

inNalar.com – Proyek pembangunan Grass Root Refinery (GRR) Tuban atau Kilang Minyak Tuban yang terletak di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur merupakan proyek kebanggan Presiden Joko Widodo.
Megaproyek Kilang Tuban ini masuk kedalam proyek strategis nasional (PSN) dan memiliki nilai investasi sebesar US$13,5 miliar atau setara dengan Rp238,25 triliun.
Proyek GRR Tuban ini berdiri diatas lahan dengan luas 840 hektar dengan total kilang 70 unit derta 14 unit pengolahan BBM dan 7 unit pengolahan Petrokimia lalu sisanya merupakan unit pendukung termasuk Rusia.
Kilang GRR Tuban ini ditargetkan untuk dapat menjadi pemimpin industri dengan pengolahan margin tertinggi dibandingkan dengan kilang yang ada di Asia Tenggara.
General Engineering Design (GED) untuk Tuban sendiri dikerjakan di Madrid Spanyol yang telah dimulai sejak november 2019.
Pengerjaannya pun terdiri dari 2 tahap yakni Front End Engineering Design FEED dan Basic Engineering Design BED.
Pengerjaan GED Kilang Tuban ini menghasilkan total sekitar 40.000 dokumen dengan melibatkan 700 orang tenaga ahli, 105 sesi tinjauan dengan model 3D Kilang.
Selain itu terdapat 345 sesi studi analisis risiko dalam keselamatan kerja dengan menggunakan metode Hazard and Operability Study.
Dilansir inNalar.com dari laman KPPIP, mengingat kebutuhan bahan bakar dan juga upaya dalam mencapai ketahanan energi dalam negeri, Indonesia membutuhkan adanya pertumbuhan dalam industri Kilang Minyak.
Diharapkan pula adanya Kilang Minyak Tuban ini dapat meningkatkan penyediaan pada minyak mentah dan juga bahan bakar yang ada di Indonesia.
Sehingga hal ini nantinya akan mampu menurunkan ketergantungan terhadap kegiatan impor.
Megaproyek Kilang Tuban ini pada pelaksanaanya bekerja sama antara Pertamina dengan perusahaan asal Rusia Rosneft.
Pada perencanaan proyek Kilang Tuban ini Pertamina memiliki saham kepemilikan sebesar 55 persen sedangkan Rosneft 45 persen.
Namun diketahui kabar terbaru jika Airlangga Hartarto selaku Menko Perekonomian mengatakan akan mencarikan partner baru untuk Pertamina dalam membangun Proyek Kilang Tuban.
Hal ini dilakukan oleh Menko Perekonomian disebabkan adanya imbas dari tersendatnya pembangunan Kilang Tuban.
Salah satu pemegang saham dari perusahaan Rusia yakni Rosneft, mengalami kendala akibat persoalan ekonomi geopolitik yang sedang terjadi dengan Ukraina.
Situasi Geopolitik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ini membuat Rusia terkucilkan termasuk dalam investasinya.
Namun Menteri Perekonomian tersebut tidak mengungkapkan dengan pasti apakah Rosneft tersebut benar-benar akan dicabut dari investasi Kilang Tuban
Megaproyek Kilang Tuban mempunyai rancangan kapasitas pengolahan minyak mentah sebesar 300 ribu barel per hari dengan produksi petrochemical sebesar 4.250 kiloton per annum (ktpa).
Nantinya Kilang Tuban juga akan mampu memproduksi bahan bakar minyak (BBM) berkualitas Euro V BBM ramah lingkungan dengan menghasilkan 30 juta liter BBM per hari.
Angka tersebut terbagi pada 2 jenis yakni gasoline dengan besaran 80.000 barel per hari dan diesel sebesar 98.000 barel per hari.***