
inNalar.com – Sebuah provinsi yang biasanya adem ayem mendadak geger karena berubah menjadi penggung orkestrasi epik bagi ratusan pelajar yang berbondong-bondong turun ke jalan. Bukan untuk festival atau lomba, tapi ini dilakukan untuk menolak program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Bagai lelucon yang kelewat absurd, program MBG yang dulu dielu-elukan sebagai terobosan revolusioner untuk meningkatkan kesejahteraan, malah justru diprotes oleh mereka yang notabene-nya menjadi penerima manfaat utama yang paling diuntungkan.
Sebagaimana diketahui, ratusan pelajar berbagai jenjang pendidikan; mulai SD hingga SMA, mendadak memenuhi protokol jalan Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan.
Ada apakah gerangan yang membuat sekumpulan pelajar ini turun ke jalan sembari mengusung berbagai narasi tuntutan, apakah ada sesuatu yang terselip dibalik klaim “bergizi” yang justru membuat pelajar Yahukimo kehilangan selera?
Tepat pada 3 Februari lalu, ratusan pelajar Papua Pegunungan turun ke jalan dengan satu seruan lantang.
Mereka menuntut Pemerintah agar lebih fokus pada pemenuhan layanan pendidikan ketimbang menyuapi mereka program MBG.
Tidak hanya berteriak lantang menggema, para pelajar juga mengacungkan spanduk bertuliskan kalimat tajam, salah satunya adalah “Kami Tolak MBG, kami pilih pendidikan”—yang seolah menampar realita.
Kritik ini merupakan satu sindiran pedas yang seolah meneriakkan satu fakta pahit bahwa bukan perut mereka yang kelaparan, tapi ini tentang hak pendidikan siswa di Papua yang terus dibiarkan terpinggir dan merana—hak belajar dibiarkan merana di satu sudut yang sering terlupa.
Baca Juga: Gratis, Ini Dia 9 Rute Bus Sekolah untuk Siswa Tangsel, Wajib Kepo!
Mungkin bagi mereka, akses pendidikan yang layak jauh lebih mengenyangkan daripada program MBG yang hanya berisi sepiring makanan gratis, karena ilmu adalah asupan yang tidak bisa digantikan oleh apapun.
Abdul Mu’ti, selaku Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, menegaskan bahwa pihaknya tetap akan mendukung program MBG dengan terus mengevaluasi dan menyempurnakannya, meskipun gelombang kritik tidak kunjung mereda.
Menurut Abdul Mu’ti, penyempurnaan ini akan memastikan MBG ini tidak hanya menjadi program yang hanya diterima setengah hati.
Harapannya, dengan perbaikan terus-menerus ini, MBG ini bisa menjadi investasi jangka panjang yang juga memberikan nutrisi untuk masa depan pendidikan.
Sjafrie Sjamsoeddin, selaku Menteri Pertahanan, diketahui juga memberikan respon. Beliau dengan tegas juga mendukung program MBG yang kini tengah digesa oleh Pemerintah.
Beliau juga menegaskan bahwa program MBG yang digulirkan ini adalah murni tugas kemanusiaan, tidak ada intrik terselip di baliknya.
Pasalnya, program MBG ini adalah langkah mulia yang seharusnya diterima dengan tangan terbuka dan suka cita—karena ini bukti konkret bahwa Pemerintah akan selalu memikirkan kesejahteraan hidup warga negaranya. ***