

inNalar.com – Mega Proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) merupakan salah satu proyek terbesar yang direncanakan pada masa Soekarno dulu.
Dalam perencanaan Mega Proyek Jembatan Selat Sunda ini akan melintasi Selat Sunda dengan menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Mega proyek jembatan itu direncanakan di tahun 1960 yang bermula pada gagasan seorang Prof. Sedyatmo yang merupakan Guru besar di Institut Teknologi Bandung.
Baca Juga: Jejak Manusia Raksasa Ditemukan di Gunung Welirang Jawa Timur, Bukti Kalau Cerita Rakyat Itu Nyata?
Saat ini, menjadi sebuah proyek Asian Highway Network yaitu Trans Asian Highway dan Trans Asian Railway.
Anggaran Dana yang direncanakan untuk membangun Jembatan Selat Sunda ini menelan sebesar 10 miliar dolar AS atau setara dengan Rp100 triliun.
Jembatan Selat Sunda juga akan dilakukan proyek konstruksinya oleh PT Bangungraha Sejahtera Mulia (BSM).
Pada masa perencanaan jembatan ini akan membentang sepanjang 31 km dengan lebar 60 m dan pada masing-masing sisi memiliki 3 lajur khusus kendaraan roda empat.
Tak hanya itu, dalam perencanaan akan ada lajur ganda yang disediakan untuk kereta api yang memiliki ketinggian 70 m dari permukaan air.
Pada masa itu pun jembatan ini sudah mempunyai nama yaitu Tri Nusa Bima Sakti yang mempunyai arti menghubungkan tiga pulau yakni Sumatra, Jawa dan Bali.
Menurut Hatta yang saat itu masih dalam jabatan sebagai Menko Perekonomian, jembatan Selat Sunda ini dapat membentuk kawasan industri strategis yang terdapat di sekitar kawasan tersebut.
Pada tahun 1965 ini pun Ir Soekarno membuat keputusan untuk dilakukan terlebih dahulu uji coba desain penghubung.
Pada percobaan tersebut ditemukan penghubung tersebut dapat berupa Terowongan Tunnel yang di awal Juni 1989 rampung dan diserahkan kepada Soeharto yang merupakan Presiden RI saat itu.
Baca Juga: Cocok Buat Tempat Cari Jodoh, Bandung Jadi Daerah Penghasil Wanita Cantik Nomor 1 di Jawa Barat
Di tahun 1997 Soeharto pun menyerahkan proyek tersebut kepada Prof. B. J. Habibie yang merupakan seorang Menristek untuk proyek tersebut dapat dikerjakan.
Lalu Prof. Wiratman Wangsadinata dan Dr.Ir. Jodi Firmansyah kal itu melakukan kembali uji coba desain.
Dan pada masa uji coba yang dilakukan tersebut ditemukan bahwa penghubung ke tiga pulau tersebut lebih layak menggunakan sebuah jembatan daripada terowongan yang berada di dasar laut.
Sementara Jembatan Selat Bali yang menghubungkan ke Pulau Jawa ini belum dilaksanakan dikarenakan pemerintah Provinsi Bali tidak menerima penggabungan proyek tersebut.
Seiring berjalannya waktu, dan masuklah pada masa pemerintahan Joko Widodo yang diketahui rencana pembangunan Jembatan Selat sunda tersebut tidak dapat dilaksanakan dan diberhentikan
Namun hal tersebut dibantah oleh Sigit Sosiantomo selaku Anggota Komisi V DPR, dirinya menegaskan bahwa penghentian megaproyek Jembatan Selat Sunda yang dikatakan bahwa Proyeknya tiba-tiba dibatalkan pada masa pemerintahan Joko Widodo tidak benar.
Dilansir inNalar.com dari laman situs Dewan Perwakilan Rakyat RI, Sigit Sosiantomo mengungkap bahwa megaproyek ini bahkan telah dirancang dan diputuskan oleh pemerintah sebelum dilakukan adanya studi kelayakan kembali.
Penghentian proyek senilai Rp200 triliun tersebut dikarenaan banyak pertimbanagn slaah satunya adalah tidak sesuai dengan konsep kemaritiman yang digagas oleh Presiden Joko Widodo.
Dan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun sudah banyak kalangan yang pesimis akan rencana jembatan yang digadang-gadang menjadi yang terpanjang di dunia tersebut akan dapat terwujud.
Menurut beberapa pihak nilai dana yang digelontorkan tersebut terlalu besar dan dampak yang didapatkan pada sektor kemaritiman terbilang minim.***