

inNalar.com – Pembangunan jalan untuk menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya juga terjadi di perbatasan Indonesia dengan negara tetangga, yakni di perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Timor Leste.
Proyek pembangunan jalan yang ada di perbatasan NTT dan Tmor Leste ini sudah dimulai sejak tahu 2015.
Nama jalan yang ada di perbatasan NTT dan Timor Leste ini adalah Jalan Sabuk Merah sektor timur.
Nama Sabuk Merah pada jalan di perbatasan NTT dan Timor Leste ini memiliki sejarahnya sendiri.
Dahulu, saat Timor Leste memisahkan diri dari Indoneia, perbatasan kedua negara ini ditandai dengan garis berwarna merah.
Oleh karena itu, sampai sekarang perbatasan NTT dan Timor Leste masih dikenal sebagai Sabuk Merah.
Jalan Sabuk Merah sektor timur yang ada di NTT ini saat ini sudah dapat dilalui oleh kendaraan bermotor.
Jalan Sabuk Merah di NTT ini membentang sepanjang 179 km.
Adapun biaya yang dihabiskan untuk membangun Jalan Sabuk Merah ini adalah sekitar Rp 1,6 triliun.
Baca Juga: Panjangnya 24,75 km, Jalan Tol Tertua di Jawa Tengah Ini Pertama Kali Beroperasi Pada Tahun 1983
Namun, dari total biaya tersebut, tidak semuanya hanya digunakan untuk membangun jalan. Proyek Jalan Sabuk Merah ini juga meliputi sekitar 42 jembatan.
Dilansir inNalar.com dari Kementerian PUPR, dibangunnya 42 jembatan yang ada di Jalan Sabuk Merah ini agar saat musim hujan datang, masyarakat masih dapat menggunakan jalan dengan lancar.
Apalagi lokasi dari Jalan Sabuk Merah sektor timur ini merupakan daerah perbukitan yang curah hujannya tinggi.
Tujuan dari pembangunan Jalan Sabuk Merah di perbatasan NTT dan Timor Leste ini adalah untuk memperkuat pertahanan daratan NKRI.
Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk memudahkan masyarakat dalam mencapai kota atau kabupaten tujuan, seperti Belu atau Malaka.
Sebelum dibangunnnya Jalan Sabuk Merah di perbatasan Nusa Tenggara Timur dengan Timor Leste ini, masyarakat yang tinggal di perbatasan harus menghabiskan waktu dua hingga tiga hari untuk sampai ke kota/kabupaten terdekat.
Tidak hanya itu, karena akses jalan masih jalan desa atau jalan setapak, maka warga yang tinggal di perbatasan harus berjalan kaki untuk sampai ke tujuannya.
Baca Juga: Dibangun 1987, Jalan Tol Tertua di Jawa Timur Ini Panjangnya Menjalar Jadi 2 Meter, Apa Penyebabnya?
Akses jalan yang mudah tentunya juga dapat memiliki fungi lainnya yaitu menumbuhkan ekonomi suatu daerah.
Oleh karena itu, dengan adanya Jalan Sabuk Merah ini, diharapkan juga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di perbatasan NTT dan Timor Leste.
Selain tiga hal di atas, keuntungan lain dengan adanya Jalan Sabuk Merah di Nusa Tenggara Timur (NTT) ini adalah bebasnya beberapa wilayah dari keterisoliran mereka.
Setidaknya, terdapat 32 desa di perbatasan NTT dan Timor Leste yang hidup terisolir sebelum adanya Jalan Sabuk Merah ini.
Setelah dibangunnya jalan ini, 32 desa tersebut akhirnya mendapat akses jalan untuk bisa terhubung dengan daerah lain.***