

inNalar.com – Suku Korowai merupakan suku yang terletak di pesisir selatan Papua. Keberadaan suku ini baru ditemukan sekitar tahun 1870 silam.
Suku Korowai ini menjadi salah satu suku terasing yang terletak di pelosok pedalaman Papua. Dengan jumlah penduduk mencapai 3000 orang saja.
Menariknya, suku Korowai hidup di hutan hujan tropis di daerah Papua. Menurut data luas wilayah sekitar 32,0 juta hektar dan 30,0 juta hektar berupa hutan (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan).
Suku Korowai adalah salah satu suku adat di pedalaman Papua yang masih mempertahankan nilai tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang.
Dilansir dari YouTube BICARA FAKTA, salah satu tradisi yang dimiliki suku Korowai adalah membangun rumah di atas pohon tinggi yang dikenal dengan rumah pohon.
Beberapa rumah pohon suku Korowai dapat mencapai 50 meter dari permukaan tanah.
Baca Juga: Hilangkan Musim Panas 10 Tahun Lamanya, Ledakan Gunung di NTB Ini Besarnya Sampai Kalahkan Krakatau?
Biasanya, mereka membangun rumah pohon menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam.
Penggunaan kayu dan papan untuk menutup atap dan lantai. Sedangkan dinding tersusun atas kulit pohon sagu dan dedaunan.
Proses pembuatan rumah pohon memakan waktu hingga 7 hari dan dapat bertahan sampai 3 tahun lamanya.
Baca Juga: Kocak! Warganet Indonesia Bikin 10 Singkatan Nama Daerah di Jawa Tengah yang Dikaitkan dengan Cinta
Mereka menjadikan pohon besar sebagai pondasi. Lalu, bagian ujung pohon digunduli dan dijadikan sebagai rumah nantinya.
Pembuatan rumah tinggi ala suku Korowai ini bertujuan untuk menghindari dari ancaman binatang buas.
Selain itu, mereka percaya dengan adanya rumah tinggi dapat menjauhkan diri dari roh-roh jahat.
Masyarakat suku Korowai masih mempercayai mitos mengenai laleo. Sosok iblis jahat yang sering menyerang tiba-tiba.
Menurutnya, semakin tinggi rumah yang dibangun maka akan semakin aman dari gangguan laleo.
Suku Korowai hidup bersama dalam satu marga. Setiap 2 bidang tanah yang dibersihkan akan terdapat 2-3 rumah tinggi.
Adanya kematian anggota keluarga membuat mereka harus pindah ke tempat yang lain. Kemudian penguburan mayat dilakukan dibawah rumah tinggi.
Secara tradisional mereka berburu dan mengumpulkan makanan yang diperoleh dari hutan.
Ini menunjukkan salah satu potret kehidupan manusia dan alam dapat berdampingan tanpa harus merusaknya.
Suku Korowai menjadikan hutan sebagai sendi kehidupan dan berkah dari tuhan.***