

inNalar.com – Canggihnya teknologi memudahkan siapapun menyebarkan informasi, tak terkecuali video dewasa.
Video dewasa adalah semua bentuk media yang mengekspos budaya atau hubungan seksual yang beragam secara terbuka.
Tujuan utama video dewasa adalah membangkitkan gairah seksual orang yang melihatnya.
Baca Juga: Daya Tampungnya 122 Juta m3, Bendungan Wonorejo di Jawa Timur Ini Ternyata Sudah Dibangun Sejak…
Survey oleh Institute for Public Policy Research (IPPR) menunjukkan bahwa dari 500 remaja, terdapat 80% rata-rata anak yang mengaku tidak sengaja membuka akses video tersebut saat terhubung dengan internet.
Ini menunjukkan bahwa portal-portal penyedia video dewasa begitu mudah diakses tanpa ada penyaringan umur dan sebagainya.
Terlebih, video dewasa tidak hanya bisa ditemukan di portal khusus, melainkan menyebar pada game, media sosial, dan iklan internet.
Baca Juga: Erick Thohir Dituding Syirik Usai Ziarah ke Makam, Gus Ipul: Jalan Terus Ikuti Warisan Para Kyai!
Video dewasa dapat mengakibatkan dampak negatif yang sangat mempengaruhi kecerdasan dan moralitas manusia.
Penonton video dewasa yang masih anak-anak atau di bawah umur memiliki potensi yang lebih besar untuk menirunya.
Jika sampai ini terjadi, di masa mendatang, anak-anak tersebut besar kemungkinan akan menjadi pelaku kejahatan seksual itu sendiri.
Baca Juga: Ini 5 Wilayah di Jawa Timur dengan Kendaraan Bermotor Terbanyak, Apakah Kotamu Termasuk?
Selain itu, dampak yang ditimbulkan oleh video dan film dewasa ialah sulit berkonsentrasi dan fokus.
Anak yang memiliki IQ tinggi pun dapat mengalami penurunan konsentrasi karena ia memiliki rasa penasaran yang lebih besar.
Sedangkan anak yang ber-IQ rendah, dampaknya bisa lebih ekstrim. Ia hanya akan memikirkan adegan dalam video yang dilihatnya.
Rasa penasaran dan kegelisahan yang ditimbulkan oleh konten dewasa dapat mendorong pikiran untuk terus melihatnya, lagi dan lagi. Ini yang disebut kecanduan.
Profesor Greenfield dari Oxford University menerangkan, dampak kecanduan pada film dan video dewasa seperti penggunaan obat terlarang yang merusak otak dan pikiran.
Ia menyebutkan, setiap seseorang melihat video dewasa, saat itu pula jaringan otak akan menyusut.
Jaringan yang terus menyusut dapat mengakibatkan otak mengalami pengecilan ukuran dan kerusakan permanen pada bagian PFC.
PFC atau Pre Frontal Cortex adalah bagian otak yang hanya ada pada manusia. Inilah yang membedakan manusia dengan hewan.
Anak yang mengalami kecanduan menonton konten dan video dewasa, akan mudah merasa bosan dan tidak fokus saat belajar.
Ia akan merasa bahwa pembelajaran yang dilakukan tidak memberikan gairah kepuasan dan kenyamanan yang sebanding seperti saat menonton video dewasa.
Pikiran mereka justru akan dipenuhi dengan bayangan adegan video dewasa yang mereka tonton.
Oleh karena itu, mari kita jaga anak-anak muda di Indonesia ini, jangan sampai mereka menjadi generasi yang lamban dan tidak ada bedanya dengan hewan.***