

inNalar.com – Kebanyakan diketahui bahwa ciri khas dari masyarakat asia khususnya Indonesia memiliki bola mata berwarna coklat atau hitam.
Namun hal tersebut berbeda bagi salah satu masyarakat di Indonesia, yakni penduduk Desa Kaimbulawa Kecamatan Siompu Timur, Pulau Siompu, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pulau Siompu secara administratif dibagi menjadi dua kecamatan yaitu Siompu Timur dan Siompu Barat.
Siompu sendiri dikelilingi oleh laut biru dengan hamparan pasir putih serta terumbu karang yang masih sangat terjaga.
Tak hanya itu, Siompu ini juga mempunyai ikon flora endemik yang berupa Jeruk Siompu.
Selain itu Pulau ini pun mempunyai keunikannya tersendiri, masyarakat disana mempunyai ciri tubuh yang tak biasa yaitu memiliki bola mata berwarna biru yang menyerupai mata seorang bangsa Kaukasia di Eropa.
Bahkan masyarakat disana juga mempunyai rambut berwarna pirang alami dengan sebagian mempunyai ukuran tubuh berbadan tinggi.
Baca Juga: Indah Bak Surga di Balik Belantara, Sungai Ini Punya Air Sebiru Permata, Lokasinya Ternyata Ada di…
Dilansir inNalar.com dari laman situs Portal Informasi Indonesia, Fenomena langka ini pertama kali ditemukan oleh seorang peneliti dari lembaga Summer Institute Linguistic (SIL) yang bernama La Ode Yusrie.
Saat itu dirinya sedang melakukan riset pada tahun 2016, terkait dialek lokal unik yang di gunakan oleh masyarakat Siompu Timur.
Dirinya lalu menemui warga unik di pulau Siampo tersebut dengan ditemani oleh La Dala yang merupakan seorang Guru Sekolah Dasar berusia 55 tahun yang mempunyai tinggi 180 cm dengan mata biru dan kulit putih nya.
Dalam sebuah historis, saat bangsa eropa bertarung untuk menguasai rempah-rempah dunia, para pelaut dari portugis menjadikan Pulau Siompu ini sebagai persinggahan sebelum menuju ke Maluku.
Selama persinggahan ini lah Bangsa Portugis menjalin hubungan baik dengan warga lokal dan juga pihak kerajaan pada masa itu.
Pria dari bangsa Portugis pun bahkan diijinkan untuk menikahi gadis di Pulau Siompu.
Diketahui cerita ini ditulis dalam sebuah naskah kuno yang merupakan peninggalan Kesultanan Buton Kanturuna Mohelana yang mempunyai arti Pelitnya Orang Berlayar.
Pada abad ke – 16 ada seorang pimpinan kapal dari Portugis menikah dengan gadis lokal Pulau Siompu yang bernama Waindawula.
Waindawula merupakan anak dari seorang La Laja yakni bangsawan Wolio yang juga berkerabat dekat dengan La Ode Ntaru Lakina Liya, merupakan seorang Raja Libya yang berkuasa tahun 1928.
Dari pernikahan yang terjadi tersebut mereka dikaruniai beberapa anak salah satunya bernama La Ode Raindabula, dirinya bertubuh tinggi, kulit putih dan juga bermata biru.
Sehingga adanya Mata biru ini merupakan ciri anak-anak hasil perkawinan silang Buton-Portugis.
Contohnya ada pada perkawinan antara Felengkonele yang merupakan seorang pemimpin armada Portugis, dengan salah seorang putri bangsawan Buton.
Diketahui penduduk bermata biru yang tersisa saat ini, tak lebih dari 10 orang, perlahan mereka pun membuka diri.
La Dala Sejumlah warga Siompu bermata biru saat ini mulai sering diundang dalam acara-acara lingkungan Kesultanan Buton.
Bahkan dalam sebuah pertemuan, dengan nada gurauannya Bupati Buton Selatan yakni La Ode Arusani mengatakan kepada La Dala jika dirinya ini adalah aset yang harus dijaga karena matanya yang indah.***