

inNalar.com – Tidak hanya Kalimantan, Provinsi Maluku juga memiliki cadangan minyak dan gas yang berada di dalam laut.
Meskipun begitu, ternyata satu perusahaan yang bekerja sama untuk memproduksi kilang gas alam cair di Maluku ini justru mengundurkan diri.
Adapun kilang gas minyak cair yang berada di provinsi Maluku dan ditinggalkan tersebut adalah Blok Masela.
Blok Masela di Maluku sendiri merupakan lapangan minyak dan gas yang jadi terbesar di Indonesia, yang berada di Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Sebenarnya Blok Masela ini telah ditemukan sejak tahun 2000.
Akan tetapi hingga saat ini, diketahui jika cadangan minyak dan gas di Blok Masela tersebut belum dapat beroperasi.
Pasalnya, rencana eksploitasi dalam memproduksi kilang gas alam cair yang terdapat di Maluku itu akan dilakukan pada tahun 2027.
Walaupun ternyata target tahun 2027 tersebut harus mundur menjadi tahun 2029.
Selain dari faktor pandemic korona, hal tersebut karena salah satu perusahaan yang bekerja sama dalam mengeksploitasi cadangan minyak dan gas dalam laut di Maluku mengundurkan diri.
Perusahaan yang mengundurkan diri itu adalah perusahaan migas asal Belanda, yaitu Shell Upstream Overseas.
Sebab itulah proyek pengembangan Blok Masela di Maluku menjadi sempat terhenti.
Meski begitu, pemerintah Indonesia tetap mencari investor lain agar proyek di Maluku ini dapat berjalan.
Apalagi proyek Masela di Maluku ini membutuhkan nilai investasi mencapai US$19,8 miliar, atau sekitar Rp. 285 triliun.
Dilansir inNalar.com dari migas.esdm.go.id, terdapat 2 investor yang tertarik pada pengembangan proyek ini, yaitu PT Pertamina dan Petronas.
Sekedar informasi, diketahui jika perusahaan asal Belanda Sebelum ini menguasai 35% saham participating interest (PI)..
Sedangkan 65% sisanya dimiliki oleh Inpex asal Jepang.
Menariknya, Blok Masela di Maluku ini memiliki potensi cadangan gas mencapai 10,73 triliun kaki kubik (Tcf).
Sebab itulah Blok Masela disebut juga sebagai lapangan gas abadi.
Berdasarkan cadangan gas yang sangat melimpah di Blok Masela, maka diperkirakan bahan bumi ini tidak akan habis hingga 70 tahun ke depan.***