

inNalar.com – Beberapa keunikan menjadi daya tarik Pulau Bungin yang terletak di lepas laut Bali.
Meskipun terletak di lepas laut Bali, pulau ini secara administratif berada di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Berikut ini merupakan fakta menarik dari Pulau Bungin yang ada di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Baca Juga: Penemuan Harta Karun, Ternyata NTB Menyimpan Mineral Berupa Emas dan Tembaga yang Nilainya Mencapai…
1. Pulau terpadat sedunia
Pulau Bungin mendapat julukan sebagai pulau terpadat sedunia dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 5.000 jiwa.
Rumah-rumah milik penduduk yang tinggal di daerah tersebut saling berdempetan, sehingga nuansa tampak lebih padat.
Pulau yang dihuni oleh lebih dari 5.000 jiwa di Nusa Tenggara Barat ini tidak memiliki garis pantai dan lahan hijau.
2. Luasnya bisa terus bertambah
Luas Pulau Bungin di NTB saat ini diketahui mencapai 8,5 hektar. Namun, luas tersebut dapat bertambah.
Bertambahnya luas Pulau Bungin di NTB berkaitan erat dengan hukum adat pernikahan di daerah tersebut.
Baca Juga: Hilangkan Musim Panas 10 Tahun Lamanya, Ledakan Gunung di NTB Ini Besarnya Sampai Kalahkan Krakatau?
Meskipun luasnya bertambah, pulau seluas 8,5 hektar di Nusa Tenggara Barat tersebut tetaplah sangat padat.
3. Pasangan baru harus membangun lokasi baru
Sesuai hukum adat yang berlaku, pasangan yang akan menikah harus membangun lokasi di luar pulau yang telah ditentukan.
Lokasi tersebut dibangun menggunakan tumpukan batu karang yang telah mati dengan luas mencapai 4 x 12 meter.
Setelah 4 hingga 7 tahun lokasi selesai dibangun, pasangan baru boleh menikah dan mendirikan rumahnya sendiri.
4. Pondasi rumah berupa tumpukan batu karang
Mulanya, penduduk Pulau Bungin hidup di laut sekitar pantai dengan sistem perumahan di atas air laut.
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, maka mereka mengusahakan daratan dengan cara menimbun laut.
Laut ditimbun dengan menggunakan batu ataupun karang yang sudah mati. Batu atau karang tersebut digunakan sebagai pondasi.
5. Mayoritas penduduk adalah Suku Bajo
Penduduk Pulau Bungin di Nusa Tenggara Barat mayoritas adalah Suku Bajo dari Sulawesi Selatan.
Sehingga, bahasa sehari-hari di pulau tersebut adalah Bahasa Bajo, bukan bahasa asli dari daerah Sumbawa.
Suku Bajo sendiri bermigrasi dari Sulawesi Selatan sejak ratusan tahun yang lalu hingga akhirnya menetap di kawasan pantai Sumbawa, NTB.***