Malam 1 Suro 2025 Jatuh pada Tanggal Barapa? Ini Jadwal dan Maknanya


inNalar.com
– Malam 1 Suro bukan sekadar penanda awal tahun di budaya Jawa, tetapi moentum sarat makna spiritual dan historis.

Bulan Suro sendiri merupakan pertama dalam kalender Jawa. Setiap tahunnya, masyarakat Jawa selalu memperingati malam 1 Suro, mulai dari tradisi kungkum hingga ziarah kubur.

Aura mistis dan kesakralannya dipercaya masih menyelimuti malam 1 suro. Maka tak heran, jika orang Jawa sibuk mencari jadwal malam satu suro setiap tahunnya.

Untuk menjawabnya, artikel ini akan mengulas secara lengkap, jadwal malam 1 suro 2025, makna hingga amalan yang sering dilakukan.

Jadwal Malam 1 Suro 2025

Berdasarkan kajian mendalam dari Jurnal Imu Falak dan Astronomi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram tahun 2023, berjudul “Sejarah Penggunaan Kalender Aji Saka di Tanah Jawa“, jadwal malam 1 Suro 2025 ditentukan berdasarkan kalender Jawa yang perhitungannya mengikuti peredaran bulan, sama seperti kalender Hijriah.

Pergantian hari dalam sistem ini terjadi saat senja tiba, bukan saat tengah malam seperti umumnya. Kalender Jawa sendiri merupakan hasil perpaduan antara kalender Saka Hindu-Buddha dan kalender Hijriah Islam, yang disatukan oleh Sultan Agung pada abad ke-17.

Sejak saat itu, 1 Suro dijadikan sebagai awal tahun Jawa dan diselaraskan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.

Mengacu pada Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang dirilis Kemenag RI, tanggal 1 Suro 1959 Jawa jatuh pada Jumat 27 Juni 2025. Sehingga malam 1 Suro 2025 dimulai sejak Kamis, 26 Juni 2025 malam, setelah matahari terbenam.

Sebab, seperti diketahui bahwa pergantian hari atau tanggal di Kalender Jawa dimulai setelah matahari terbenam atau waktu maghrib.

Sementara untuk peringatan tahun baru Islam, menurut Kalender Hijriah Indonesia tahun 2025 dari Bimas Islam Kemenag, tanggal 1 Muharram 1447 H jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025 M.

Apa Itu Malam 1 Suro?

Malam 1 Suro menandai awal tahun baru dalam kalender Jawa dan jatuh bersamaan dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriah.

Bagi masyarakat Jawa, malam ini bukan sekadar penanggalan baru, tapi juga momen spiritual yang sarat makna dan ritual.

Tradisi ini berkembang sejak masa Sultan Agung (1613–1645 M), yang menyatukan Kalender Saka dan Hijriah menjadi Kalender Jawa.

Menurut Jurnal Teologi Praktika (2021), tradisi Malam 1 Suro merupakan wujud kesadaran spiritual masyarakat Jawa sebagai ciptaan Tuhan, yang bertanggung jawab menyembah Sang Pencipta.

Kepercayaan malam 1 suro diwariskan secara turun-temurun dan hanya dikenal luas di kalangan masyarakat Jawa karena menyatu dengan nilai-nilai budaya dan simbol lokal.

Kata “Suro” secara etimologis berasal dari bahasa Arab ‘Asyura’, yang berarti sepuluh dan menunjuk pada hari ke-10 bulan Muharram yang dianggap penuh kesakralan dalam ajaran Islam.

Dalam tradisi Islam-Jawa, sepuluh hari pertama bulan Suro diyakini sebagai waktu yang penuh kekeramatan, bukan karena sifat angker, tetapi karena pengaruh budaya keraton yang menganggap bulan ini sebagai masa kontemplasi dan penyucian diri.