
inNalar.com – Anda yang sudah sering bolak-balik ke kota Yogyakarta, apakah sudah pernah mengetahui perihal desa terindah ini?
Kampung ini beda dari kebanyakan pemukiman lainnya. Mengapa? Karena pedesaan ini lokasinya berada di antara dua alam.
Maksudnya, desa ini dianggap indah dan menyejukkan suasana hati oleh para penduduknya karena mereka bisa dengan mudah refreshing ke wilayah daratan mau pun lautan.
Baca Juga: Penelitian Terbaru Akhirnya Terungkap, Interaksi Sosial Bisa Tingkatkan Fungsi Otak
Keberadaan kampung tersebut tersembunyi di antara perbukitan Gunungkidul dan tidak jauh dari Pantai Sadeng.
Hal demikian terjadi karena jutaan tahun yang lalu, desa ini merupakan bentangan sungaipurba yang melintang ke arah muaranya di Pantai Sadeng.
Adapun sungainya kian mengering dan akhirnya berubah menjadi daratan kering yang menjadi tempat hidup banyak manusia.
Baca Juga: Canggih! China Luncurkan Drone Mini Ukuran Nyamuk untuk Misi Militer Rahasia
Menariknya, di dekat pemukiman tersebut hingga kini terdapat pelabuhan terbesar se-Yogyakarta yang aktivitas ekonomi di sana tak pernah mati.
Apakah kamu dapat menebak nama desanya? Inilah desa terindah di Jogja bernama Songbanyu. Pemukiman sederhana ini layak dinobatkan menjadi yang paling menawan.
Pasalnya, pemandangan dari perkampungannya menyuguhkan alam perairan dan perbukitan yang berbaris, semua alam bersatu di daerah ini.
Untuk bisa ke desa terindah di Yogyakarta ini kita perlu menghabiskan waktu di perjalanan selama 2 jam dari perkotaan.
Bisa dikatakan, pemukiman ini cukup terpencil dari pusat kota Jogja. Meski begitu, daerahnya cukup mudah diakses karena sudah teraspal keras menuju kampung.
Selain pemandangannya yang indah, Desa Songbanyu juga menyimpan jejak kisah peninggalan sejarah Majapahit di sana.
Sekitar kurang lebih 2 kilometer dari Desa Songbanyu, terdapat pertapaan Tanujoyo yang berada di Tegal Kerok.
Tanujoyo, salah satu sosok yang banyak dikaitkan dengan sejarah zaman Majapahit, diyakini penduduk setempat dahulu sering bertapa di Gunung Kerok dekat pedesaan Songbanyu.
Sosoknya kemudian hilang tanpa ditemukan jasadnya. Adapun tempat pertapaannya kini masih menjadi peninggalan berharga karena terdapat sumber mata air yang cukup dikeramatkan.***