
inNalar.com – Menentukan jurusan kuliah itu seperti memilih pasangan hidup—kalau mahasiswa salah jurusan, dampak yang dirasakan bisa berujung pada penyesalan bertahun-tahun, atau bahkan seumur hidup.
Ironisnya, survei dari ZipRecruiter di Amerika mengungkap bahwa banyak lulusan universitas menyesal dengan pilihan jurusannya, utamanya karena gaji yang tidak sepadan dengan usaha mereka selama bertahun-tahun kuliah.
Menurut Irene Guntur (2022), Lebih parahnya lagi, di Indonesia, angka mahasiswa yang merasa salah jurusan mencapai 87%. Ya, hampir semua mahasiswa di negeri ini pernah mengalami fase “Aku kenapa ada di sini?!” sambil memandangi tugas yang tidak mereka mengerti.
Baca Juga: Storytelling Bisa Jadi Obat Stres Murah Buat Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan Skripsi, Benarkah?
Namun, bagaimana cara menghindari penyesalan ini? Sebelum terlambat, mari kita bedah penyebabnya dan solusi untuk mengatasinya? Simak tips and trick-nya disini, ya!
Tentu, tidak ada yang sengaja memilih jalur penuh penderitaan ini, tapi kenyataannya, banyak mahasiswa akhirnya terjebak di jurusan yang bukan pilihan hati. Mengapa?
1. Ikut-ikutan Teman
“Eh, kamu masuk jurusan apa? Aku ikut aja deh!”
Baca Juga: 69,75% Pemuda Indonesia Masih Jomblo, Kaum Milenial dan Gen Z di Kota Ini Jadi Penyumbang Utama
Pernah dengar dialog semacam ini? Tidak jarang, jurusan dipilih bukan berdasarkan minat atau bakat, tapi karena gengsi sosial—alias biar tetap satu kampus sama geng SMA. Padahal, teman bisa ganti, tapi ijazah tetap abadi. Paham maksudnya, kan?
2. Kurang Riset, Asal Pilih
Sebagian besar siswa SMA lebih sibuk menghafal rumus fisika ketimbang mencari tahu prospek karier jurusan yang mereka pilih. Biasanya mereka baru sadar setelah kuliah, bahwa yang mereka pelajari sama sekali tidak sesuai ekspektasi.
3. Tuntutan Keluarga: “Kamu Harus Jadi Dokter!”
Baca Juga: Gokil! SMA di Semarang Ini Jadi Sekolah Tertua di Indonesia dan Terluas se-Asia Tenggara
Jurusan kedokteran, hukum, atau teknik sering dianggap sebagai ticket to success. Namun, bagaimana jika passion sang anak sebenarnya di bidang seni atau sastra? Nahasnya, banyak mahasiswa yang dipaksa kuliah sesuai ambisi orang tua atau bukan keinginannya sendiri.
4. Terpaksa Masuk “Opsi Terakhir”
Siapa yang tidak kenal momen mendebarkan saat pengumuman hasil seleksi? Sayangnya, tidak semua berhasil masuk jurusan impian.
Banyak yang akhirnya memilih jurusan “daripada nggak kuliah sama sekali”, tanpa mempertimbangkan apakah mereka benar-benar cocok di sana.
Jika salah memilih jurusan hanya sebatas salah beli makanan di restoran, tentu tidak masalah. Tapi kenyataannya, dampaknya jauh lebih dalam, terutama pada kesehatan mental, berikut telah kami rangkum:
1. Stres dan Kecemasan Berlebih
Ketika harus belajar sesuatu yang tidak diminati, otak seakan menolak bekerja sama. Deadline semakin mendekat, tugas menumpuk, sementara motivasi semakin menipis. Tapi hal ini hanya menghasilkan kecemasan dan stres tak berujung saja, lho!
