

inNalar.com – Jawa Tengah merupakan wilayah Indonesia yang berada di bagian tengah Pulau Jawa. Ibu Kota dari provinsi Jateng adalah Semarang.
Menilik data Badan Pusat Statistik, penduduk Jawa Tengah mencapai 38,280,887 jiwa pada pertengahan 2024.
Saat ini, Jawa Tengah terancam bencana besar yang mengintai 38 juta penduduknya pada tahun 2025.
Baca Juga: Skema MBG saat Puasa Ramadan 2025 hingga Pro Kontra Program Makan Siang Gratis
Bahkan kepala BMKG, Dwikorita sampai rela turun langsung ke lapangan untuk mengecek dan melakukan sosialisasi terkait ancaman ini.
Peringatan bencana hidrometeorologi disampaikan Dwikorita dalam Rapat Koordinasi Antisipasi Bencana Hidrometeorologi bersama PJ Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, Senin 27 Januari 2025.
Ia menjelaskan, bahwa fenomena alam tersebut diperkiarakan berlangsung pada Januari hingga Februari mendatang, akibat curah hujan yang tinggi.
Mengutip BMKG, Kamis 29 Januari 2025, sebagian besar daerah di Jawa Tengah diprediksi mengalami puncak hujan.
Namun hal itu tidak serempak, alias terjadi bertahap mulai November 2024 hingga Februari mendatang
“Ini membuat potensi bencana, seperti yang terjadi di Pekalongan, masih bisa terjadi. Oleh karena itu, langkah antisipasi terus kami tingkatkan,” ujar Dwikorita.
Baca Juga: 30 Ucapan Selamat Isra Miraj 2025, Mengandung Pesan Doa, Inspiratif, dan Bermakna Persaudaraan
Menurut Dwikorita, curah hujan di Jawa Tengah dipengaruhi oleh kombinasi aktif beberapa fenomena atmosfer global, seperti La Nina lemah, Monsun Asia, Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang ekuatorial Kelvin dan Rossby.
Kondisi tersebut diperkuat dengan fenomena astronomis seperti bulan lalu yang menciptakan angin kencang hingga gelombang tinggi di daerah pesisir.
Lebih lanjut, kelembapan udara serta aktivitas konvektif lokal juga memicu pembentukan awan hujan yang menjulang tinggi.
Baca Juga: Menjawab Surel Devi, Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 5 SD Hlm. 115-116 Kurikulum Merdeka
Semua faktor di atas meningkatkan ancaman bencana seperti banjir, tanah longsor, banjir rob dan angin kencang di beberapa wilayah Jateng.
BMKG mencatat bahwa seluruh wilayah Jawa Tengah sudah memasuki musim hujan sejak Desember lalu dan puncak hujan diprediksi pada Januari hingga Februari 2025.
Penduduk di kawasan bencana seperti Pekalongan, Batang dan Boyolali dihimbau untuk siap siaga untuk menghadapi situasi ini.
Baca Juga: Kode Rahasia, Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 5 SD Kurikulum Merdeka Bab 5 Hlm. 113-114
Selain ancaman hujan ekstrem, BMKG juga mengidentifikasi potensi banjir rob yang akan melanda kawasan pesisir utara dan selatan Jawa Tengah.
Oleh sebab itu, Dwikorita menegaskan bahwa semua pihak harus segera melakukan upaya mitigasi menyeluruh.
Merespon petaka tersebut, PJ Gubernur Jateng, Nana Sudjana menjelaskan bahwa pihaknya sudah mengambil langkah antisipasi sedini mungkin.
Baca Juga: 10 Universitas Terbaik di Indonesia, UI Bertengger di Urutan Teratas RI Skala Pemeringkatan Dunia
Mulai dari memetakan jalur evakuasi, kesiapan drainase di kawasan rawan longsor hingga sosialisasi kepada masyarakat desa.
Dalam mencegah banyaknya korban jiwa, teknologi modifikasi cuaca (TMC) kemungkinan akan kembali diterapkan untuk mengurangi dampak curah hujan ekstrem di Jawa Tengah.
BMKG mengingangatkan agar masyarakat di Jawa Tengah lebih waspada terhadap tanda awal bencana, seperti retakan air, rembesan air dari lereng atau pohon yang tiba-tiba miring.
Jika pertanda tersebut terlihat, masyarakat dihimbau segera mengungsi dan melapor kepada pihak berwenang.
Di lain sisi, penduduk di wilayah pesisir diminta untuk segera mengurangi aktivitas di dekat pantai saat terjadi pasang tinggi atau gelombang besar.
“Kita semua harus bekerja sama untuk memastikan keselamatan masyarakat. Informasi yang kami sampaikan bukan hanya untuk meningkatkan kewaspadaan, tetapi juga untuk membantu masyarakat mengambil langkah konkret dalam mengantisipasi bencana,” pungkas Dwikorita.