Soeharto Malah Pergi ke Mesir Saat Keamanan Indonesia Tidak Kondusif, 14 Menteri Hengkang Karena…

inNalar.com – Soeharto, adalah sosok yang telah menjabat sebagai presiden Indonesia selama 32 tahun.

Soeharto menjabat sebagai presiden selama 7 periode, dari tahun 1967 hingga tahun 1998.

Selama 32 tahun masa jabatan presiden Soeharto, tahun 1997 menjadi tahun terberatnya hingga ia menyatakan mundur.

Baca Juga: Dananya Rp40 M, Masjid di Batam Kepulauan Riau Ini Bentuk dan Nama Diambil dari Aksesori Melayu, Bisa Tebak?

Ia yang dikenal sebagai sosok keras kepala dan suka menentang, malah melakukan kunjungan ke Mesir saat keamanan nasional tidak stabil.

Rakyat menyebut tingkah Soeharto seolah ingin menunjukkan bahwa keamanan nasional sedang baik-baik saja, menutupi fakta sebenarnya.

Dikutip inNalar.com dari buku “Biografi daripada Soeharto” karya A. Yogaswara, berikut runtutan tragedi kemunduran presiden Soeharto.

Baca Juga: Sukses di Dunia Militer, Ternyata Soeharto Pernah Mengabdi Pada Belanda dan Jepang, Bagaimana Kisahnya?

Krisis Ekonomi dan Gejolak Politik

Ekonomi negara Indonesia mencapai puncak masa krisisnya, bahkan lebih panjang daripada Thailand dan Korea Selatan.

Krisis ekonomi tersebut menggiring Soeharto pada problem politik, korupsi, dan kolusi pemerintahan.

Bukannya mengubahnya menjadi lebih baik, ia malah memasukkan nama putrinya Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut) dalam susunan kabinet Pembangunan VII.

Baca Juga: Tak Seperti Namanya, Pulau Seram Punya 9 Destinasi Wisata Menawan, Salah Satunya Ada Keramba Berbentuk Love

Krisis Keamanan Nasional

Sifat keras kepala Soeharto juga ditunjukkan saat keamanan internal Indonesia sedang tidak stabil, ia justru berkunjung ke Mesir.

Kerusuhan di Medan telah menjalar kemana-mana. Hanya dalam hitungan hari, stabilitas keamanan internal Indonesia tidak signifikan.

Bertepatan dengan perginya Soeharto ke Mesir, tanggal 12 Mei 1998, 4 mahasiswa Trisakti yang sedang demo tewas tertembak aparat.

Kerusuhan, pembantaian masyarakat etnis Cina, dan penjarahan hampir menyebar di seluruh Indonesia.

Kunjungan Soeharto ke Mesir terkesan seolah dia menunjukkan bahwa stabilitas nasional masih baik-baik saja di bawah kendalinya.

Nyatanya tidak. Pada tanggal 15 Mei 1998, ia memutuskan kembali ke tanah air Indonesia.

Ditinggal Menteri Terdekat

Sepulangnya dari Mesir, Soeharto berjanji akan me reshuffle susunan kabinet. Namun, keputusan ini agak tidak tepat.

Rakyat memang menginginkan susunan kabinet baru namun tanpa namanya, alias rakyat ingin ia mundur dari jabatan.

Keberuntungan tak memihak lagi pada Soeharto. 14 menteri termasuk orang terdekatnya menolak terlibat dalam kabinet baru.

Rakyat Indonesia beramai-ramai menarik dukungannya. Bahkan, ketua MPR/DPR Harmoko sebagai pendamping paling setia turut menginginkan kemundurannya.

Soeharto Menyatakan Berhenti

Meski kondisi sudah sangat mendesak, tak ada satupun orang yang berani menjamin kemunduran Soeharto.

Hingga akhirnya, pada 20 Mei 1998 malam, jumpa pers diadakan di kediaman Malik Fadjar.

Amien Rais, memberi keterangan bahwa salah satu anggota pusat pemerintahan, Yusril Ihza Mahendra, mengatakan kemungkinan besar Soeharto telah mengundurkan diri.

Keesokan harinya, kabar tersebut menjadi kenyataan. Tepatnya pada 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan bahwa dirinya telah berhenti dari jabatan presiden. ***

 

 

Rekomendasi