Dari Jeruk, Klaster Petani Binaan BRI di Bengkulu Berhasil Bangun Bisnis Pertanian Sekaligus Pariwisata

Bengkulu, inNalar.com – Pengaruh topangan program ekonomi kerakyatan BRI sangat terasa dampaknya di sebuah kampung di daerah Curup, Bengkulu.

Kehidupan masyarakat Desa Karang Jaya di sekitar Danau Mas, Kecamatan Selupu Rejang semakin terangkat berkat pertanian komoditas unggulannya, yaitu jeruk.

Siapa sangka dari buah jeruk inilah kampung binaan BRI mampu menarik perhatian para wisatawan untuk bertandang ke daerahnya.

Baca Juga: Gak Akan Ada Bakul Nasgor! Desa Unik di Jawa Tengah Ini Pantang Jual Nasi: Lokasinya 22 KM dari Pusat Kebumen

Selain bercitra sebagai kampung pertanian unggulan, kampung ini pun juga berhasil ‘menyulap’ lingkungan tempat tinggal mereka menjadi sebuah desa wisata.

Hal tersebut tidak terlepas dari keistimewaan desanya yang lokasinya tidak jauh dari kawasan wisata Danau Mas dan Curug.

Jeruk Gerga Curup inilah yang pada akhirnya terekspose ke para pengunjung hingga menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi Kampung Karang Jaya ini.

Baca Juga: Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia vs Filipina Malam Ini di Piala AFF 2024, Link Live Streaming, dan Prediksi Skor

Mari berkenalan dengan Diana, seorang petani lokal yang membangun sebuah bisnis wisata berbasis jeruk di wilayah tempat tinggalnya.

Ide brilian Diana mengandalkan kelebihan alam desanya sekaligus menambah pengalaman bermakna bagi para wisatawan saat berkunjung ke Desa Karang Jaya.

Jika wisatawan berkunjung ke kampung ini, hamparan kebun jeruk milik Diana siap dipetik oleh para wisatawan yang datang ke sana.

Baca Juga: Inilah Perbedaan Uang yang Dibuat dengan Teknik Engrave dan Printing

Perlu diketahui, Jeruk Gerga Curup ini cukup berbeda dari kebanyak buah sejenis lainnya. Tahukah, daya tahan kematangan buah ini bisa mencapai satu bulan dengan catatan kulitnya tidak rusak.

Bagi para penyuka bulir jeruk tentunya akan terpukau dengan buah khas desa klaster binaan BRI ini. Pasalnya, bulirnya berukuran cukup besar dan jika dimakan akan terasa segar di lidah.

Tingkat gulanya juga rendah meski ada sedikit sensasi rasa asam. Namun buah andalan desanya ini menjadi salah satu buah yang direkomendasikan untuk para pelaku diet atau dalam rangka menjaga kecantikan.

Disebut pula bahwa keistimewaan buah oranye milik kampung ini pun terbilang aman untuk dikonsumsi oleh para penderita gula darah tinggi.

Dalam proses membangun bisnis, Diana tidak menampik bahwa modal besar di awal usahanya menjadi salah satu hal krusial dalam hidupnya.

Baca Juga: Penguasa Tambang Emas Papua ‘Sulap’ Limbah Beracun Jadi Infrastruktur Megah dari Sorong hingga Merauke

Mengingat modal tersebut akan digunakan untuk urusan kepengurusan lahan beserta perawatannya.

Namun melalui program Klasterku Hidupku, BRI menjadi solusi atas kebutuhan Diana kala itu. Tidak hanya soal dana, pelatihan hingga promosi usaha pun ia dapatkan sebagai benefitnya.

Salah satu promosi usaha yang sangat dirasakannya adalah ketika Klaster Jeruk Gerga Curup urun ikut berpartisipasi dalam Bazaar UMKM BRI di Kantor Pusat BRI yang digelar pada 16 Desember 2024 lalu.

Baca Juga: Kenali Uang Kuno 1945, Usia Koin Belanda Ini Ternyata Jauh Lebih Tua dari Kemerdekaan Indonesia

“Berkat BRI kami mendapatkan kemudahan akses modal kerja yang meringankan, juga pelatihan yang memberikan kami banyak wawasan baru. Bahkan, kami diberi kesempatan untuk mempromosikan produk melalui bazar-bazar seperti ini,” ucap Diana.

Diana berharap Jeruk Gerga Curup bisa terus berkembang dan dikenal lebih luas hingga ke pasar internasional.

Ia juga optimis bahwa kerja sama dengan BRI akan terus mendorong kemajuan ekonomi petani lokal di Bengkulu.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan bahwa program Klasterku Hidupku merupakan salah satu strategi BRI untuk mendukung penguatan ekonomi berbasis komunitas.

“BRI berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi petani lokal melalui pembiayaan dan pembinaan. Jeruk Gerga Curup adalah salah satu contoh sukses bagaimana sinergi antara perbankan dan petani mampu menciptakan peluang baru, tidak hanya di sektor pertanian, tetapi juga pariwisata,” terang Supari.***