan pepohonan tinggi menjulang.
Disebut ‘menggelantung di pohon’, kata itu mungkin bisa menjadi penyebutan yang pas untuk Suku Korowai.
Baca Juga: 45,7 KM dari Mataram, Desa Danger di Nusa Tenggara Barat Ini Bikin Pengunjung Putar Balik Arah
Seakan terkungkung dalam remang hutan di ujung timur Indonesia, mereka selalu mengunci diri dalam rumah pohon setinggi 50 meter yang dibangunnya—entah karena enggan berinteraksi pun atau ada alasan lain di baliknya.
Diantara banyaknya pilihan yang tersedia, mengapa Suku Korowai memilih untuk hidup terasing dan mengakarkan dunianya di rumah pohon yang tidak terjamah?
Pertanyaan itu mungkin sedikit menohok, tapi realita yang ada mungkin bisa untuk menguak alasan dibaliknya.
Baca Juga: 2 Cara Membuat Sertifikat Uang Kuno, Harus Dikirim ke Amerika Serikat?
Menyadur konten Youtube Jelajah Bumi, Korowai merupakan suku pedalaman asli Papua yang mendiami kawasan belantaran hutan yang berjarak 150 km dari laut Arafura, tepatnya di Kabupaten Merauke, Papua Selatan.
Suku pedalaman ini punya penamaan unik, sebutan ‘Klufo Fyumanop’ juga melegenda sebagai julukan orang Korowai.
Klufo punya arti ‘orang’, sedangkan Fyumanop berarti ‘berjalan kaki’. Identitas ini disematkan sebagai pembeda atau ciri khas mereka yang suka berjalan kaki.
Baca Juga: Diklaim Sebagai Harta Karun, Begini Fakta Unik Koin Kuno 150 Ribu Rupiah Kuda Lumping
Dengan jumlah populasi yang mencapai 3000-an penduduk ini, penampilan suku pedalaman Papua ini juga jauh berbeda, mereka lebih memilih untuk tidak mengenakan koteka untuk sandangannya.
Rumah yang dibangun Suku Korowai juga sangatlah epik. Biasanya, mereka menyebut tempat tinggalnya dengan nama ‘Rumah Xaim’.
Sisi yang menarik ini adalah, Suku Korowai Papua juga hidup di atas rumah pohon yang menjulang 15 – 50 meter tingginya.
Baca Juga: Banjir Cuan Jumbo! Emiten Tambang Batu Bara Kalimantan Selatan Ini Cairkan Keuntungan Dividen Segini
Selain untuk menghindari Binatang buas, suku ini juga punya kepercayaan mistis yang meyakini bahwa ada gangguan dari roh jahat yang mengintai mereka, yaitu laleo atau sosok iblis yang kejam.
Konon katanya, tampilan visual Laleo serupa dengan manusia yang menyeramkan. Iblis ini berjalan bak mayat hidup dan akan berkeliaran di malam hari.
Mereka mempercayai suatu keyakinan bahwa, semakin tinggi rumah pohon dibangun, maka kemungkinan untuk terhindari dari serangan dan gangguan roh-roh jahat juga akan semakin besar.
Dibangun dengan ketinggian yang tidak bisa dinalar logika, ternyata begini cara Suku Korowai membuat rumah pohon setinggi 15 – 50 meter:
Pertama, pembuatan rumah pohon ini biasanya memakan waktu seminggu. Mengingat bahwa kepercayaan adat di sini masih kental, mereka akan melangsungkan ritual malam terlebih dahulu untuk mengusir roh-roh jahat.
Kedua, proses awalnya adalah memilah pohon-pohon besar yang kokoh untuk dijadikan pijakan pondasi. Setelahnya, barulah mereka mulai memberangus sebagian dari dedaunan untuk hunian mereka.
Ketiga, struktur bahan yang digunakan untuk membangun rumah pohon juga tidak sembarangan.
Biasanya, mereka menggunakan bahan-bahan alami seperti batang kayu kecil untuk kerangka, cabang pohon untuk lantai, dan kulit pohon sagu untuk dinding plus atap.
Itulah informasi terkait dengan Suku Korowai di pedalaman Papua. Bagaimana? Apakah Anda tertarik untuk menelusuri keberadaan mereka? ***

  
 
inNalar.com – Tersembunyi surga di kawasan ujung Timur Indonesia, tapi suku Korowai di Papua tampaknya masih enggan untuk mengenal dunia.