2. Prestasi Akademik Menurun
Jangankan nilai bagus, sekadar hadir di kelas pun terasa seperti perjuangan hidup dan mati. Banyak mahasiswa akhirnya bolos, tertinggal materi, dan berujung dengan nilai yang menyedihkan. Dalam skenario terburuk, ini bisa berakhir dengan drop out.
3. Rasa Tidak Percaya Diri
Ketika merasa tertinggal dari teman-teman yang menikmati jurusan mereka, muncul perasaan tidak kompeten dan minder. “Mereka kok bisa? Aku kok nggak?” Biasanya, hal ini juga bisa merembet ke aspek kehidupan sosial, lho!
4. Depresi dan Burnout
Bagi beberapa mahasiswa, tekanan akademis yang tidak sesuai minat bisa memicu depresi dan burnout. Rasanya seperti berjalan dalam labirin tanpa jalan keluar. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berbahaya bagi kesehatan mental dan fisik.
Lalu, bagaimana cara agar menghindari atau mengatasi salah jurusan? Nah, Sebelum memilih jurusan atau sebelum menyesali pilihan yang sudah diambil, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:
1. Kenali Diri Sendiri
Menurut psikolog Dr. Eva Septiana, M.Si, siswa SMA harus memahami tiga hal sebelum memilih jurusan: kelebihan, kekurangan, dan minat pribadi.
Coba tanyakan pada diri sendiri: “Apa saja hal yang menurutku mudah?”, “Apa yang paling sering dipuji orang lain dariku?”, dan “Apa yang paling membuatku bersemangat?” Ingat, perjalanan mengenal diri sendiri bukan proses instan, tapi langkah awal yang sangat penting.
2. Lakukan Riset Mendalam
Jangan hanya melihat jurusan dari nama atau gengsi semata. Cari tahu lebih dalam tentang: apa yang akan dipelajari dalam jurusan tersebut, bagaimana prospek karier setelah lulus, dan apakah sesuai dengan keterampilan dan minat pribadi?
Jangan sampai menyesal di semester lima karena baru sadar kalau “ternyata aku nggak suka sama sekali jurusan ini.”
3. Jangan Takut Konsultasi
Bicarakan pilihan jurusan dengan guru BK, mentor, atau bahkan alumni yang sudah berpengalaman. Kadang, perspektif dari orang lain bisa membantu menemukan pilihan terbaik.
Lalu, jika sudah terlanjur, apa yang harus dilakukan? Nah, bagi yang sudah terjebak di jurusan yang salah, jangan panik! Ada beberapa strategi untuk bertahan:
Pertama, Anda bisa melakukan konseling akademik dengan konselor kampus, karena mereka bisa membantu mencari solusi, termasuk kemungkinan pindah jurusan.
Kedua, bicaralah dengan teman, keluarga, atau komunitas yang bisa memberikan dukungan moral.
Ketiga, eksplorasi minat kamu dengan mengikutii organisasi atau kursus tambahan yang sesuai minat agar tetap punya semangat belajar.
Keempat, Jika memungkinkan dan benar-benar tidak bisa bertahan, pindah jurusan bisa menjadi opsi terbaik.
Sebagai penutup, memilih jurusan bukan perkara sepele. Salah langkah bisa berujung pada penyesalan, stres, bahkan depresi.
Sebelum terjebak dalam lingkaran “kenapa aku ada di sini?“, Anda harus bisa pastikan bahwa segala pilihan telah sesuai dengan passion dan kemampuan, ya!
Ingatlah satu hal bahwa, kuliah itu untuk masa depanmu, bukan sekadar ikut tren atau memenuhi ambisi orang lain!
Bagi yang sudah merasa salah jurusan, jangan khawatir. Selalu ada cara untuk keluar dari situasi ini, entah dengan menyesuaikan diri atau mencari jalan baru. Yang terpenting, tetap berusaha dan jangan biarkan masa depanmu terpenjara oleh keputusan yang keliru. ***