Terungkap dari Masjid Tertua di Maluku Ini, Ternyata Masyarakat Islam Kuno Kaitetu Punya Karakter Menyenangkan

inNalar.com – Pernah kah terpikirkan sebelumnya? hanya dari melihat rupa masjid tertua di Maluku Tengah ini saja kita dapat mengenal karakter masyarakat Islam terdahulu seperti apa.

Ternyata hal semacam ini tidak dapat dibohongi, lho. Salah seorang Peneliti BRIN berhasil menelusuri jejak karakter penduduk terdahulu di negeri Kaitetu.

Periset Pusat Khazanah Keagamaan dan Peradaban BRIN, Wuri Handoko berhasil mengungkap seluruh makna perlambangan dari peninggalan arsitektur masjid kuno yang ada di sana.

Baca Juga: Kampung di Jawa Barat Amankan Cadangan Pangan hingga 95 Tahun? Ternyata Rahasianya Cuma Satu: Hindari Dosa Besar Ini!

Dari segala penggunaan material bangunan hingga makna perlambangannya, Bapak Wuri dapat melihat bagaimana tingkat kematangan berpikir masyarakatnya zaman dahulu.

Singkatnya, rupanya masyarakat Islam di Desa Kaitetu terbilang memiliki karakter kepribadian yang menyenangkan.

Informasi ini didapatkan sang Peneliti dari bagaimana mereka dahulu membangun masjid tertua di Maluku Tengah ini.

Baca Juga: Malaysia dan Brunei Disalip! 4 Kota di Kalimantan Sabet Predikat Kota Terpadat se-Asia Tenggara: Daerahmu Ada?

Lantas, seperti apa bentuk kemegahan masjidnya hingga terungkap jejak karakter masyarakat Islam kuno di sana disebut menakjubkan?

Masjid Wapauwe dibangun pada tahun 1414 masehi. Tidak heran, jika kita berkunjung ke sana akan ada banyak peninggalan purbakala di sekeliling lokasi bangunannya.

Hanya berjarak 150 meter dari sisi utara masjidnya, ada pula sisa bangunan gereja kuno peninggalan Belanda dan Portugis. 

Baca Juga: dr Zaidul Akbar Beri Resep Air Ajaib dari Zaman Nabi, Ampuh Obati Maag Saat Puasa, Sudah Coba?

Masjid tua ini merupakan bangunan kesayangan masyarakat sekitar Kecamatan Leihitu yang masih kokoh berdiri di atas nama tanah yang sering dinamai warga dengan Teon Samaiha.

Meski Masjid Wapauwe sebagai yang tertua di Maluku Tengah, tetapi belum tentu dapat diklaim sebagai yang termegah di daerahnya. Bisa jadi Anda akan terkejut dengan material bahan pengokohnya ini.

Perlu kita ketahui, Masjid Wapauwe menjadi tempat ibadah masyarakat Islam kuno Maluku yang dindingnya dibangun dari material pelepah sagu yang dikeringkan.

Atapnya pun hanya dinaungi dengan daun rumbia, sehingga tampilan tempat ibadahnya cenderung terlihat sangat sederhana.

Namun dari atap yang tersusun dari tiga tingkatnya itulah, Periset Wuri Handoko berhasil menyingkap bahwa ada tahapan masyarakat kuno Kaitetu saat dahulu mulai mengenal Islam.

Baca Juga: Mau Langsing Tanpa Nyiksa saat Puasa Ramadhan? Ikuti Cara Ini Kalau Mau Kurus!

Atap tingkat pertama menunjukkan bahwa pada mulanya hanya ada satu orang di wilayah tersebut yang memeluk agama Islam. 

Atap tingkat kedua menunjukkan bahwa setelahnya ada beberapa penduduk Kaitetu di Maluku Tengah yang ikut berpindah keyakinan menjadi seorang Muslim.

Atap tingkat ketiga menunjukkan bahwa pada akhirnya di daerah tersebut Islam semakin dominan di daerah tersebut hingga mereka menjadi sebuah komunitas yang dilembagakan.

Baca Juga: Unit 3 Hortatory Exposition, Latihan Soal Bahasa Inggris Kelas 12 SMA Kurikulum Merdeka Activity 2: Discuss the Meaning of Words & Phrases

Jika Anda menengok ke arah puncak atapnya, akan terlihat ada tiang alif yang dilambangkan sebagai keyakinan Tuhan yang Maha Esa.

Melansir dari akun TikTok @brin_indonesia, di dalam bangunan Masjid Wapauwe terdapat 12 pilar penyangga yang disimbolkan sebagai 5 rukun Islam, 6 rukun iman, dan ihsan.

Keseluruhan pilar yang tertancap kokoh tersebut juga melambangkan karakter inklusif dalam beragama tanpa harus meninggalkan keelokan budaya lokal.

Baca Juga: Unit 3 Hortatory Exposition, Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 12 SMA Kurikulum Merdeka: Activity 1, Hlm. 97-101

“Tipologi Masjid Wapauwe menekankan hubungan yang mendalam antara Islam dan budaya lokal. Hal ini menjadi bukti karakter keagamaan masyarakat yang inklusif secara budaya,” beber Wuri Handoko.

“Masyarakat Islam yang berbudaya ini menghargai perbedaan dan merangkul keberagaman sebagai aspek integral dari ajaran agama,” lanjutnya.

Hingga sekarang, kita masih dapat melihat kekokohan masjid tertua di Maluku Tengah ini. Meski dibangun tanpa pasak kayu sekali pun, tempat beribadah seluas 10 x 10 meter ini masih memberikan suasana hangat bagi siapa saja yang mengunjunginya.***