Dengan budaya yang kaya, tapi banyak dari mereka yang hidup terperangkap di rumah pohon, di antara rimbunan hutan yang penuh dengan pepohonan tinggi menjulang.
Disebut ‘menggelantung di pohon’, kata itu mungkin bisa menjadi penyebutan yang pas untuk Suku Korowai.
Baca Juga: 45,7 KM dari Mataram, Desa Danger di Nusa Tenggara Barat Ini Bikin Pengunjung Putar Balik Arah
Seakan terkungkung dalam remang hutan di ujung timur Indonesia, mereka selalu mengunci diri dalam rumah pohon setinggi 50 meter yang dibangunnya—entah karena enggan berinteraksi pun atau ada alasan lain di baliknya.
Diantara banyaknya pilihan yang tersedia, mengapa Suku Korowai memilih untuk hidup terasing dan mengakarkan dunianya di rumah pohon yang tidak terjamah?
Pertanyaan itu mungkin sedikit menohok, tapi realita yang ada mungkin bisa untuk menguak alasan dibaliknya.
Baca Juga: 2 Cara Membuat Sertifikat Uang Kuno, Harus Dikirim ke Amerika Serikat?
Menyadur konten Youtube Jelajah Bumi, Korowai merupakan suku pedalaman asli Papua yang mendiami kawasan belantaran hutan yang berjarak 150 km dari laut Arafura, tepatnya di Kabupaten Merauke, Papua Selatan.
Suku pedalaman ini punya penamaan unik, sebutan ‘Klufo Fyumanop’ juga melegenda sebagai julukan orang Korowai.
Klufo punya arti ‘orang’, sedangkan Fyumanop berarti ‘berjalan kaki’. Identitas ini disematkan sebagai pembeda atau ciri khas mereka yang suka berjalan kaki.
Baca Juga: Diklaim Sebagai Harta Karun, Begini Fakta Unik Koin Kuno 150 Ribu Rupiah Kuda Lumping
Dengan jumlah populasi yang mencapai 3000-an penduduk ini, penampilan suku pedalaman Papua ini juga jauh berbeda, mereka lebih memilih untuk tidak mengenakan koteka untuk sandangannya.
Rumah yang dibangun Suku Korowai juga sangatlah epik. Biasanya, mereka menyebut tempat tinggalnya dengan nama ‘Rumah Xaim’.
Sisi yang menarik ini adalah, Suku Korowai Papua juga hidup di atas rumah pohon yang menjulang 15 – 50 meter tingginya.
Baca Juga: Banjir Cuan Jumbo! Emiten Tambang Batu Bara Kalimantan Selatan Ini Cairkan Keuntungan Dividen Segini
Selain untuk menghindari Binatang buas, suku ini juga punya kepercayaan mistis yang meyakini bahwa ada gangguan dari roh jahat yang mengintai mereka, yaitu laleo atau sosok iblis yang kejam.
Konon katanya, tampilan visual Laleo serupa dengan manusia yang menyeramkan. Iblis ini berjalan bak mayat hidup dan akan berkeliaran di malam hari.
Mereka mempercayai suatu keyakinan bahwa, semakin tinggi rumah pohon dibangun, maka kemungkinan untuk terhindari dari serangan dan gangguan roh-roh jahat juga akan semakin besar.
Dibangun dengan ketinggian yang tidak bisa dinalar logika, ternyata begini cara Suku Korowai membuat rumah pohon setinggi 15 – 50 meter:
Pertama, pembuatan rumah pohon ini biasanya memakan waktu seminggu. Mengingat bahwa kepercayaan adat di sini masih kental, mereka akan melangsungkan ritual malam terlebih dahulu untuk mengusir roh-roh jahat.
Kedua, proses awalnya adalah memilah pohon-pohon besar yang kokoh untuk dijadikan pijakan pondasi. Setelahnya, barulah mereka mulai memberangus sebagian dari dedaunan untuk hunian mereka.
Ketiga, struktur bahan yang digunakan untuk membangun rumah pohon juga tidak sembarangan.
Biasanya, mereka menggunakan bahan-bahan alami seperti batang kayu kecil untuk kerangka, cabang pohon untuk lantai, dan kulit pohon sagu untuk dinding plus atap.
Itulah informasi terkait dengan Suku Korowai di pedalaman Papua. Bagaimana? Apakah Anda tertarik untuk menelusuri keberadaan mereka? ***