Traffic KRL Dua Provinsi Ini Melesat Naik 6%, Fenomena ‘Anker’ Kini Tak Hanya untuk Pelaju Bogor-Jakarta

inNalar.com – Berbicara tentang Fenomena Anak Kereta atau yang sering disebut dengan istilah ‘Anker‘ kini tidak hanya berlaku untuk penduduk yang melaju dengan KRL dari Bogor – Jakarta.

Menurut data KAI Commuterline terbaru, dua provinsi di pulau Jawa ini pun terdeteksi mulai terhubung dan penduduknya pun mulai sibuk wara-wiri melaju di antara kedua kota tersebut.

Hal tersebut terungkap dari adanya kenaikan traffic rata-rata penumpang KRL yang tumbuh sekitar 6 persen.

Baca Juga: Kaum Nerdy Jogja Sudah Tahu? Bantul Punya Perpustakaan Terbesar se Asia Tenggara, Luasnya Bikin Kaki Keram

Menghimpun informasi dari laman resmi KAI Commuterline, persentase keberangkatan penumpang KRL dari kedua kota tersebut naik 23,72 persen saat Desember 2024.

Lebih rincinya, terdapat 1,1 juta penumpang kereta api yang wara-wiri melaju di antara kota Jogja dan Solo.

Bahkan menurut Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Asdo Artriviyanto, membeberkan bahwa traffic KRL Jogja – Solo mulanya hanya 24 perjalanan.

Baca Juga: Biaya Pendidikan Telan Rp 188 Juta, Sekolah Menengah YIS Jadi SMP Termahal di Yogyakarta

Namun kini seiring bertambahnya kebutuhan dan kesibukan pelaju dari kedua provinsi tersebut bertambah menjadi 27 perjalanan.

Laporan tersebut mendapatkan penerimaan positif, sebab itu artinya fasilitas umum Commuterline di luar rute Jabodetabek dapat dikatakan semakin berkembang.

Sebagaimana diketahui fasilitas KRL rute Yogyakarta – Surakarta sendiri sudah mulai beroperasi sejak Februari 2021.

Baca Juga: Jakarta Lewat! Yogyakarta Ternyata Jadi Kota Paling Elit di Indonesia, Ini Alasannya

Minat masyarakat Solo untuk bekerja di Yogyakarta dari tahun ke tahun pun semakin meningkat. 

Meski belum ada data spesifik yang secara langsung mengaitkannya, tetapi terbukti angkatan kerja di kota pendidikan ini tembus 2,2 juta orang, menurut data pelaporan tahun 2024.

Sementara angkatan kerja di kota Solo sendiri diketahui mencapai 286 ribu lebih orang. Laporan ini menjadi atmosfer baik bagi perkembangan dunia perkereta apian Indonesia.

Pasalnya, tujuan dari diadakannya infrastruktur KRL di kedua kota tersebut mulai tercapai, yakni konektivitas dan geliat ekonomi kedua daerah dapat semakin hidup.

Perkembangan aktivitas ekonomi tidak lagi hanya tersentralisasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya, melainkan di provinsi dari belahan Jawa lainnya pun semakin berkembang.***